Terjerat Cinta Gadis SMA

“Yakkk!!! Tutup matamu pak!” Teriak Cery saat melihat Daneil masuk ke dalam kamar mandi, namun Cery sendiri malah ikut memejamkan matanya tanpa melihat lebih dulu Daniel memejamkan mata atau tidak. 

“Kamu kenapa?” Tanya Daniel menatap lurus pada Cery yang terduduk di atas ubin dengan busa di tubuhnya.

“Kaki ku terkirir,” keluh Cery. Sambil terus menutup kedua dadanya dengan satu lengan dan lengan yang lain menutup bagian bawah. 

Daniel segera mengambil selimut yang ada di atas ranjang dan kembali ke kamar mandi lalu menutup tubuh itu dengan selimut yang ia bawa. 

Lalu mengangkat tubuh Cery, Cery membuka matanya perlahan saat tubuhnya terangkat. Di tatapnya wajah Daniel yang sangat dekat dengan wajahnya. 

Entah mengapa wajah itu terlihat sangat merona di mata Cery, “apa bapak demam?” Tanya Cery tiba-tiba saat tubuhnya di dudukan di atas ranjang. 

“Tidak, justru kamu yang sedang demam.” Jawab Daniel. Lalu Daniel mengambil baju milik Cery secara asal dan memberikanya pada gadis yang masih terdiam. 

“Ambil ini dan pakailah, aku akan ambilkan obat demam dan salep untuk kakimu.” Ucap Daniel ia segera keluar dari kamar itu. 

Daniel menutup pintu itu perlahan, lalu menyender mengontrol napasnya yang sejak tadi ia tahan. 

“Dadanya berwarna pink.” Gumam Daniel dengan hati yang berdebar, walau pernah tak sengaja melihat tubuh Cery tapi saat itu matanya tidak benar-benar jelas karena terguyur air dengan busa yang menutupi wajahnya sampai tidak menyadari bentuk tubuh sang isteri.

Kali ini Daniel menatapnya begitu dekat, sampai berkali-kali menelan salivanya susah. 

“Kamu ngapain?” Tiba-tiba suara Theo terdengar di sampingnya.

Daniel melirik pada sang kaka, “tidak.” Jawabnya acuh lalu berjalan lebih dulu.

Theo mengerutkan keningnya, dia berjalan menyusul sang adik. “Oh,” jawabnya singkat lalu mendukui sang adik berjalan di depanya. 

“Ck.” Decak Daniel karena melihat sang kakak yang tidak pernah mau mengalah dalam hal apapun. Seperti saat ini, berjalan saja dia tidak mau di belakang adiknya.

Di dalam kamar, Cery tersenyum saat melihat baju tidur yang begitu sexy yang di pilihkan Daniel tadi. 

“Oy ya ampun pake malu-malu segala, bilang saja jika mau bercinta denganku malam ini.” Ucap Cery dengan sumringah. 

Ia pun perlahan memakai pakian sexy itu, dengan tubuh yang terasa berat dan suhu tubuh yang mulai tinggi. 

“Ah kenapa rasanya panas sekali, ayolah Cery jangan sakit! Masa kamu akan kembali menggagalkan malam pertamamu!” Keluhnya kesal. 

Matanya terasa sangat panas, selain dari pengaruh demam yang ia derita. Cery juga merindukan orang tuanya yang selalu merawatnya di saat sakit seperti ini.

Dia merebahkan tubuhnya, tanpa sadar air matanya menetes. “Aku ga nangis, tapi kenapa keluar air mata.” Gumamnya sambil menyeka air matanya. “Cery kamu udah nikah ga boleh cengeng kaya gini hiks..” 

“Memang pada dasarnya kamu masih bocah ya bocah saja jangan berlaga sudah dewasa.” Ucap Daniel yang berjalan dengan nampan di tanganya.

Cery melirik Daniel dengan wajah sendunya. “Lap dulu ingus mu.” Ucap Daniel ia memberikan beberapa lembar tisue.

