NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Lucane yang melihat kakek nya sudah menunggu di mansion utama dia pun datang dengan perasaan malas nya.

Mansion utama bergaya Eropa lama namun megah itu pun terlihat indah, Di ruang utama, seorang pria tua duduk dengan jubah santai, kacamata hitam, dan tongkat perak Tuan Revantra Smith, mantan raja logistik Eropa dan sekaligus kakek kandung Lucane.

Meskipun usianya lebih dari tujuh puluh tahun, wibawanya tidak luntur. Tangannya mungkin berkerut, tapi pikirannya masih tajam, dan jaringannya lebih tajam lagi.

Lucane berdiri di hadapannya, jasnya dibiarkan terbuka dengan Wajah datar. Tapi matanya gelap.

Pria di hadapan nya ini baru selesai berlibur menggunakan kapal pesiar milik nya.

"Kau sudah terlalu lama main api dengan dunia bawah, dan sekarang aku ingin warisan kita diamankan. Kau harus menikah, Lucane." Ucap Kakek lucane datar

"Pernikahan bukan transaksi saham, Kek." Jawab Lucane datar

"Di keluarga kita, justru itulah intinya. Menikah berarti mengunci aliansi. Aku sudah memilihkan calonmu. Putri dari keluarga Asmara mereka menguasai pelabuhan-pelabuhan kecil di Asia Selatan. Dengan mereka, seluruh jalur laut menjadi milik kita" jelas Kakek Lucane

Lucane mencengkeram rel besi di samping.

"Kau pikir aku bisa membangun kerajaan ini hanya untuk jadi pion di meja nikah?"

Revantra tersenyum samar

"Kau berpikir terlalu modern, Nak. Dunia ini masih diatur oleh darah dan nama keluarga. Dan kalau kau menolak aku akan membubarkan seluruh jaringanmu. Mulai dari akar."

Lucane terdiam. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama dia tidak memegang kendali.

Di Kamar Pribadi Lucane Malam Hari

Lucane membuka berkas-berkas yang dikirim kakeknya. Foto calon istrinya Adelina Asmara. Perempuan cerdas, cantik, dan dari keluarga seberbahaya dirinya.

Tapi itu bukan masalah utama.

Masalah utamanya adalah hatinya mulai condong ke Xera.

Bukan karena cinta klise, tapi karena Xera adalah satu-satunya orang yang tidak takut padanya dan justru mengingatkannya siapa dirinya dulu, sebelum dunia mafia menelannya.

Lucane menatap pantulan wajahnya di jendela kaca.

"Kalau aku menikah demi warisan, aku kehilangan diriku sendiri. Tapi kalau aku menolak semua yang kubangun akan dihancurkan."

Lucane pun menatap gelap nya malam ingin sekali dia menolak semua nya.

* * * *

Pagi itu, ruang kerja Lucane dipenuhi ketegangan

Juan berdiri di depan meja, berkas-berkas hasil investigasi berserakan di atas permukaan kayu mahal.

Lucane duduk diam, memandangi satu foto lama yang baru saja ditemukan foto keluarga angkat Xera, lengkap dengan anak laki-laki kecil berambut gelap Alexi saat masih berusia lima tahun.

"Gila... Jadi dia sudah hidup bersama keluarga Xera sejak kecil," gumam Juan pelan, menggelengkan kepala.

"Dan sekarang dia jadi dalang pembunuhan mereka? Ini gila, Luc."

Lucane menutup berkas perlahan, wajahnya tidak menunjukkan emosi. Tapi matanya dingin mata seorang pria yang merasa dikhianati oleh seseorang yang seharusnya ‘keluarga’.

"Mereka mengubah namanya jadi Alexi Johnson," kata Lucane.

"Bertahun-tahun dia hidup di bawah perlindungan keluarga Xera. Mereka menyekolahkan dia, membesarkan dia seperti darah daging sendiri. Tapi yang dia balas adalah pengkhianatan."

Juan menarik napas dalam. "Motifnya jelas. Warisan."

Lucane mengangguk.

"Setelah kedua orangtua Xera meninggal, dia mencoba mengatur agar seluruh aset keluarga jatuh ke tangannya dan Xera sebagai ahli waris yang sah sudah dia usir dari rumahnya namun kini dia masi berencana menghancurkan Xera karena Xera masi hidup." tambah Juan perlahan, kini matanya ikut menegang.

