Transmigrasi Eka

Di sini lah echa berada duduk di dampit oleh adik dan abangnya. echa mengeluarkan ponselnya , lebih baik ia bermain ponsel daripada mendengar ocehan keluarga harmonis di sampingnya.

ting

📩 kak ela

(cha jangan lupa besok. lu harus ke kantor! )

echa mengkerut kening nya setelah membaca pesan dari ela. apa echa selama ini kerja di sebuah perusahaan.

Echa mengotak atikkan ponselnya, ia mencari tentang pekerjaan yang ia lakukan jangan sampai besok ia jadi orang dungu.

Echa menemukan beberapa file yang dikirim oleh ela. echa membuka file tersebut. ia baca dengan seksama sampai di bagian tertulis tanda tangan CEO tertera namanya "echa putri.m"

"ini beneran nama gua.. kok gua jadi dongok gitu sih. gak bisa gak bisa gua harus cari jawaban atas pertanyaan yang bersemayang di pikiran gua" batin echa menatap lekat Handphone nya.

Bagas yang melihat adiknya bengong dengan wajah yang berubah ubah, menjadi bingung apa adek nya sudah gila atau kesurupan.

"dek. lok gak pa pa? " tanya bagas menggoyangkan lengan sang adik.

hal itu membuat echa tersadar dari lamunannya, ia menatap sang abang dengan senyuman kakunya. bisa bisanya dia sempat bengong.

"gak pa pa bang, echa tadi terlalu asik liat handphone" ucap echa.

Echa langsung mengirim pesan terhadap kak ela.

📩kak ela

(kak echa mau tanya, mungkin pertanyaan echa sedikit konyol. tapi mohon di jawab dengan sejujur jujurnya.)

(echa ini CEO ya kak?)

Ya. pesan yang dikirim echa kepada kak ela adalah pertanyaan yang membagongkan bagi ela sendiri. tapi bagi echa itu bodo amat, sungguh ia sangat penasaran.

Hati echa juga mengatakan bahwa apa yang dipikirkan echa itu benar.

"cha. besok kamu kan mulai sekolah bareng sama aku saja ya, kasian jika kamu naik angkot" ucap layla dengan suara lembutnya

"what!! jadi selama ini echa gak di kasik fasilitas oleh orang tua nya, memang bangke nih orang tua lu cha" geram batin echa melirik sinis kedua orang tuanya. dia mencoba mengingat memori dari echa asli. seketika echa dibuat geram ternyata orang tuanya tidak pernah memberikan uang sepersen pun.

papa dan mama echa yang dilirik oleh sang putri menjadi heran, biasanya echa akan bersikap caper dan bertingkah sok imut kepada keluarga nya. sekarang yang mereka dapatkan hanya lirikan sinisnya.

"gak usah." ketua echa lalu fokus lagi kepada benda pipihnya yang berada di tangannya.

"echa. layla itu sudah bersikap baik, kamu kok gitu seharusnya kamu ucapin Terima kasih. karena echa sangat baik sama kamu cha" ucap sang mama

"maaf nyonya sarah. yang putri kandung anda siapa? dia atau saya. kenapa seolah olah saya merasa tidak punya orang tua ya. masak ada sih orang tua memberi fasilitas yang waw kepada orang lain sedangkan kepada putri nya zonk. " ucap echa dengan tatapan tajam nya

"dan anda perlu ingatkan nyonya sarah yang terhormat. saya masih bisa menghidupkan diri saya sendiri. anda tidak tahu kan? bahwa saya bekerja untuk kebutuhan saya sehari hari. saya di sini hanya menumpang tidur dan makan . Anda pasti tidak akan lupa kan? bahwa saya juga yang membayar uang sekolah saya sendiri " lanjut echa

Echa memang membayar kebutuhan nya sendiri dari ia menginjak sekolah menengah tengah. mungkin ini semua gara gara si medusa. Tapi untungnya abang pertama nya membantu echa dengan secara diam diam dari keluarga nya. bagas juga bodo amat jika keluarga nya marah tapi bagas malas untuk berdebat karena ia sudah capek di rumah sakit, masak ia juga harus bekerja mulut di rumahnya.

Setelah mengucapkan semuaya echa meninggalkan ruangan tersebut, menaiki tangga menuju lantai atas di mana letak kamarnya.