Gabriel Alessandro, seorang tangan kanan bos mafia terkenal di Itali. Memutuskan keluar dari organisasi tersebut dan pergi ke Indonesia, kampung halaman ibunya.
Ia memutuskan pergi karena dihantui rasa bersalah setelah meledakkan bom di sebuah panti asuhan atas perintah bosnya.
Disaat ia mencoba menikmati hidup, ia bertemu dengan seorang perempuan yang dikejar oleh banyak pria berbadan kekar.
Ia yang awalnya tidak peduli akhirnya memutuskan untuk menolong perempuan itu.
Lalu apakah pertemuan mereka akan berlanjut dan membawa kedua nya dalam kisah yang baru ? Atau hanya sekedar pertemuan yang akan terlupakan begitu saja ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Cintaku Aib ?
🌙🌙🌙
Gabriel masih diam di mejanya. Ia menghabiskan minuman soda yang sudah tidak dingin lagi.
Sunyi tanpa suara yang ia rasakan. Ia membalik badan. Kemana perginya perempuan itu.
Gabriel menuju tempat dimana Melati berada. Apa jangan-jangan ia pergi tanpa sepengetahuannya.
"Jangan sampai dia pergi-pergi lagi. Bisa habis aku dipenggal Kakak nya". Gerutu Gabriel.
Ia mendapati Melati berbaring dengan meletakkan bantal di wajahnya. Takut jika Melati mencoba bun*h d*ri dengan membekap wajahnya sendiri, segera Gabriel membuang bantal itu.
Hal itu mengejutkan Melati yang seketika duduk dengan menatap Gabriel aneh.
"Apa ?" Tanyanya menyipitkan mata. Menyesuaikan dengan cahaya.
"Kamu tidur ?"
"Ketiduran".
"Huh, aku pikir kamu mau.. Aah sudahlah.. " Kata Gabriel bingung. Ia mendudukkan dirinya di dekat Melati.
Melati bergeser saat posisi mereka terlalu dekat.
"Kenapa ? Takut padaku ?" Tanya Gabriel dan Melati hanya menggeleng.
Gabriel menghela nafas panjang. " Sekarang kita harus apa, Mel ? Kakak mu itu sungguh gila".
"Maaf. Karena Kakakku kita jadi menikah". Kata Melati merasa bersalah. Ia kini sudah memahami kenapa Saga memaksanya menikah.
"Memangnya ada masalah apa sih kamu sampai dipaksa menikah ?" Tanya Gabriel serius.
Melati terkejut. Mencintai suami orang adalah aib kan ? Jadi harus ia pendam sendiri.
"Tidak ada. Mungkin Kakak mau aku lebih dewasa". Jawab Melati pelan.
"Kamu masih kuliah atau sudah bekerja?".
Kuliah ? Ia bahkan melupakan hal sepenting ini. Harusnya ia lulus dua tahun yang lalu. Tapi karena ia sengaja membuat skripsi asal-asalan hanya agar bisa berlama-lama bertemu dengan Damar, jadilah sampai sekarang ia belum lulus.
"Aku masih kuliah".
Gabriel menangkap wajah redup Melati. Seperti ada beban yang ditanggung nya. Tapi ia tidak mau bertanya lebih banyak. Sebab mereka tidak sedekat itu.
"Istirahat lah dikamar. Sebelah kiri itu kamar mu. Yang kanan kamar ku. Aku mau keluar dulu". Katanya kemudian meninggalkan Melati.
Bunyi pintu yang tertutup segera menyadarkan Melati. Ia gelisah, kini kakinya seperti dibelenggu oleh rantai besar tak kasat mata.
Ia masih mengingat pertemuan terakhirnya dengan Damar tadi pagi. Damar menegaskan bahwa seolah ia yang bersalah disini.
"Kenapa aku yang bersalah. Aku lebih dulu mencintaimu daripada Rania". Ucapnya penuh luka. Kenapa cintanya dianggap hina.
Bahkan meskipun ia dijerat oleh pernikahan, hatinya tetap menyimpan cinta yang besar.
Kepalanya terasa berat. Dadanya seperti dihimpit batu. Ia putuskan istirahat di dalam kamar yang ditunjuk oleh Gabriel.
Ruangan yang cukup mewah menurut Melati. Ada ranjang queen size. Lemari besar dan kamar mandi.
Tubuh dan hatinya terasa sakit semua. Dengan tertatih ia bergerak menuju ranjang yang seperti melambai pada Melati.
Semuanya terasa lelah. Tapi matanya tidak kunjung terpejam.
