Aku memiliki seorang istri yang sakit-sakitan sudah satu tahun lama nya, sakit lambung kronis yang di deritanya membuat tubuhnya kian hari kian kurus, membuat aku tak berselera melihatnya, hilang hasrat kelelakian ku terhadap dirinya.
Hadir nya seorang pembantu muda di rumah kami seringkali membuat aku meneguk saliva melihat bodinya yang bahenol.
Dan pada akhirnya dengan berbagai macam rayuan, aku dapat mencicipi tubuh nya tanpa sepengetahuan oleh istriku. Awalnya pembantu muda nan cantik itu menolak sentuhan yang aku berikan, tapi lama kelamaan ia menjadi ketagihan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginap di Rumah Istri Muda
Pulang Namira setelah mendengar penjelasan Ayu. Ia memaafkan Ayu, namun katanya ia tak mungkin lagi memperkerjakan Ayu di rumah kami karena di rumah sudah ada pembantu baru.
Selepas kepulangan Namira, aku, Mama serta Ayu tersenyum lega, karena kami telah berhasil membohongi Namira habis-habisan.
''Kasihan juga Namira,'' kata ku merasa bersalah. Aku memegang pelipis, memikirkan akan berakhir seperti apa kelak kisah cintaku yang sudah terbagi ini.
''Udah, untuk apa kamu kasihan sama dia, Emran. Lagian jadi istri kok enggak berguna banget, enggak bisa ambil hati mertua dan tidak bisa memberikan kamu keturunan,'' kata Mama menimpali. Selalu saja begitu, Mama selalu terlihat geram saat berbicara tentang Namira.
''Mas, makan, ya,'' ujar Ayu. Ayu seperti sengaja menengahi kami agar kami tak lagi berbicara perihal Namira.
''Iya. Kamu sudah makan belum?'' tanyaku, aku menatap wajah cantik istri ku.
''Belum, Mas. Habisnya aku enggak ada selera makan,''
"Tadi di rumah Ayu hanya minum susu ibu hamil. Mending kamu suapi istri mu Emran. Siapa tahu saja kalau kamu yang menyuapi, Ayu jadi bernafsu makan, kamu 'kan Ayah dari anak yang di kandungnya,'' kata Mama tersenyum simpul, dan aku mengangguk mendengarkan.
Setelah itu aku mulai menyuapi istri muda ku dengan penuh kasih sayang, berharap apa yang ia makan membawa keberkahan untuk anak kami yang ada di dalam perutnya.
***
Sore harinya, sepulang dari kantor, aku pulang ke rumah Ayu. Malam ini aku akan menginap di rumah istri muda ku.
Aku sudah menghubungi Namira, aku katakan kepada nya kalau aku tidak bisa pulang nanti malam, aku katakan kepadanya kalau aku lembur di kantor. Dan dia seperti percaya percaya saja dengan apa yang aku katakan tanpa banyak bertanya.
Setibanya aku di rumah Ayu, Ayu menyambut ku dengan begitu baik. Berdiri dia di depan pintu, ia langsung mengambil tangan ku dan mencium punggung tangan ku dengan takzim. Serta ia juga mengambil alih tas yang aku pegang. Kami berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Aku merangkul pinggang istri ku yang sudah berisi.
Tidak sampai di situ, setibanya kami di dalam kamar, Ayu melepaskan dasi serta membuka kancing kemeja yang aku pakai, tanpa aku minta, ia melakukan itu dengan telaten. Mendapati perlakuan lembut nya, membuat rasa cinta ku kepadanya semakin bertambah besar, karena selama ini Namira jarang sekali berlaku demikian.
Ayu meminta agar aku segera mandi. Usai mandi, ia membimbing tubuh ku berjalan ke meja makan, di atas meja makan, beberapa menu makanan sudah tertata rapi. Tampak lezat dan menggugah selera. Aroma masakan menguar membuat perut ku berteriak riak minta di isi.
''Siapa yang masak ini semua, Sayang?'' tanyaku. Karena di rumah kami belum ada pembantu, dan Mama pun sudah pulang ke rumah nya. Mama tidak bisa berlama-lama menemani Ayu, karena Papa tidak ada temannya di rumah.
''Aku yang masak, Mas.'' Jawab nya lembut seraya memasukkan nasi beserta lauk ke dalam piring ku.
''Kamu tidak boleh bekerja dengan keras, kasihan sama anak yang ada di dalam kandungan mu Sayang,'' kata ku, aku mengelus perut istriku yang mulai berisi.
''Enggak apa-apa Mas. Aku tidak merasa capek, lagian bagus tauk Mas kalau ibu hamil suka masak masak atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga, supaya besok, anak yang aku lahir kan tumbuh sehat dan aktif,''
''Tapi takutnya saat sedang masak atau apalah kamu terjatuh,''
''Aku akan hati-hati Mas. Udah yuk kita makan,''
''Iya Sayangku,'' aku mengusap lembut pucuk kepala istri ku. Walaupun usia istri muda ku masih muda, tetapi pikirannya sudah cukup matang.
