Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.
Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.
Yuk simak kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Kerja
Revan?" kata Aleena dengan suara yang sedikit terkejut. Chika juga memandang Revan dengan rasa penasaran. Aleena dan Chika masih terlihat terkejut, tapi mereka mencoba untuk menenangkan diri dan melangkah lebih dekat ke meja kerja. "Apa... apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Aleena dengan rasa penasaran.
Revan tidak menunjukkan ekspresi apa pun, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Saya memiliki bisnis di sini," kata Revan dengan nada datar.
Chika memandang sekeliling ruangan dan melihat bahwa itu adalah ruang manager cafe. "Kamu adalah pemilik cafe ini?" tanya Chika dengan rasa penasaran.
Revan mengangguk singkat tanpa menunjukkan emosi apa pun. "Ya, saya pemiliknya."
Aleena dan Chika saling memandang, lalu Aleena menjelaskan bahwa mereka datang untuk melamar pekerjaan di cafe itu. "Kami melihat lowongan pekerjaan di sosial media dan kami sangat tertarik untuk bekerja di sini," kata Aleena dengan percaya diri.
Revan memandang mereka berdua dengan mata yang tajam, tidak menunjukkan emosi apa pun. "Baik, saya terima kalian bekerja di sini. Tapi, saya tidak akan memberikan toleransi untuk kesalahan. Kerja keras dan profesionalisme diharapkan dari kalian berdua."
Aleena dan Chika saling memandang, lalu mengangguk setuju. "Terima kasih, kami tidak akan mengecewakan, Re... Eh, Pak...." kata Aleena dengan sedikit terbata.
Revan mengangguk singkat. "Mulai besok, kalian akan mulai bekerja. Saya akan memberikan informasi lebih lanjut tentang tugas dan tanggung jawab. Masalah kuliah kalian, disini kita mempunyai toleransi, Saya rasa kalian juga sudah membacanya sebelumnya. Kalian boleh pergi sekarang!"
Aleena dan Chika melongo mendengar penuturan Revan yang memberitahunya lalu menyuruh mereka pergi, tidak membiarkan mereka berbicara lagi, atau sekedar basa-basi mereka kan teman satu kampus. Kemudian mereka hanya mengangguk dan meninggalkan ruangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari pertama Aleena bekerja dengan penuh semangat. Meskipun dia belum bisa bekerja semahir karyawan yang lain, dia memiliki kegigihan dan tekad untuk belajar dan meningkatkan kemampuan dirinya. Aleena bekerja keras untuk memahami setiap tugas dan tanggung jawabnya, dan dia tidak ragu untuk bertanya kepada rekan-rekannya jika dia tidak yakin tentang sesuatu.
Sementara itu, Axel datang ke cafe itu dengan tujuan yang tidak terduga. Dia disambut oleh Revan, yang berdiri dengan sikap yang dingin dan profesional. Aleena, yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, melihat Axel dari jauh dan langsung bersembunyi di balik meja, tidak mau Axel mengetahuinya bekerja di cafe itu.
Axel, yang tidak mengetahui kehadiran Aleena, langsung mendekati Revan dan berbicara dengan nada yang tegas. "Saya ingin kamu menjaga Aleena dengan baik. Jangan mendekatinya atau mencoba untuk berhubungan ataupun memilikinya," kata Axel dengan mata yang tajam, sepertinya dia mengetahui Revan menyukai Aleena.
Revan memandang Axel dengan mata yang sama tajamnya, tidak terpengaruh oleh peringatan Axel. "Apa yang membuat kamu berpikir saya tertarik dengan Aleena?" tanya Revan dengan nada yang dingin.
Axel tidak menjawab pertanyaan Revan, tapi malah memperingatkan lagi. "Saya serius, Revan. Jaga jarak dengan Aleena. Jangan mencoba untuk merebut perhatiannya,"
Revan memandang Axel dengan mata yang semakin dingin, dan dia tidak ragu untuk memarahi Axel. "Apa yang kamu lakukan di sini? Mengapa kamu memperdulikan Aleena? Kamu sudah memiliki istri, seharusnya kamu fokus pada hubunganmu sendiri."
Axel dan Revan berdiri saling berhadapan, keduanya menunjukkan sikap yang dingin dan tegas. Mereka berdua tidak menunjukkan emosi apa pun, tapi ketegangan di antara mereka sangat terasa. "Saya hanya ingin memastikan bahwa Aleena aman," kata Axel dengan nada yang tidak berubah.
Revan memandang Axel dengan mata yang tidak percaya. "Aman? Dari apa? Dari kamu sendiri?" katanya dengan nada yang sarkastis. Axel tidak menjawab, dan keduanya terus berdiri saling berhadapan, menunjukkan ketegangan yang tidak terpecahkan.
Axel memandang Revan dengan mata yang tajam, lalu berbalik dan pergi meninggalkan cafe tanpa mengatakan apa-apa lagi. Revan memandangnya dengan mata yang tidak berubah, tidak menunjukkan emosi apa pun.