Berkali-kali ia tanyakan pada hatinya, apa setelah penolakan Damar setelah ini tidak ada lagi perasaan untuk pria itu ?
Lambat laun matanya terasa berat. Kemudian terpejam dengan sendirinya menyisakan air mata diujung matanya yang masih mengalir.
...
Gabriel kembali ke Apartemen setelah malam hari. Tadi Arya mengatakan ada sebuah Perusahaan pengembangan game yang ingin bekerjasama sama dengan Perusahaan miliknya.
Setelah ia cari tau, ternyata Perusahaan itu bukan Perusahaan biasa. Itu adalah Perusahaan raksasa di negara ini. Gabriel sedikit bingung, Perusahaan nya tergolong baru dan ada Perusahaan sebesar itu mau bekerja sama dengannya. Apa tidak takut rugi ?
Setelah ia pikir-pikir akhirnya ia mau menerimanya dan bertemu dengan perwakilan dari Perusahaan tersebut.
Apa ini yang dimaksud Saga, bahwa ia akan membantu Perusahaan nya ? Tiba-tiba pikiran itu terlintas di benaknya. Tentang ucapan Kakak iparnya tadi siang.
Gabriel melihat ada dua orang pria berdiri di depan pintu unitnya sambil membawa koper besar.
"Siapa kalian ?" Tanya Gabriel dingin. Ia tidak suka basa basi pada orang asing yang menurutnya bisa membahayakan.
"Maaf Tuan, kami disuruh Tuan Saga mengantar barang milik Nona Melati. Tapi dari tadi kami menunggu tidak juga dibukakan pintu". Jawab salah satu dari mereka.
Mereka tau bahwa lelaki yang sedang bertanya ini adalah pemilik unit Apartemen ini. Suami Melati seperti yang Saga katakan.
Gabriel menatap mereka satu-persatu. Kedua orang itu merasa ngeri dengan tatapan Gabriel.
"Sudah sana pergi". Kata Gabriel menyerobot dan mengambil koper itu.
"Baik Tuan". Ucap keduanya kemudian meninggalkan Gabriel.
Gabriel menekan sandi pintu. Kemudian masuk. Ia tidak melihat Melati dimanapun.
Akhirnya ia coba membuka pintu kamar Melati. Terlihat perempuan itu tidur dengan telentang. Kakinya ia luruskan .
Melati tidur dengan sangat damai. Terlihat ada sisa air mata di pipinya. Gabriel berpikir kira-kira apa yang membuat Melati sesedih itu.
Apa menikah dengan nya ?
Sejujurnya Gabriel juga terbelenggu dengan pernikahan ini. Bukan karena ia memiliki kekasih. Tapi karena ia ingin fokus dulu menata masa depannya agar menjadi lebih baik.
Ia meletakkan koper Melati di sisi tempat tidur. Kemudian menutup pintu kamar dengan pelan agar tidak membangun kan tidurnya.
Ia menuju kamarnya sendiri dan memutuskan untuk mandi. Menyejukkan kepalanya yang dipenuhi banyak sekali pertanyaan. Tentang bisnis nya, juga tentang Melati.
Tiga puluh menit kemudian ia sudah berada di dapur. Rambutnya sedikit basah. Wajahnya terlihat segar.
"Apa Melati tadi sudah makan ya". Gumamnya sendiri.
Ia lupa kalau di tempatnya sekarang ia tidak sendiri. Ada seseorang yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Memikirkan Melati, ia jadi teringat akan ucapan ibunya sebelum meninggal. Ibunya ingin agar Gabriel kelak mencari istri dari negara yang sama dengan sang ibu.
"Keinginan ibu menjadi kenyataan". Katanya sambil tersenyum. Mengingat ibunya, ada perasaan rindu yang tidak bisa digambarkan. Sangat besar yang tidak akan bisa tersampaikan.
Ia memutuskan memasak makan malam. Membuat spaghetti sepertinya lebih cepat.
Saat memasak tiba-tiba ia mendengar seperti suara benda jatuh diikuti teriakan Melati. Cepat-cepat ia pergi ke kamar Melati. Dan tanpa permisi ia membuka pintunya.
Tapi Melati tidak terlihat di sudut kamar. Ia mendengar ada gemericik air di dalam kamar mandi. Setelah teriakan tadi tidak ada lagi suara Melati.
Ia takut hal buruk terjadi padanya. Hingga tanpa aba-aba segera ia buka pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga.
Pemandangan di depannya seketika membuat ia dan Melati sama-sama berteriak.
"Aaaa...."
biarpun cintamu sedang membara