Aku merasa begitu beruntung bisa memiliki nya. Dan berharap aku akan menua bersama nya.
Lalu bagaimana dengan Namira? Ah, entahlah. Mungkin aku juga akan menua bersama Namira.
***
Malam hari, sekitar pukul sepuluh malam, aku dan Ayu sudah berbaring di atas tempat tidur. Istri ku terlihat sangat cantik dan menggoda dengan lingerie berwarna merah muda yang ia pakai. Semenjak menjadi istri ku, Ayu terlihat semakin cantik saja. Wajar saja, karena aku telah memberikan apapun yang ia mau. Pakaian bagus dan mahal mahal, beserta skincare yang mahal pula.
''Sayang, kamu cantik sekali,'' ucapku mesra. Aku membelai rambut istri dengan lembut.
''Terimakasih Mas, kamu juga tampan sekali,'' balas nya tak mau kalah.
Karena sudah tak tahan lagi, aku langsung saja mengecup mesra bibir ranum Ayu, kami berciuman cukup lama, saling melilit lidah serta bertukar saliva.
Setelah itu tangan ku perlahan mulai menurunkan tali lingerie dari bahu istri ku, sehingga kini, pemandangan yang sungguh indah sudah terpampang di depan mata.
Tanpa menunggu lama, aku langsung saja melahap dua gundukan kenyal milik istri ku. Dua gundukan yang menurut ku semakin bertambah besar. Mungkin karena efek hamil, membuat gundukan tersebut berisi. Berisi makanan untuk calon anak kami kelak.
''Mas, jangan kenceng kenceng kamu menghisap nya. Nanti airnya keluar,'' kata Ayu lirih.
''Iya Sayang, kalau begitu Mas menghisap yang di bawah saja,'' kata ku lagi.
''Silahkan saja Mas. Aku pasrah,'' sahut Ayu lagi.
Tanpa menunda-nunda lagi, aku langsung saja bermain di bagian bawah. Aku menjilati serta menggigit bagian inti milik istri ku. Ayu melenguh, sepertinya ia sangat menikmati dengan apa yang aku lakukan.
Ayu ini orangnya tidak jaim, ia rela aku apakan saja tanpa banyak protes. Tidak seperti Namira yang bila kami berhubungan terkadang ada saja yang ia larang. Tidak boleh ini, tidak boleh itu dan pokoknya membuat aku tak nyaman. Lagi-lagi aku selalu membandingkan antara Ayu dan Namira. Untuk saat ini Ayu yang masih memimpin, menjadi istri yang terbaik.
Besok, aku akan membeli hadiah untuk Ayu, sebagai ungkapan rasa terimakasih ku, karena ia telah berhasil membuat hari-hari ku menjadi lebih bewarna. Tidak seperti dulu, dulu sebelum kehadiran Ayu, aku merasa hidupku terlalu monoton.
Setelah meneguk kenikmatan yang cukup melelahkan, akhir nya tubuh ku terkapar di atas kasur dengan keringat membasahi.
Walaupun Ayu tengah hamil, tapi ia bisa melayani aku dengan baik, bahkan ia juga memimpin permainan dengan tubuh nya berada di atas. Aku harap anak kami tidak apa-apa.
Aku mulai menutup mata, tiba-tiba saja ponsel ku yang ada di atas nakas berdering nyaring, aku mengangkat nya cepat saat tahu siapa yang melakukan panggilan. Yang melakukan panggilan adalah Pak Toni, security di perusahaan ku. Kira-kira kenapa Pak Toni menghubungi malam-malam begini? Pikir ku.
''Ya, ada apa, Pak?'' tanyaku, aku lalu duduk di atas kasur, menyandarkan punggungku di kepala ranjang. Ayu sudah terlelap, aku lalu menyelimuti tubuh polos nya.
''Maaf menganggu malam-malam Pak Emran, aku menghubungi Bapak karena Bu Namira memaksa masuk ke kantor, katanya ia akan ke ruangan Bapak, dan katanya Bapak ada di ruangan, padahal aku sudah mengatakan tak ada siapa-siapa di dalam, tapi Bu Namira tetap memaksa ingin masuk,''
''Apa?!'' sungguh perkataan Pak Toni membuat aku merasa begitu kaget.
Namira? Ah, ngapain sih dia pakai acara ke kantor segala.
Apa Namira sudah mulai curiga dengan kecurangan yang aku lakukan.
Bersambung.
bls dendam nya yang syantik gech thor,biar gereget baca nya.
maaf ya thor bukan enggak suka cerita nya tapi ini hanya masukan aja 😊
jangan mau jadi perusak rumah tangga org mir..
tunggu saatnya kalo memang dia jodoh mu dia akan kembali,tp jangan jadikan kamu wanita rendahan,kamu harus berkelas