NovelToon NovelToon
Maverick Obsession

Maverick Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Obsesi / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Oveleaa_

Maura seorang asisten pribadi, mendapati dirinya terperangkap dalam hubungan rumit dengan atasannya, Marvel-seorang CEO muda yang ambisius dan obsesif. Ketika Marvel menunjukkan obsesi terhadap dirinya, Maura terperangkap dalam hubungan terlarang yang membuatnya dihadapkan pada dilema besar.

Masalah semakin pelik ketika Marvel, yang berencana bertunangan dengan kekasihnya, tetap enggan melepaskan Maura dari hidupnya. Di tengah tekanan ini, Maura harus berjuang mempertahankan batas antara pekerjaan dan perasaan, sekaligus meyakinkan keluarganya bahwa hubungannya dengan Marvel hanyalah sebatas atasan dan bawahan.

Namun, seberapa lama Maura mampu bertahan di tengah hasrat, penyesalan, dan rahasia yang membayangi hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oveleaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Kamu benar-benar tidak mau ikut denganku?" Marvel meraih tangan keriput Neni, menggenggamnya erat.

"Tidak!" rajuk Neni, tidak mau melihat cucunya itu. "Berbeda lagi kalau kamu memperkenalkan calon tunanganmu terlebih dahulu!"

"Astaga, aku benar-benar tidak punya waktu melakukannya."

Marvel benar-benar tidak tahu cara menjelaskan betapa sibuk dirinya. Urusan pekerjaan bukan permainan baginya. Ia tidak bisa ongkang-ongkang kaki dan menyerahkan segalanya begitu saja pada bawahan. Orang kepercayaannya saja bisa berkhianat, bagaimana dengan orang lain yang tidak ia kenal.

"Tapi kalian sudah berpacaran selama empat tahun!"

Ah, benar. Empat tahun tidak cukup bagi Marvel untuk memperkenalkan seorang wanita. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan "wanita lain" hingga tidak yakin suatu saat nanti akan menikah. Pernikahan terlalu sakral untuknya yang gemar bermain wanita.

"Aku tidak menyangka kalau kita akan serius. Jadi, aku tidak mengenalkannya," balas Marvel, jujur.

"Ya sudah, ya sudah. Bawa saja dia kemari setelah pertunangan, kenalkan dia padaku."

Akhirnya Marvel bisa mengembuskan napas lega. Ia memeluk perempuan itu dengan penuh kasih sayang. "Aku tidak berjanji, tapi benar-benar akan melakukannya setelah menemukan wanita yang tepat."

Mendengar itu Neni langsung mendorong tubuh Marvel untuk melepaskan pelukan. Memberinya tatapan tajam. "Apa maksudmu menemukan wanita yang tepat? Jangan mempermainkan wanita, Marvel!" sungutnya.

Ia tidak terima kalau cucunya ini memiliki sifat sang sama dengan sang ayah. Sering gonta-ganti perempuan, gemar berselingkuh dan parahnya tega membunuh istrinya sendiri.

"Jangan marah-marah terus, kamu terlihat semakin tua."

"Aku sedang marah, jangan coba-coba melucu!"

Marvel tertawa, lalu kembali memeluk Neni. "Maafkan aku. Aku hanya bercanda."

"Ingat pesanku baik-baik. Jangan mempermainkan wanita, jangan biarkan kebrengsekan ayahmu itu mengalir di darahmu!"

"Iya, iya ...."

Harimau lapar akan tunduk singa betina, mungkin seperti itu gambaran Marvel dan Neni sekarang.

°°°

Empat hari terkurung di dalam rumah membuat Maura seperti mayat hidup. Wajahnya lesu, kulitnya kusam dan rambutnya mengembang karena tidak pernah disisir. Empat hari merasakan menjadi pengangguran membuat sekujur tubuhnya kaku dan sakit, ia tidak bisa membayangkan bagaimana pengangguran-pengangguran itu bisa bertahan lebih lama.