Setelah Axel pergi, Revan memandang sekeliling cafe dan melihat Aleena yang masih bersembunyi di balik meja. Dia memandang Aleena dengan mata yang tidak berubah, lalu kembali ke pekerjaannya tanpa mengatakan apa-apa.
Aleena, yang masih bersembunyi, mengintip ke arah Revan dan melihat bahwa dia tidak memperhatikan dirinya lagi. Dia kemudian keluar dari persembunyian dan melanjutkan pekerjaannya dengan hati-hati, tidak ingin Revan mengetahui bahwa dia telah melihat percakapan antara Revan dan Axel.
"Aduh, apa hubungan mereka sebenarnya?" Aleena bertanya-tanya dalam hati. "Mereka saling kenal baik, atau hanya sekedar rekan bisnis?" Dia terus memikirkan tentang percakapan antara Revan dan Axel, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi kemudian, Aleena menggelengkan kepala dan berkata pada dirinya sendiri, "Ah, bukan urusanku. Saya hanya perlu fokus pada pekerjaan saya saja." Dia mencoba untuk tidak memikirkan tentang hal itu lagi dan melanjutkan pekerjaannya dengan profesional hingga waktu pulang kerja tiba.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aleena keluar dari kamar mandi, tubuhnya yang dibalut handuk putih menonjolkan kelembutan dan keanggunan. Rambutnya yang masih basah dililit handuk dengan sempurna. Saat melihat Axel duduk di sofa dengan tatapan intens, langkah Aleena terhenti. Axel bangkit dari tempat duduknya dan melangkah mendekati Aleena, membuat Aleena mundur perlahan. Namun, Axel dengan lembut meraih tubuh Aleena dan mendekatkannya. Kini, tubuh mereka menempel dengan sempurna, pandangan mata mereka saling mengunci dalam keheningan yang penuh makna. Dalam keheningan itu, ada percakapan tanpa kata-kata, cinta yang ingin bersambut, rindu yang ingin dipeluk, dan hati yang ingin bersatu. Bahasa cinta mereka hanya bisa dimengerti oleh hati mereka sendiri.
Axel perlahan mengusap wajah Aleena dengan gerakan lembut. Seluruh tubuh Aleena terasa berbeda, ada rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Mereka hanya saling memandang, mata mereka bertemu dalam keheningan. Axel kemudian mencium kening Aleena dengan lembut.
Axel kemudian menatap Aleena dengan tatapan yang teduh. "Aleena, Aku bukan orang yang banyak bicara. Aku lebih suka menunjukkan daripada mengucapkan. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa kamu adalah prioritas utamaku sekarang. Aku akan melakukan apa saja untuk memastikan kamu aman dan bahagia. Aku tidak berjanji akan menjadi pasangan yang sempurna untukmu, karna aku bukan laki-laki romantis. Aku mencintaimu, Aleena Putri Mahardika. Kamu milikku," ujar Axel sambil memegangi tengkuk Aleena. Sebelum Aleena berbicara, Axel sudah membungkam mulutnya dengan bibir lalu melumatnya. Aleena sebenarnya ingin menolak, namun ada rasa yang mengkhianatinya, dan dia hanya bisa merenung dalam hati.
Mereka berdiri di tengah ruangan, tubuh mereka saling berdekatan, bibir mereka bersentuhan dengan lembut. Waktu seolah-olah berhenti, hanya suara detak jantung mereka yang terdengar. Mereka tenggelam dalam kehangatan ciuman, dunia di luar tidak ada lagi.
Ting-tong!
Tiba-tiba, suara bel apartemen memecah keheningan, seperti bisikan lembut dari dunia luar yang mencoba membangunkan mereka dari mimpi. Bel berbunyi sekali, lalu lagi, tapi mereka tidak peduli, karena cinta mereka lebih keras daripada suara bel.
Baru ketika bel berbunyi ketiga, mereka terpisah sejenak, mata mereka saling menatap, masih dipenuhi dengan keinginan. Axel menarik kembali tubuh mungil Aleena ke dalam pelukan hangatnya. Tapi kali ini, keheningan sudah tidak sama lagi, dunia luar telah meninggalkan jejak pada momen mereka. "Kamu hanya milikku, sayang,"
Ting-tong! Bel kembali berbunyi semakin kencang.
"Sial!" geram Axel, matanya menyempit saat dia melepaskan tubuh Aleena. Suara bel apartemen yang terus-menerus sepertinya telah membangunkan dia dari mimpi indah yang sedang dialaminya. "Siapa itu?" dia menggumam, tidak sabar menunggu jawaban dari pasangannya yang masih berdiri di dekatnya, mata mereka masih saling menatap dengan keinginan yang belum terpuaskan.
"Kamu jangan keluar kamar dulu, sebelum aku datang," katanya kepada Aleena dengan nada lembut, lalu melangkah menuju pintu. Aleena hanya bisa melihat sosok Axel dari belakang saat dia membuka pintu kamar.
Gaskeun 🔥🔥