Sroott… sroott…

Dengan cepat ia membuang ingisnya pada tisue, lalu meminum obat yang di sodorkan oleh suaminya itu. 

“Mana liat kaki mu yang terkilir.” Tanya Daniel.

Cery membuka sedikit ujung selimutnya untuk memperlihatkan pergelangan kakinya yang terkilir, sambil menatap Daniel yang sudah mulai menyentuh kakinya untuk mengolesi luka itu. 

Daniel menyentuh kaki mulus istrinya dengan sangat pelan, kulit putih itu terlihat merah di bagian tertentu. Sedikit demi sedikit ia olesi kaki itu dengan salep. 

Cery yang menatap Daniel sejak tadi pun bergetar, rasanya sangat geli hanya mendapat sentuhan kecil dari sang suami.

“Pak.” Panggil Cery.

“Hmm.”

“Bagaimana jika besok saja?” Tanya Cery berusaha bernegosiasi, karena sepertinya tubuhnya tidak bisa di ajak kompromi.

“Kenapa harus besok jika bisa sekarang?” Jawab Daniel. 

“Tapi aku sedang sakit, aku ga bisa bercinta dengan mu saat tubuh ku sakit, bagaimana jika bapak juga ikut sakit?” Ucap Cery dengan serius, walau dirinya setengah mati ingin merasakan malam pertaman, tapi ia tidak bisa membuat suaminya menderita karena tertular dirinya.

“Maksudmu apa Cery? Siapa yang mebgajaknu bercinta?” Jawab Daniel tidak habis pikir pada otak muridnya yang satu ini.

“Loh bukanya bapak memberiku pakaian sexy ini karena memang ingin mengajaku bercinta kan?” Tanya Cery sambil membuka selimut yang ia kenakan agar memperlihatkan pakaian yang di kenakan nya.

“Tutup tubuhmu itu!” Pekik Daniel dengan mata melotot, “aku tidak tau jika baju nya sangat banyak kekurangan bahan.” Ucapnya sambil menarik selimut itu agar menutupi tubuh sang isteri.

Daniel mengambil kaos miliknya yanga ad di lemari lalu melempar itu tepat di wajah snag isteri. “Ganti pakaian mu itu!” Ucap Daniel dan hendak melangkah. “Ingat baik-baik Cery! Jangan pernah mengajaku bercinta karena itu hal yang mustahil kita lakukan!” Ucap Daniel lagi, dia segera mengambil buku yang sempat ia jatuhkan dan duduk di sofa membelakangi Cery.

“Huh menyebalkan! Apa dia benar pria normal?” Gumamanya.

“Aku bisa dengar!” 

Cery mengerlikan matanya kesal, tapi lalu dia tersenyum melihat baju kaos yang di berikan Daniel, di ciumnya aroma Daniel yang menempel di pakian itu. 

“Akhirnya aku memakai pakaian yang di pakai suamiku.” Gumamnya.

Daniel yang sedang membaca bukupun diam-diam melirik pada kaca besar di hadapanya, ia melihat pantulan tubuh isterinya yang sedang membuka pakianya. 

Jakunya naik turun saat melihat tubuh sexy gadis berusia 17 tahun itu, walah dadanya tidak besar tapi Daniel yakin dada itu akan sangat pas di telapak tanganya. 

“Dia bahkan tidak memakai braa…” gumamnya lalu kembali melanjutkan bacaanya.

Daniel memegang bagian bawahnya yang tiba-tiba terasa sesak, matanya melotot dan segera ia tutup dengan buku yang di tadi ia baca.

Kepalanya menggeleng. “Tidak-tidak, tidak mungkin aku terrangsang hanya karena melihat tubuh bocah itu.” Pekiknya dengan suara yang pelan.

“Pak.” 

“Apa!” Sentak Daniel tiba-tiba karena merasa tertangkap basah.

“Selamat malam.” Ucap Cery.

Daniel menyipitkan mtanya kesal, “bikin kaget saja.” Gumamnya.