Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar Menjadi Istri yang Baik
Zaky
Aku sebenarnya masih ingin berada di luar kota lebih lama lagi. Aku sengaja memperlambat ritme bekerjaku karena tak ingin pulang cepat-cepat dan berhadapan dengan Carmen dan segala sikap manjanya. Namun, Mama Tara menghubungiku dan mengatakan kalau Mama kangen karena aku tak juga pulang dan menengoknya.
Terpaksa aku pulang ke rumah. Kalau mama sudah berkata kangen, aku wajib datang. Aku tak mau membuat Mama sedih karena aku adalah anak satu-satunya.
Aku lalu memesan tiket untuk pulang hari ini juga. Aku akan sampai di Jakarta sehabis maghrib. Aku akan ke rumah Mama sebentar lalu pulang ke rumah.
Aku mengabari Carmen kalau aku akan pulang setelah ke rumah Mama dahulu. Carmen nampak sangat bahagia mendengar kepulanganku. Aku jadi merasa tak enak hati. Aku tidak mengharapkan untuk pulang cepat sementara dia begitu menungguku pulang.
Mama memelukku dengan penuh kasih sayang dan terlihat sekali beliau amat merindukanku. Aku menyesal sudah membuat Mama terlihat agak sedih. Semua karena aku berusaha untuk menjauhi Carmen.
Mama protes karena aku terlihat lebih kurus dibanding sebelumnya. Jelas saja aku kurus, Carmen sama sekali tidak mengurusku sebagai seorang istri. Untuk makan saja kami terpaksa beli karena dia tak bisa masak sama sekali. Merana sekali nasibku bukan?!
"Mau Mama panggilkan Carmen? Kasihan anak itu sudah beberapa kali bolak-balik ke rumah Mama dan Mommy-nya. Carmen bilang dia kesepian di rumah sendirian. Kamu sih, tugas luar kota kok lama banget! Nggak biasanya loh kamu pergi lama kayak gitu! Baru kali ini kamu kayaknya betah banget di luar kota!" protes Mama. Aku memang tak bisa menyembunyikan semuanya dari Mama, beliau serba tahu semua tentang diriku termasuk dari hal-hal yang kecil.
"Banyak kerjaan, Ma!" alasanku. "Mama tenang saja. Aku habis dari rumah Mama langsung pulang kok."
"Mau makan dulu? Mama masak nih!" aku melihat menu yang Mama masak. Terlihat menggugah selera. Lebih baik aku makan daripada nanti di rumah hanya ada piring kosong saja?!
"Mau deh, Ma. Kebetulan aku lapar." jawabku.
"Yaudah Mama siapkan dulu ya!"
Aku pun akhirnya makan masakan Mama dan pulang ke rumah dengan perut yang kenyang. Melihat kedatanganku, Carmen berlari dan menyambutku pulang dengan senyum di wajahnya.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Yey, Mas pulang!" Carmen salim padaku lalu memelukku dengan erat. Terlihat sekali betapa ia sangat merindukan kepulanganku.
"Bagaimana keadaan kamu, Baby?" aku mengajak Carmen yang masih bergelayut manja untuk masuk ke dalam rumah. Malu kalau sampai dilihat oleh tetangga.
"Baik. Aku kangen banget sama Mas Zaky! Sepi banget loh di rumah enggak ada Mas." ucapnya dengan manja.
Aku menaruh koperku di ruang tamu dan duduk di sofa. Carmen masih saja bergelayut manja. "Aku 'kan kerja Baby. Banyak kerjaan yang harus aku kerjakan di luar kota. Sibuk sekali."
Aku lalu melihat seorang ibu-ibu keluar dari dapur. Ibu-ibu tersebut lalu pamit pulang dan Carmen mengucapkan terima kasih.
"Siapa?!" tanyaku setelah ibu-ibu itu pergi.
"Oh itu... Salah satu karyawan Mommy yang sekarang kerja di rumah kita untuk beres-beres rumah. Lihat dong rumah kita sekarang, rapi bukan?!" jawab Carmen dengan bangganya.
"Kok kamu enggak kasih tau aku dulu sih kalau akan mempekerjakan orang?!" tanyaku.
"Hem... Mas enggak suka ya?"