Ia sudah mencari banyak cara untuk keluar, tetapi tidak ada satu jalan pun ia temukan. Semua pintu dikunci, semua jendela dilapisi tralis besi, pintu balkon juga dikunci lebih parahnya rumah itu dijaga oleh orang-orang bertubuh tinggi besar yang ia yakini anak buah Marvel. Dengan tubuh kecilnya, Maura tidak yakin bisa mengalahkan pria-pria itu.

"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya tidak bertenaga, tertelungkup di sofa dengan wajah mengarah pada layar televisi.

Biasanya untuk mengisi kebosanan, Maura rutin merusak sesuatu setiap hari, lalu ia akan menelpon Marvel dan mengatakan keluhannya. Lampu mati, shower tidak menyala, AC rusak dan masih banyak lagi. Hanya ingin membuat Marvel kerepotan. Benar saja, pria itu marah-marah karena harus memanggil tukang yang berbeda setiap harinya.

Pagi ini Maura tidak tahu akan membuat keributan apa lagi. Tadinya ia berniat membakar rumah itu, tapi sayang karena banyak aset berharga di dalamnya. Akhirnya, memilih bermalasan sambil nonton TV.

Saat tidak sengaja akan terlelap lagi, getaran ponsel di atas nakas membuatnya membuka mata. Panggilan masuk dari Marvel, dan Maura mengabaikannya hingga panggilan itu mati sendiri. Beberapa saat kemudian ia mendengar suara kasak-kusuk dari pintu utama, lalu terdengar suara kunci diputar. Ia langsung berlari dan sembunyi di bawah tangga dengan membawa ponselnya.

Ponsel itu kembali bergetar, panggilan dari orang yang sama. Lagi-lagi Maura mengabaikannya dan malah mematikan ponsel itu. Ia yang penasaran pada orang yang membuka pintu pun mengintip dengan hati-hati.

Itu Sam bersama dua orang berpakaian serba hitam.

"Non Maura!" teriak Sam berjalan ke arah dapur.

Agar tidak ketahuan, Maura merangsek lebih menempel di dinding.

"Kalian cari ke taman belakang dan rooftop, saya akan menyisir lantai dua."

Maura bisa mendengar Sam berteriak pada teman-temannya diikuti suara derap langkah cepat. Ia meringkuk memeluk lutut saat mendengar suara ketukan sepatu menaiki tangga. Tidak lama kemudian terdengar ketukan sepatu itu menuruni tangga, dan orang itu berhenti begitu menginjak lantai satu.

"Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud mengacaukan pertunangan anda. Tapi kami benar-benar tidak melihat Non Maura meninggalkan rumah."

"Baik. Saya akan memeriksa CCTV."

Sam kembali ke lantai atas. Maura langsung menegakkan tubuh begitu langkah kaki itu menjauh. Ia tahu ruang cctv ada di lantai dua, di samping ruang kerja Marvel.

Ia keluar dari persembunyian sambil celingak-celinguk, memastikan keadaan sekitar. Pintu utama rumah itu terbuka lebar. Bibirnya tertarik tipis, menghitung mundur dalam hati sebelum akhirnya nekat berlari sekencang mungkin melewati pintu.

Keberuntungan seperti memihaknya. Gerbang besar yang biasanya terkunci rapat kini dibiarkan terbuka tanpa penjagaan. Ia tak membuang waktu lagi, terus berlari tanpa menoleh ke belakang.

Namun, samar-samar terdengar teriakan dari dalam rumah. Benar saja, seseorang menyadari kepergiannya dan mulai mengejar. Syukurlah jarak mereka masih cukup jauh, meski kemungkinan besar orang itu bisa menyusul jika Maura lengah.

Begitu berhasil keluar dari kompleks perumahan, Maura menyeberang jalan raya dengan napas terengah. Kakinya terus melangkah, tak berhenti berlari. Tujuannya jelas: halte di seberang jalan, tempat biasanya ada pangkalan ojek konvensional.

