NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Bayang-bayang kebencian.

Hari sudah gelap ketika Elad mengantar Jasmin kembali ke apartemennya. Lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan, menciptakan suasana yang kontras dengan ketegangan yang menggelayuti hati Elad. Di sampingnya, Jasmin, dengan gaun feminin yang menempel sempurna di tubuhnya, mengeluh tentang omongan kasar Cloe.

“Dia benar-benar tidak tahu batas, Elad! Kenapa kamu tidak bilang padanya untuk berhenti?” keluh Jasmin, suaranya bergetar antara kesal dan cemas.

Elad hanya mengangkat bahu, berusaha terlihat tenang. “Lupakan saja, Jasmin. Dia hanya berusaha mengganggu kita. Abaikan saja.”

Namun, saat mereka melanjutkan perjalanan, pikiran Elad melayang pada perkataan Cloe yang menyakitkan.

‘Pria menyebalkan seperti dia memiliki banyak musuh.’

Bagaimana Cloe bisa tahu? Apakah dia memiliki kemampuan untuk merasakan bahaya yang mengintai? Pertanyaan itu terus berputar di benak Elad, menambah beban di dadanya.

Setelah sampai di apartemen Jasmin, Elad menolak untuk masuk. “Maaf, aku masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan,” ujarnya, berusaha mengalihkan perhatian dari rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.

“Baiklah, tapi jangan terlalu larut, ya?” Jasmin tersenyum, meski ada keraguan di matanya. Elad melambaikan tangan dan beranjak pergi, merasakan ketegangan yang semakin menguat.

Dalam perjalanan pulang, suasana malam yang tenang tiba-tiba pecah. Sebuah mobil melaju kencang mendekatinya, dan dalam sekejap, sepuluh orang bersenjata muncul dari dalamnya, menyerang kaca mobil.

Elad terkejut, jantungnya berdegup kencang. Sebelum dia sempat berlari, salah satu dari mereka sudah melayangkan serangan. Sebuah benda tajam menghujam pundak kanannya, rasa sakit yang menyengat membuatnya terjatuh.

Dengan sisa-sisa tenaga, Elad berusaha melarikan diri. Mustahil menghadapi 10 orang bersenjata sementara dia sendiri bertangan kosong tengah bersimbah darah. Akan ia coba lakukan andaikan belum terkena serangan mendadak.

Dia berlari ke dalam gang-gang sempit, bersembunyi di balik bayang-bayang malam. Nafasnya terengah-engah, dan rasa sakit di pundaknya semakin menyiksa. Dalam kegelapan, pikirannya kembali melayang pada Cloe.

‘Apa mereka suruhan Cloe? Tapi rasanya tidak mungkin, Cloe baru tiba di kota ini dan tidak mengenal siapapun.’

Sembari bersembunyi, Elad merenungkan semua yang terjadi. Cloe, dengan segala kelakuannya, selalu memiliki cara untuk membuat kepalanya hampir meledak. Namun, di saat-saat seperti ini, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan wanita itu. Apakah dia benar-benar peduli? Atau semua ini hanya permainan untuknya?

Rasa sakit di pundaknya semakin parah, dan Elad tahu dia harus segera mendapatkan pertolongan. Namun, pikirannya terus terjebak dalam labirin kebencian dan ketidakpastian. Cloe, Jasmin, dan semua yang terjadi di antara mereka, seolah menjadi benang kusut yang sulit untuk diurai.

Di tengah kegelapan, Elad berjanji pada dirinya sendiri. Dia akan mencari tahu siapa yang menginginkannya mati, dan mengapa Cloe bisa tahu tentang semua ini. Dalam perjalanan yang penuh bahaya ini, satu hal yang pasti: dia tidak akan membiarkan siapapun, termasuk Cloe, mengendalikan hidupnya.

Dengan semangat yang baru, Elad bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Dia tahu, malam ini baru saja dimulai, dan kegelapan yang mengintai tidak akan menghentikannya.

Beruntung dia membawa ponsel. Elad menghubungi Miko, seseorang yang sangat ia andalkan.

“Aku diserang 10 orang bersenjata, jemput aku dengan membawa polisi.” Kemudian Elad menyalakan GPS, Miko akan sampai dengan bantuan itu.

Hal seperti ini bukan pertama kali, jadi Miko pastilah tidak begitu terkejut. Jika sebelumnya bisa menghadapi musuh sendiri, berbeda dengan hari ini: pikirannya dikacaukan oleh Cloe.

‘Dia bukan siapa-siapa, tapi kenapa dia sangat memengaruhi aku?’ Elad mendongak, seketika merasa bodoh.

‘Mungkin karena dia selalu mencari masalah sehingga aku terus memikirkannya.’