"Dia bukan cuma membunuh ayah ibu angkatnya Dia akan mencoba mencelakai adik sendiri."

Lucane berdiri, menatap keluar jendela kaca.

Di kejauhan, Xera terlihat berjalan menuju kantor, membawa map seperti biasa. Tapi kini, tidak ada yang biasa lagi tentangnya. Perempuan itu hidup dalam bayang bayang pembunuh yang telah tumbuh bersama di bawah atap yang sama.

"Dan sekarang dia kuat, bukan untuk hidup. Tapi untuk bertahan."

Juan menatap sahabatnya. "Kita bantu dia, kan?"

Lucane mengangguk perlahan.

"Ternyata saat dia menyelamatkan ku, dia sedang terluka di hati nya, sekarang dia tidak perlu pura pura kuat."

* * * *

Sementara itu, di tempat lain

Alexi duduk di dalam mobil hitam yang terparkir jauh dari pusat kota. Di sampingnya, seorang pria bertubuh besar dengan tato di leher membuka map dan menyodorkan foto terbaru Xera.

"Dia sudah terlalu dekat dengan mereka," kata pria itu.

"Kalau dia terus hidup, semua bukti akan menyeretmu."

Alexi menatap foto itu lama, wajahnya datar.

Lalu ia menyulut rokok dan menjawab dingin

"Maka buat dia menghilang. Kali ini jangan gagal, aku sudah berbaik hati kemarin membuat nya tetap hidup tapi sekarang aku tidak ingin."

* * * *

Xera yang merasa sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya pun berencana akan pulang, hari ini dia membawa mobil Zee karena Zee yang meminta nya agar Xera tidak terlambat untuk bekerja.

Malam hari parkiran basement gedung kantor.

Xera melangkah pelan menuju mobilnya, langkahnya tenang, tapi sorot matanya waspada. Entah kenapa, sejak pagi tadi, perasaannya tidak enak. Seolah ada yang memperhatikannya dan tentu saja Xera akan menghadapi semua yang akan datang. Dia tahu Alexi tidak akan mungkin membiarkan dia hidup tenang.

Dia menekan tombol kunci mobil. Saat itu juga Suara langkah cepat menggema di lorong parkiran.

Xera menoleh.

Terlambat.

Dua pria bertopeng muncul dari balik tiang beton, salah satunya menarik pisau. Yang lain menarik sebatang besi panjang.

Xera mundur cepat, tapi mereka sudah mengepung.

"Permintaan terakhir, nona Xera?"

Xera tidak menjawab. Tangannya diam-diam menyentuh bagian dalam jaketnya — dan dalam sekejap, dia menarik semprotan gas kecil dan menyemprotkannya ke wajah pria pertama.

"ARGHH!!"

Yang kedua menyerang tapi sebelum ia sempat mendekat lebih jauh, suara keras memotong keheningan.

DOR!

Pria bertopeng itu tumbang, peluru menembus pundaknya. Dari bayangan, muncul Lucane, pistol masih terangkat. Di belakangnya, Juan menyusul sambil menelepon tim keamanan.

"Apa kau terluka Xera," ujar Lucane pelan, berjalan mendekat.

"Sekarang kami tahu siapa yang ingin menghabisimu."

Xera terdiam, wajahnya tercampur marah dan lega.

"Dia pasti kirim mereka, kan? Alexi."

Lucane menatap mata Xera dan mengangguk.

"Dan sekarang kita tahu ini bukan cuma soal warisan. Ini pembunuhan berencana. Dan kau target utama."

Juan menambahkan, "Mereka akan bicara. Kita punya bukti fisik. Kontak Alexi, jejak transaksi mereka dengan mafia lokal semua akan kita seret ke permukaan."

Xera mengepalkan tangan.

"Dia pikir aku masih anak kecil yang bisa dia singkirkan diam-diam."

Lucane menatapnya penuh ketegasan. "Bukan. Sekarang kau bukan korban. Kau kunci terakhir untuk menghancurkan Alexi."

"Terimakasih tuan sudah menyelamatkan saya" ucap Xera

"Kau harus lebih berhati hati Xera, dia pasti akan mengirim orang lain lagi untuk menyerang mu" ucap Lucane khawatir

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!