Kanaya terkejut saat bosnya yang terkenal playboy kelas kakap tiba-tiba mengajaknya menikah. Padahal ia hanya seorang office girl dan mereka tak pernah bertatap muka sebelumnya. Apa alasan pria itu menikahinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desakan dari mama
Kendaraan roda empat yang Arjuna kendarai saat itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan raya, berbaur bersama dengan kendaraan lainnya yang juga cukup banyak ketika pagi hari tiba.
Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang berangkat ke kantornya, atau mereka yang mengantar anak mereka ke sekolah.
Akh, Arjuna benar-benar tidak ingin peduli dengan semua itu!
Keinginannya hanyalah ingin segera sampai di kantor walaupun nantinya hanya akan disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya, tapi setidaknya itu jauh lebih baik daripada terjebak dalam perjalanan terlalu lama seperti ini.
Tiga puluh menit kemudian dia pun sampai di kantor, berjalan dengan perlahan di lobi perusahaan dan menemukan Kanaya yang sudah mulai bekerja membersihkan barang-barang yang ada di sana, gadis itu juga terlihat membawa alat kebersihan untuk menyapu dan mengepel lantai yang ada di sana.
Sialnya Kanaya sepertinya menyadari kehadirannya hingga membuatnya menoleh dan menatap ke arah Arjuna dengan cepat.
''Mas, apa kamu mau dibuatkan minuman? Aku akan mengantarnya ke ruanganmu nanti,'' ucapnya pelan agar tak didengar oleh orang lain, sesaat setelah melihat Arjuna yang berjalan mendekatinya. Bukan untuk menyapa dirinya, akan tetapi memang karena jalan yang dilewati Arjuna haruslah melewati tubuh Kanaya yang sedang berdiri di tengah jalan sambil membawa lap, kemoceng dan juga sebuah cairan pembersih kaca.
''Tidak perlu, aku akan memintanya kalau nanti aku ingin! Oh, iya. Sebaiknya kamu jangan memanggilku seperti itu di kantor, kamu tidak lupa kan kalau hubungan kita disembunyikan dari semua orang?!''
''Dan lagi, kita masih belum sedekat itu sampai kamu bisa berbuat seperti ini di tempat umum, Kanaya!'' sambung Arjuna dengan nada dingin seperti biasanya.
''Maaf, aku hanya-''
''Cukup! Segera selesaikan pekerjaanmu sebelum para karyawan lainnya datang dan melihat perbuatanmu ini, kamu tidak mau kan kalau mereka menganggap kamu sedang berusaha menggodaku?!''
Kanaya semakin menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya sedikitpun di depan Arjuna, bahkan mengangguk pun dia melakukannya sambil menunduk.
Sedangkan Arjuna sendiri memilih untuk langsung pergi meninggalkan Kanaya di sana sebelum ada orang lain yang melihat interaksinya dengan Kanaya. Tidak masalah kalau mereka hanya berpikir kalau Kanaya begitu berani mencoba untuk merayunya, tetapi bagaimana jadinya kalau mereka juga berpikir kalau seleranya begitu rendah hingga bersedia berhubungan dengan seorang office girl?
Bukannya itu justru hanya akan membuat citranya semakin buruk saja di depan mereka semua?
Apalagi kalau sampai mereka justru menilainya memiliki selera yang sangat rendah seperti itu, dia tidak ingin karir yang sudah lama dia bangun ini menjadi sia-sia saja. Semua yang dia perjuangkan selama ini sangat tidak sebanding jika dia harus kehilangannya hanya demi seorang Kanaya!
Jadi lebih baik dia sembunyikan saja hubungannya dengan Kanaya dari semua orang, bukankah itu adalah pilihan yang sangat bagus dan tepat?
[Juna, Mama akan pergi ke rumahmu. Mama tidak mau tahu, kamu harus segera ceraikan perempuan itu! Mama tidak sudi keluarga kita punya menantu seorang office girl. Tidak selevel! Mama tunggu penjelasanmu malam ini!]
Helaan nafas panjang kembali terhembus dari mulut Arjuna sesaat setelah membaca pesan singkat dari mamanya ketika dia hendak membereskan barang-barangya setelah jam kerja berakhir, hal yang membuat Arjuna kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya di perusahaan.
Lelah sekali rasanya terjebak seperti ini. Mamanya terus mendesak untuk bercerai, namun untuk bercerai dengan Kanaya pun tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat, mengingat dia dan Kanaya baru menikah beberapa hari yang lalu.