Namun, di tengah kepanikan, pandangannya tidak fokus. Dari arah kanan, sebuah motor melaju kencang.

“BRAAAKKK!”

Tubuh Maura terpental keras ke aspal. Rasa perih menyambar di sekujur tubuhnya, terutama di kaki dan lengannya yang terbentur keras. Pandangannya buram, tapi samar-samar ia bisa melihat orang-orang mulai berkerumun. Suara motor yang menabraknya berhenti mendadak, si pengendara panik, ikut berlari mendekat.

“Cepat… tolong bawa aku ke… rumah sakit Medika,” ucap Maura terputus-putus, suaranya serak. Nafasnya memburu, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh. “Tolong… jangan biarkan aku di sini. Orang… yang tadi mengejarku… dia orang jahat…”

Beberapa orang saling pandang, bingung dengan ucapannya. Seorang ibu yang berdiri paling dekat langsung berjongkok, menggenggam tangan Maura. “Tenang, Nak, kamu jangan bicara banyak dulu. Ada yang bisa tolong telepon ambulans atau bawa ke RS Medika? Cepat!” serunya.

Seorang pria muda berlari ke tepi jalan, menghentikan mobil yang kebetulan melintas. Dengan tergesa, mereka mengangkat tubuh Maura yang lemah ke dalam mobil.

Maura berusaha menahan rasa sakit, bibirnya terus bergetar. “Tolong… cepat… sebelum dia… menemukan aku…”

Dari kejauhan, samar-samar terdengar suara seseorang berteriak, seperti memanggil-manggil. Wajah Maura memucat. Ia memejamkan mata rapat-rapat, berharap mobil segera melaju, menjauhkannya dari bayangan orang yang mengejarnya.

Mobil yang ditumpangi Maura baru saja siap melaju ketika suara langkah tergesa terdengar semakin dekat.

Kaca jendela mobil diketuk-ketuk dengan keras. Seorang pria dengan napas terengah menempelkan wajahnya ke kaca, menggedor semakin keras. “Non Maura, buka! Buka pintunya!” teriaknya dengan mata liar.

Maura tersentak, tubuhnya bergetar hebat. Wajahnya pucat, keringat dingin bercucuran. “Itu dia! Itu orang jahat itu! Tolong jangan buka! Cepat jalankan mobilnya!” suaranya pecah, hampir menangis.

Sopir yang awalnya kebingungan langsung menekan pedal gas. Mobil melaju mendadak, membuat pria itu terhuyung dan hampir jatuh. Ia masih sempat menampar keras kap mobil, meninggalkan dentuman yang membuat jantung Maura berdegup kencang.

“Cepat! Jangan berhenti! Jangan berhenti… dia akan menangkapku…” Maura menggenggam tangan ibu yang duduk di sampingnya, suaranya parau penuh ketakutan.

Dari kaca spion, terlihat pria itu berlari beberapa langkah, tapi akhirnya terhenti, hanya bisa menatap mobil yang membawa Maura menjauh.

Mengetahui dirinya telah memenangkan permainan, Maura tersenyum tipis, lalu mendadak meringis kesakitan. “Tolong… bawa aku cepat ke rumah sakit Medika… sebelum dia menemukan aku lagi…”

Ia sudah tidak sabar melihat si brengsek Marvel itu marah, dan mengacaukan hari pertunangannya.

1
Agnes Gulo
cerita nya sangat menarik kak, semangat utk UP 😍
Hennyy Handriani
bagus kok kk....💪💪💪
Hennyy Handriani
kapan upnya jangan lama" ya kk
IG: Oveleaa: siapp
total 1 replies
Hennyy Handriani
alurnya sangat bagus
IG: Oveleaa: terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak♥️
total 1 replies
Hennyy Handriani
Makin menarik nih
Hennyy Handriani
alurnya bagus banget💪
SweetPoison
Gimana bisa ceritanya sebagus ini, bikin aku ketagihan bacanya thor!
Dama9_
Menyentuh
Ermintrude
Buat mood pembaca semakin bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!