Jangan budek!

Ujian dadakan dari guru matematika bukanlah hal biasa untuk sebagian besar murid. Tapi kenapa membuat yang bodoh jadi ketar-ketir menulis contekan di atas kertas putih? Author merasa.

Kelas Yura menjadi hening karena semuanya sibuk menjawab soal matematika yang terdiri atas 15 soal pilihan ganda. Mudah kalau ngasal. Kalau sungguh-sungguh untuk dapat nilai bagus ya sulit.

Amanda menutup telinganya yang kebisingan karena mendengar ada yang berlari dari atap. Tunggu. Ia baru sadar. Atap?

Amanda tidak ingin mendongak ke atas takut ada hantu. Rumor Darren mungkin sudah hampir lenyap, tapi rumor kelasnya angker, dari jaman baheula sudah ada. Sulit untuk ditangkis, apalagi sekarang ada pawangnya si Yura.

Amanda lihat Yura agak terganggu karena sesuatu. Entah apa sebabnya. Namun Amanda melihat Yura gelisah walaupun ia duduk di belakangnya.

Yura tidak takut dengan mereka. Benar kata Cakra, manusia itu derajatnya lebih tinggi. Harusnya ia mampu mengatasi ketakutannya daripada keringat dingin seperti ini. Ia memutuskan untuk melihat ke atas atap.

Jejak kaki darah. Apa itu?

YURA, YOU MUST DIE...

Yura terlonjak sampai kursinya terdorong ke belakang mendengar namanya disebut oleh suara mengerikan tepat di belakangnya.

Seisi kelas terkejut bukan main termasuk guru pengawas. Sebelum Amanda bertanya, Yura sudah dirasuki sosok menyeramkan yang tidak sengaja terlihat teman-temannya. Mereka histeris karena Yura tertawa menggelegar dengan kepala menengadah hendak terbalik sambil mencakar-cakar tubuhnya sendiri.

Hantu itu bisa menyakiti atau bahkan membunuh Yura. Sani yang saling tatap dengan Amanda langsung ambil tindakan memegang kedua tangan Yura sekuat tenaga.

"SADAR, YURA!" gertak Amanda.

Kawan-kawannya berlarian ke luar kelas meninggalkan mereka bertiga di dalam. Sungguh ironis.

Yura terus tertawa jahat sambil memberontak. Bagi Sani tidak ada cara lain selain...

"Kita iket dia, Nda."

"Hah? Lo yakin?" Amanda tidak tega.

"Dia mau nyakitin dirinya sendiri. Bukan nyerang kita."

Sani memegang kedua tangan Yura dan mendudukkan paksa di kursi untuk mengikat tangannya. "Ada tali di tas aku."

Amanda paham dan langsung mengambil tali. Ia mengikat tangan Yura agak kencang walaupun tidak tega. Ini bertujuan agar Yura tidak mencakar-cakar sisi tangan.

"Lo gak bisa panggil Darren?" panik Amanda melihat Yura menyeringai ke arahnya.

Sani menjawab, "Perasaan aku gak enak, Nda." Entah kenapa, ia merasa jantungnya berdebar seolah akan menghadapi sesuatu yang menyakitkan.

"Hus! Jangan nakutin gue dong!" teriak Amanda makin jadi.

"Darren. Kamu dimana? Yura butuh kamu."

Sani memanggil Darren dalam hati. Ia berharap Darren segera datang sebelum—

"Yura, you must die... HAHAHAHA."

Amanda dan Sani menatap Yura yang sedang dirasuki hantu. Kalimat itu seolah ancaman untuk Yura. Dia menggunakan tubuh Yura untuk mencelakainya.

Sani menggeleng. Tidak, ini tidak boleh terjadi.

"San, gue telepon Kak Cakra." Amanda mencari tas Yura yang ada di tumpukan tas lain karena kelas sudah berantakan.

Sani diam saja menatap Yura yang jelas berbeda. Di dalamnya tubuhnya ada sosok iblis dengan api di sekujur tubuh seolah siap membunuh Yura.

"Sani, tolong..!"

Disisi lain ia mendengar Yura meminta tolong. Apa yang bisa ia lakukan sekarang?

Akhirnya Sani memberanikan diri untuk mendekati Yura. "Kita bertukar tempat."

Amanda menoleh mendengar ucapan Sani. "Jangan, San. Lo bisa celaka juga!"

Sani mengabaikan Amanda lalu mencekik Yura tanpa ampun. Amanda yang melihat sahabatnya dicekik langsung menarik Sani, "LO MAU YURA MATI?!"

"DIA BUKAN YURA!" Amanda kembali mencekiknya walaupun tangannya terasa terbakar. Kali ini Amanda diam mencoba untuk mengerti maksudnya. "Pergi dari tubuh Yura. Tempat kalian di neraka!"

Suara Yura yang sedang menahan kesakitan sangat melukai hati Sani dan Amanda selaku sahabat. Ini adalah proses.

Tidak lama kemudian Cakra tiba di kelas bertepatan dengan keluarnya sang Iblis dari tubuhnya. Yura masih mampu berdiri namun kepalanya terasa berat.