Fenomena di sekolah sering terjadi: guru lebih mengingat murid nakal daripada murid berprestasi.

Tak lama kemudian, Miko tiba di lokasi yang dicurigai, bersama dua mobil polisi. Terdengar tembakan senjata dari pihak polisi, segera para pria bersenjata, yang tadinya mengendap-endap mencari Elad, menuju ke mobil melarikan diri.

Sementara polisi mengejar mereka,

Miko berkeliling, mencari tanda-tanda keberadaan Elad. Miko merasakan ketegangan di udara, dan saat dia melihat jejak darah di tanah, hatinya berdegup kencang. “Dia pasti tidak jauh dari sini,” bisiknya, menunjuk ke arah gang sempit di mana Elad terakhir terlihat.

“Elad! Di mana kau?” Miko berteriak, suaranya penuh kekhawatiran.

“Miko,” panggil Elad, berbeda dengan jejak darahnya, dia di balik semak di dekat Miko.

Ketika mereka menemukan Elad tergeletak di tanah, dengan darah mengalir dari pundaknya, Miko langsung berlutut di sampingnya. “Elad! Apa yang terjadi?” tanyanya, suaranya bergetar antara cemas dan marah.

“Diserang … mobil … banyak orang bersenjata,” jawab Elad, napasnya tersengal-sengal.

Petugas polisi segera memanggil ambulans dan memeriksa luka Elad. “Kita harus membawanya ke rumah sakit,” kata salah satu petugas, berusaha menenangkan Miko yang tampak panik.

Bagaimana tidak panik? Elad tidak pernah semenyedihkan ini sebelumnya. Adapun dia justru bermain-main kemudian mengabaikan seolah tidak terjadi apa-apa, tidak mencoba mencari siapa yang berencana membunuhnya.

Saat Elad dibawa ke rumah sakit, Miko tidak bisa menahan diri untuk tidak memperingatinya. “Selama ini kau begitu santai, lihatlah apa yang terjadi sekarang.”

Elad, meski dalam keadaan kritis, bisa merasakan perhatian Miko. “Hahah, kau tahu? Pikiranku sangat kacau belakangan ini. Istriku sangat merepotkan.”

Miko menyipit, apa hubungan masalah ini dengan si nyonya? Apa benar segitu besar pengaruh Cloe sampai bisa mengacaukan Elad?

“Ya, aku tahu istrimu sangat cantik. Pasti sulit untuk tidak tertarik padanya, kan?”

Ejekan yang sangat menusuk, Elad tidak bisa membantah karena sepertinya Miko ada benarnya. Bajingan tetaplah bajingan.

***

Elad terbangun dalam ruangan rumah sakit yang dingin. Suara detak jantungnya terdengar teratur. Tubuhnya terasa lelah, seolah seluruh kekuatan yang ada telah habis. Pandangannya kabur, dan setelah beberapa detik, ia mulai bisa melihat jelas sekelilingnya.

Ia terbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya terikat oleh selang infus dan monitor yang berbunyi sesekali. Ada satu hal yang membuatnya terkejut—di sampingnya, istrinya duduk. Cloe.

“Ada apa?” Elad mengerutkan kening, berusaha berbicara meskipun tenggorokannya terasa kering. “Kenapa kamu di sini?”

Cloe menatapnya tanpa berkedip, tak ada sedikit pun ekspresi khawatir atau cemas yang terlihat. Hanya tatapan datar yang seolah sudah terbiasa dengan kehadirannya.

“Apa kamu tahu apa yang terjadi?” Elad mencoba menggerakkan tubuhnya, meski terasa sangat sakit. “Siapa yang menyerang aku?”

Cloe menghela napas pelan, lalu menyilangkan tangan di depan dada. "Aku nggak tahu," jawabnya datar, suaranya seperti tergerus kebosanan yang dalam.

Elad menatapnya dengan curiga. Ada sesuatu yang tidak beres. Sepertinya Cloe tahu lebih banyak dari yang ia katakan, dan semakin dalam Elad berpikir, semakin ia yakin bahwa ada yang disembunyikan.

“Jadi, kamu nggak tahu apa-apa?” Elad mengulang pertanyaannya, semakin mendesak.

Cloe mendengus pelan, seolah terdistorsi oleh kebosanan. “Kau pikir aku Tuhan apa? Kenapa kau sepertinya mencurigai aku?”

Elad terdiam, kata-katanya terhenti di tenggorokan. Ia merasa seperti ada sesuatu yang jauh lebih besar daripada penyerang itu. Mungkin, justru Cloe-lah yang menjadi ancaman sesungguhnya. Atau mungkin, memang mereka berdua adalah ancaman satu sama lain.

Bersambung....

1
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!