"Bukan enggak suka. Setidaknya kamu kasih tau Mas."
"Maaf, Mas. Aku pikir Mas sibuk sekali karena itu masalah ini aku yang handle. Aku saja jarang dibalas pesannya sama Mas, bagaimana aku bisa menceritakan tentang hal ini?!"
Aku menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Sudahlah! Lain kali kamu bicarakan dulu sama aku, oke?!"
"Oke, Mas. Aku akan diskusikan dulu sama Mas kalau ada apa-apa. Mas pasti lapar bukan?! Mau makan?!"
Aku mengernyitkan keningku. "Kamu mau pesan makan?" tanyaku balik.
"Enggak dong. Aku udah masak."
Kerutan di keningku pasti semakin dalam lagi. "Masak? Memangnya bisa?!" aku tak percaya.
"Bisa dong! Selama Mas pergi, aku belajar masak sama Mommy. Ayo, Mas cuci tangan dulu terus cobain masakan aku!" Carmen menarik tanganku dan mengajakku ke ruang makan. Aku mencuci tangan lalu melihat makanan yang tersaji di atas meja makan. Ada sayur sop dan ikan goreng.
"Kamu buat sendiri?!" tanyaku masih tak percaya.
"Iya. Mas cobain dong!" Carmen mengambilkan piring dan menyendokkan nasi untukku.
"Sedikit saja! Mas masih kenyang!" kataku.
"Oke."
Aku melihat makanan yang penampilannya biasa saja, tak menggugah selera makanku sama sekali.
Aku ambil lauk dan mulai memakan masakan Carmen dengan diikuti tatapan ingin tahunya. Rasanya.... Asin...
"Gimana? Enak enggak?" tanya Carmen ingin tahu.
"Kamu udah coba belum?" tanyaku balik.
"Sayur sih belum soalnya tadi masih panas. Kalau ikan udah." jawabnya jujur.
"Kamu coba aja sendiri!" aku berikan piringku pada Carmen dan ia mencoba masakannya.
"Ya Allah... Kok asin sih?!" Carmen mencoba sekali lagi dan pasti sama rasanya. "Yah... Keasinan!"
Aku tak meneruskan makanku. Selain masih kenyang juga tak mau membuat perutku tambah sakit. "Lain kali, dicoba dulu. Kurangnya apa, biar kamu jadi tau. Coba deh kamu belajar sama Dewi. Kakak ipar kamu tuh pintar masaknya. Malah kalau menurutku, yang seharusnya jadi anak Mommy tuh Dewi loh. Kepintaran memasaknya benar-benar nurunin dari Mommy kamu."
Aku berdiri dan masuk ke dalam kamarku. "Aku mau mandi dan istirahat. Masih banyak laporan yang belum aku periksa."
Kutinggalkan Carmen yang menunduk sedih. Biarlah. Biar dia menyadari kalau masakannya harus banyak latihan agar jago.
Aku masuk ke dalam kamar dan kulihat kamarku sedikit beda. Kamar yang semula berantakan kini lebih rapi. Pasti Carmen yang menyuruh ibu tadi membereskannya. Kuambil handuk bersih dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Sehabis mandi, aku terkejut saat mendapati Carmen ada di dalam kamarku. Kututup bagian atas tubuhku yang tak tertutup handuk. "Kenapa kamu masuk ke dalam kamar aku?" tidak bilang-bilang pula!
"Aku nyiapin baju ganti buat Mas. Aku pilihkan yang adem dan enak buat tidur. Udah beres. Aku balik lagi ya ke kamarku. Jangan bekerja terlalu malam, Mas. Oh iya, aku juga buatkan teh hangat buat Mas." Carmen pun meninggalkan kamarku.
Aku tak percaya dengan semua ini. Sudah ada pakaian ganti lengkap yang disiapkan Carmen. Ada angin apa anak itu sampai berubah drastis dalam waktu singkat?
Aku pakai baju yang disiapkan Carmen dan kuminum teh buatannya. Kembali kulanjutkan pekerjaanku sampai malam dan saat aku hendak mengambil air minum aku melihat Carmen di dapur.
Anak itu sedang membuka buku catatan dan belajar memasak. Hari sudah jam 2 pagi dan ia masih saja belajar. Kapan tidurnya?
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