"Yura. Kamu bakal baik-baik aja." Cakra melepas jaketnya dan menghampiri Yura. Dia mengikat jaket di pinggang adiknya karena roknya terlihat robek-robek. Setelah itu ia menggendongnya menuju UKS ditemani Sani dan Amanda.

"Mohon maaf atas ketidak nyamanan kelas Anda. Yura adik saya dan akan menjadi tanggung jawab saya," ujar Cakra pada sang guru yang masih syok di depan teras kelas.

"Semoga Yura baik-baik saja. Saya dan yang lainnya akan menata kelas. Maaf saya tidak bisa membantu banyak," ujarnya merasa sangat bersalah.

"Lebih baik memang jangan. Adik saya bisa menyakiti orang lain kalau dirasuki hantu. Jadi... kalau kejadian ini terulang lagi, secepatnya hubungi saya."

Setelah bicara, Cakra meletakkan Yura di kasur UKS. "Amanda, tolong obatin Yura. Kakak mau tanya sesuatu ke Sani."

Amanda mengangguk patuh, "Iya, Kak." Ia pun mulai mengobati bekas cakaran Yura sendiri.

"Kenapa, Kak?" tanya Sani.

"Kenapa bisa begini? Gimana awalnya?"

"Kita lagi ulangan. Sebelum Yura begitu, aku sempat denger ada yang lari-lari di loteng. Tapi aku pura-pura gak denger."

Amanda yang sedang mengobati Yura langsung menyahut, "Iya, gue juga denger, Kak! Berisik banget pokoknya. Gue juga gak liat sih, tapi Yura penasaran terus liat ke atas. Gak lama dia berdiri karena kaget. Terus kerasukan, nyakar-nyakar tangan sama kakinya sendiri."

Cakra melihat Yura yang masih pingsan. "Intinya dia mau Yura celaka."

"Tadi aku denger juga Yura bilang Yura, kamu harus mati... dari hantu itu," imbuh Sani.

Amanda menangkupkan kedua tangannya di depan Cakra sebagai bentuk permohonan, "Kak, kita pindah sekolah aja gimana? Gue sengsara sekolah disini, ditambah liat Yura makin sering kesurupan. Bisa gila gue, Kak..."

Sani memelototinya, "Jangan ngomong sembarangan."

"Yura gak akan bisa pindah," ujar Cakra putus asa.

"Kok gitu?" beo Amanda tidak terima.

"Dia terikat janji sama Darren," tambah Sani.

"Lagian ada-ada aja pake janji segala," kesal Amanda.

"Yura terlalu polos, makanya gampang dibodohi." Bahkan Cakra yang bilang sendiri.

"Kita bantu Yura. Gimana, Nda?" tanya Sani terlanjur greget.

Amanda tersenyum getir, "Mau bikin gue mati muda?"

Ngomong-ngomong Amanda penasaran. "Kak Cakra kan belum gue telepon, kok bisa ada disini?"

"Kakak bisa denger suara Yura dari jarak 200 meter. Kebetulan habis belanja di minimarket samping sana. Dengar Yura minta tolong, Kakak langsung kesini."

Sani cukup paham dan alasan Cakra masuk akal baginya. Amanda sih bodoamat, dia tidak akan menghitung jarak dari sekolah ke minimarket karena membuang waktu dan tenaga. Yang penting adalah Yura baik-baik saja sekarang.

"Sani. Mata batin kamu bisa ditutup. Kenapa gak ditutup aja?" tanya Cakra sambil membuka kancing atas kemejanya karena gerah.

Sani membola, "Bisa ditutup?" Ia kira tidak bisa.

"Tapi boong."

Tidak lucu, sumpah. Amanda yang biasanya tergelak kalau mendengar lelucon justru menatap heran Cakra. Apakah sekarang gantian dia yang kerasukan?

"Mata batin yang udah terbuka dari kecil atau dipaksa terbuka, gak akan bisa ditutup kecuali dia meninggal," ujar Cakra.

"Untung aku nggak," sambar Amanda merasa lega. Diantara mereka, hanya ia yang normal.

Cakra terkekeh, "Enak ya."

Tiba-tiba punggung Sani ditubruk oleh Darren. "Astaga!"

Darren melihat Yura, "Maaf. Tadi aku di tempat lain. Yura belum bangun?"

Cakra menghela nafas kasar, "Cepat selesaiin perjanjian konyol kalian. Atau makin lama, Yura bisa mati karena diincar hantu lain."

"Yura bisa mati?" beo Amanda dramatis. "Ya ampun.. gue gak bisa biarin sahabat gue mati diincer setan."

Rasa bersalah Darren menjalar begitu saja melihat luka-luka di tangan dan kaki Yura. Cakra menggendong kembali adiknya untuk dibawa pulang saja. "Kalian nanti izin ke guru ya."

Amanda dan Sani cukup mengerti. "Oke, Kak."

"Untuk kamu, Darren. Lain kali kalau dipanggil, jangan budek!" sahut Cakra sambil melewati Darren yang ditertawakan Amanda dan Sani.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!