Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjaga yang galak dan angkuh
Ada tiga orang di dalam ruangan itu. Namun, tidak ada percakapan selama lima menit. Nadine membungkam mulutnya, karena merasa diabaikan oleh Resta. Sedangkan Aya masih sibuk membereskan lemari, meja, serta laci-laci milik bos barunya yang berantakan.
Secara diam-diam, Nadine masih memperhatikan Aya, mencuri-curi pandang tanpa ketahuan oleh gadis itu. Penampilan Aya memang tidak meyakinkan, untuk Resta bisa tergoda. Kemeja oversize berwarna putih, dan celana kulot panjang berwarna hitam. Nadine sebagai pengamat dan penggila fashion, menganggap penampilan Aya sangatlah ketinggalan zaman. Hingga tanpa sadar dia memperhatikan gadis itu, dia tertawa kecil.
“Kampungan.” gumamnya pelan.
“Apa yang kamu tertawakan?” Resta memang diam. Namun, dalam diamnya dia mengambil kesempatan untuk memperhatikan Nadine yang sibuk menatap Aya.
“Oh enggak. Aku lagi lihat postingan yang lucu di medsos.” Nadine berkilah, saat itu kebetulan dia memang sedang memegang ponsel, dan cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke layar ponsel.
Tapi, setelah Nadine perhatikan lagi secara saksama, Aya memiliki wajah yang cantik, tersembunyi di balik kaca mata besarnya. Nadine menyadari itu. Hingga hatinya tergerak untuk bertanya.
“Apa penampilanmu sehari-hari memang seperti ini?”
Karena pertanyaan itu, bukan hanya Aya yang menoleh, tapi juga Resta. Sebenarnya, lelaki itu sedikit geram dengan tingkah Nadine yang terlalu mencampuri urusan pekerjaannya, terutama dalam hal memilih karyawan.
“Iya, Bu,” sahut Aya singkat, dia juga was-was penyamaran diketahui. Apalagi, sekarang dia tahu kalau Resta, bosnya itu sudah memiliki penjaga yang sepertinya sangat galak dan angkuh.
“Nadine, cukup. Jangan terlalu banyak mengajak Aya ngobrol, biarkan dia fokus bekerja,” Resta mengingatkan.
“Ya… ya.” Nadine menyahut dengan malas, wanita itu menatap kuku-kukunya yang dia poles dengan kutek berwarna peach. “Aku kan cuma memastikan, ya udah, kali ini kamu lolos jadi sekretaris calon suamiku!” nada sombong terdengar dari ucapan Nadine, menekankan kata calon suami.
Aya hanya mengangguk, mau kesal pun percuma, karena dia tidak bisa berbuat apapun, sadar akan posisinya.
\~
Menjelang jam lima sore, Aya sudah bersiap-siap untuk pulang. Resta mengatakan tentang jam kerja sebelumnya. Aya boleh pulang tepat waktu jika tidak ada banyak pekerjaan atau, ada hal yang mendesak.
“Ini job desc kamu.” Resta menyerahkan dua lembar kertas yang sudah dia satukan dengan paper clip, kepada Aya.
“Terima kasih, Pak.” Mata Aya membulat di balik kacamata besarnya, melihat beberapa job desc untuknya yang diketik rapi, terususun sesuai dari yang paling ringan, hingga yang paling berat.
“Kamu pahami, kalau ada yang membingungkan, kamu tanya saya!” titah Resta.
“Baik, Pak.” Aya kembali duduk di tempatnya, menatap tulisan-tulisan yang ada pada kertas yang sedang dia pegang. Matanya terhenti pada pada satu poin, kalimat berbunyi menemani pimpinan, untuk hal-hal tertentu dan mendesak.
“Pak, boleh saya bertanya?”
“Hm?” Resta hanya merespon seadanya, matanya memandang ke arah luar jendela, langit sore mulai menampakkan cahayanya yang berwarna jingga.
“Menemani pimpinan, untuk hal-hal tertentu dan mendesak, ini maksudnya gimana?”
“Apa kalimat itu kurang jelas?”
“Maksudnya saya harus menemani Pak Resta, untuk hal-hal tertentu, misalnya?”
“Menghadiri undangan, dari perusahaan rekanan, menemani saya membeli sesuatu yang sulit. Ya, pokoknya apapun itu sesuai perintah saya nantinya. Itu akan menjadi bagian dari job desc kamu, artinya kamu nggak boleh menolak,” jelas Resta dengan nada tegas.
“Oh ya, saya paham Pak.” Aya mengiyakan, meski agak keberatan dengan poin yang satu itu, dia tidak bisa menolak.
“Kamu boleh pulang,” ucap Resta pelan.
“Tapi, Bapak belum pulang,” sangkal Aya, tidak bermaksud untuk tidak sopan.
“Apa masalahnya? kita sedang nggak ada lembur atau sejenisnya, kalau saya mau menginap di sini, kamu akan menginap juga?” Resta menaikkan satu alisnya saat bertanya.
Aya tertawa getir, bukan seperti itu maksud dia. Aya hanya belum bisa sepenuhnya melupakan dan terlepas dari aturan-aturan di tempat kerjanya yang lama. “Maaf, Pak. Kalau begitu, saya permisi. Terima kasih untuk hari ini.” Aya langsung mengangkut tasnya, merasa sudah diusir.
“Ya,” sahut Resta singkat, dan jelas. “Hati-hati.”
***
Makin gedeg ya, sama Nadine?😌
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️