Terlebih perjanjian konyol itu, perjanjian konyol yang membuat dia tidak bisa bebas menentukan pilihannya sendiri.
[Baiklah, Ma! Aku akan segera pulang dengan Kanaya ke rumah,] tulis Arjuna sebagai jawaban untuk pesan yang dikirimkan mamanya kepadanya.
Setelahnya dengan segera Arjuna mencari nomor telepon Kanaya dan menghubunginya, berniat untuk memberitahunya kalau mereka harus kembali ke rumah bersama-sama dan mengabarkan kepada Kanaya jika mamanya sudah berada di rumah. Sayangnya, sudah beberapa kali dia berusaha menghubunginya tetapi selalu saja tidak tersambung.
Bahkan pesan yang dia kirimkan pun hanya memiliki tanda centang satu yang berarti saat ini Kanaya tidak menghidupkan data ponselnya.
''Sialan! Kemana saja Kanaya ini, kenapa dia tidak mengangkat teleponku dan tidak membalas pesan yang aku kirimkan!' geram Arjuna. Di saat-saat seperti ini justru gadis itu tidak aktif sama sekali.
Apa dia harus menghampirinya di belakang?
Menghampiri Kanaya di ruangan para office girl dan office boy berkumpul?
Ah, kenapa itu terdengar begitu memalukan! Tetapi kalau dia tidak bisa menghubunginya dan juga tidak bisa menemuinya, mamanya bisa-bisa semakin mengamuk dan mengetahui kepura-puraannya selama ini terhadap Kanaya.
Sekarang harus bagaimana?
Apa yang harus dia lakukan untuk saat ini dan kenapa otaknya justru terasa buntu sekali untuk memikirkan keputusan apa yang harus dia ambil untuk saat ini.
Ayolah, Arjuna! Pikirkan sesuatu untuk saat ini, jangan biarkan mamamu merusak segalanya. Dia harus bicara dengan Kanaya agar mereka bisa satu suara nanti.
'Kenapa aku tidak terpikirkan untuk menelpon ruang pantry saja dan meminta Kanaya untuk membuatkan aku segelas kopi dan mengantarnya ke ruanganku? Dengan begitu maka aku tidak perlu bersusah payah untuk menemuinya dan tidak perlu menanggung malu untuk menemuinya.'
Seolah mendapat angin segar, Arjuna pun langsung saja melakukan apa yang dia pikirkan di dalam kepalanya saat ini. Menghubungi ruang pantry dan kemudian mengatakan apa yang sebelumnya dia inginkan.
Sayangnya nasib baik sepertinya tidak sedang berpihak kepadanya, sebab ternyata tanpa dia tahu Kanaya sudah pulang lima belas menit yang lalu karena mendadak tidak enak badan. Temannya sesama office girl yang mengatakannya dan menawarkan diri agar dia saja yang membuatkannya dan mengantar kopi itu ke ruangannya.
''Baiklah, kalau begitu tolong cepat buatkan kopi untukku dan segera antar ke ruanganku secepatnya!''
''Baik, Pak! Saya akan segera membuatkannya untuk Anda,'' ucap seseorang di seberang sana. Arjuna, yang tidak peduli, memilih untuk langsung mematikan telepon dan meletakkan telepon kantor itu dengan kesal di tempatnya.
Sekarang bagaimana?
Kanaya sudah pulang lebih awal lima belas menit yang lalu, ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Lalu bagaimana caranya dia bicara dengan Kanaya sebelum mereka sampai di rumah dan bertemu mamanya?
''Aku harus menyusulnya! Ya, hanya itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan sandiwaraku yang sudah tercipta selama beberapa hari ini.''
Secepat mungkin Arjuna meraih jas yang semula dia lepas dan dia letakkan di sandaran kursi, memakainya kembali dan kemudian segera berjalan keluar tepat saat seorang pegawai office girl yang dia suruh membuat kopi masuk ke dalam ruangannya.
''Kamu minum saja kopi itu, aku ada urusan mendadak dengan klien dan mungkin tidak akan kembali ke kantor ini sampai besok.'' ucap Arjuna mengalihkan raut wajah terkejut bercampur heran dari si office girl yang sedang membawa kopi panas itu.
biar stres semoga Naya pergi jauh ke kampung biar tambah edan
udah akua hapus dari daftar favorit kemarin