NovelToon NovelToon
Heavenly Body, Broken Trust!

Heavenly Body, Broken Trust!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.

Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.

Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?

Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jingyan Murid elit sekte

Riak di Dalam Sekte Pedang Azura

Angin pegunungan menyapu lembut halaman utama Sekte Pedang Azura. Di ruang pertemuan utama yang berada di puncak batu giok, lima tetua sekte duduk melingkar menghadap pusaran cahaya yang memantulkan citra ujian roh tadi malam.

"Dia menggunakan teknik formasi pelindung Xuanyin..." ujar Tetua Han, suaranya berat.

"Itu sekte yang sudah dimusnahkan dua belas tahun lalu," tambah Tetua Lian, alisnya berkerut tajam. "Anak itu... siapakah dia sebenarnya?"

"Namanya Banxue," jawab Tetua Qian. "Berdasarkan laporan murid penguji, dia menunjukkan kontrol energi yang luar biasa. Aura tubuhnya... berbeda."

"Tubuh Surgawi?" gumam Tetua Zhang yang duduk di sisi paling kanan. Tatapannya tajam menusuk citra yang memantulkan wajah Banxue dalam meditasi.

Semua terdiam.

"Tidak boleh gegabah. Kita awasi dulu. Jika dia benar-benar... kita bisa menjadikannya pilar baru Sekte Azura. Tapi jika dia terkait dengan sekte iblis—"

"—Kita akan bertindak sebelum dia tumbuh terlalu kuat," potong Tetua Han tegas. Cahaya pusaran padam. Rapat selesai.

Sementara itu, di paviliun pelatihan murid elit, suasana jauh berbeda. Gelak tawa, suara senjata beradu, dan aroma keringat serta teh hangat memenuhi udara. Para murid elit Sekte Azura adalah kumpulan pendekar muda terbaik, dan pusat perhatian pagi ini bukan latihan pedang, melainkan rumor.

"Katanya dia gadis itu! Yang ngalahin Wayne waktu ujian!"

"Apa?! Murid baru?! Mengalahkan Senior Wayne?!"

Di antara mereka duduk seorang pemuda dengan pakaian santai berwarna biru tua, rambut dikuncir malas, kaki selonjoran di atas meja. Senyumnya lebar, matanya tajam tapi bersinar jenaka.

"Heh, sepertinya aku harus bertemu 'pendatang baru' yang luar biasa ini. Mungkin akhirnya ada seseorang yang bisa membuat hidup di sini lebih seru."

Itulah Jingyan, murid elit peringkat tiga, terkenal bukan hanya karena kekuatannya tapi karena sikapnya yang tak bisa ditebak.

Beberapa jam kemudian, saat Banxue dan Fengyu baru saja selesai mendaftar ulang sebagai murid resmi, mereka melewati halaman latihan murid elit.

"Eh, hei! Hei kamu! Gadis tanpa ekspresi! Ya, kamu! Yang katanya menumbangkan Wayne?"

Banxue berhenti. Wajahnya kaku. Mata tajamnya menatap si pemuda yang melambai seperti kenalan lama.

"Siapa kau?"

"Namaku Jingyan. Murid elit. Peringkat tiga. Pemecah suasana. Pengganggu resmi di tempat ini," ujarnya sambil berdiri dan memberi salam aneh.

Fengyu melangkah maju, sedikit menempatkan dirinya di antara Banxue dan pemuda itu. Tapi Banxue mengangkat tangan.

"Jangan. Aku bisa bicara sendiri."

Jingyan tertawa pelan. "Wah, bisa bicara juga rupanya. Kirain kamu patung pedang hidup."

"Kalau kau tak punya urusan, aku akan pergi."

"Tunggu dulu," Jingyan melangkah cepat hingga kini berada di samping mereka. "Kau mengalahkan Wayne. Kukira aku satu-satunya yang bisa melakukan itu tanpa membuatnya menangis." Ia berkedip ke arah Fengyu. "Tapi ternyata... ada pendekar salju yang lebih dingin dari semua es di Pegunungan Utara. Menarik."

"Aku tak punya waktu untuk bercanda."

"Kau belum kenal aku. Aku bercanda sambil bertarung."

Fengyu menatap Jingyan dengan waspada. "Apa maksudmu sebenarnya?"

"Tenang, tenang. Aku tidak ingin berkelahi. Aku hanya ingin mengajak teman baru... minum teh? Atau mungkin beradu pedang kecil-kecilan? Atau kau bisa terus menatapku seperti ingin membekukan wajahku. Itu juga menyenangkan."

Banxue menghela napas. "Kalau kau tak ingin bertarung atau menyampaikan tantangan resmi, jangan ganggu aku."

"Tantangan resmi? Aku malah berharap kau yang menantangku, Nona Es. Tapi baiklah. Sampai jumpa. Dan... selamat datang di Sekte Pedang Azura."

Jingyan membungkuk pura-pura sopan dan melangkah pergi sambil bersiul, meninggalkan Banxue yang untuk pertama kalinya—hanya sesaat—terdiam karena bingung.

Fengyu menoleh.

"Kau baik-baik saja?"

"Orang itu... aneh."

"Kau baru sadar?"

"Tapi... dia tidak berbohong." Banxue menatap jauh ke arah Jingyan yang telah menghilang di balik koridor.

Fengyu hanya bisa tersenyum tipis.

Di saat yang sama, dari bayangan atap bangunan utama, seorang tetua memperhatikan mereka bertiga diam-diam.

"Tubuh Surgawi... dan sekarang dikelilingi tiga kekuatan yang tak terduga. Awan badai akan segera berkumpul."

Di sisi lain dari kompleks Sekte Pedang Azura, di sebuah ruangan tenang yang menghadap lembah, Wayne sedang duduk bersila menenangkan diri. Linrue berdiri di dekat jendela, melipat kedua lengannya dengan tatapan kosong.

"Kau masih memikirkannya?" tanya Linrue pelan.

"Dia benar. Aku berbohong, Rue. Bahkan jika alasanku masuk akal."

"Tapi kau tak punya pilihan. Kita hanya mengikuti perintah sekte."

Wayne membuka matanya. "Tapi sekarang... aku merasa kita salah." Ia mengepalkan tangan. "Banxue akan kesulitan mempercayai siapa pun setelah ini."

Linrue terdiam sejenak, lalu berkata lirih, "Kalau begitu, biarkan dia mempercayai yang ingin dia percayai. Tapi jika kau ingin memperbaiki kesalahan, jangan lakukan dengan kata-kata, lakukan dengan tindakan."

Wayne mengangguk pelan. Tekad mulai menyala di matanya.

"Aku tidak akan diam saja, Rue. Meski dia membenciku sekarang... aku ingin membuktikan bahwa aku bukan musuhnya."

Di luar, bayangan langit mulai menggelap, awan menggulung perlahan. Pertanda bahwa cerita ini baru saja dimulai.

1
Daisy
Keren banget sih cerita ini! Baca sampe subuh aja masih seru.
Winifred
Wow! 😲
Axelle Farandzio
Bahasanya halus banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!