Kisah cinta yang berawal di Kota Yogyakarta. Rinjani Aulia Aswatama yang kemudian dihadapkan oleh pilihan dua laki-laki, Harry Rajendra duda dengan satu anak, ataukah Ezra Bramantya anak teman mamanya.
siapakah yang akan menjadi suaminya? ataukah ada pilihan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laplusbelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Cemburu
"Memang tidak mudah melupakan orang yang kita cintai, apalagi ditinggal mati," ucap Radit sambil menatap Rinjani. Tangisannya mereda setelah mencurahkan semuanya, termasuk bagian tidur bersama dengan Harry. Mereka bersahabat sangat kental, tak ada yang disembunyikan Rinjani dari seorang Radit.
"Kamu itu di pihakku atau di pihaknya sih?" Kata Rinjani dengan nada tinggi.
"Nah kan bagus begini, bersemangat. Sudah makan?" Tanya Radit yang dibalas gelengan Rinjani.
"Ayo kita lihat isi kulkasmu" ucap Radit sambil menarik Rinjani menuju dapur.
Rinjani menatap Radit yang sibuk dengan penggorengan. Pria yang punya banyak talenta, jangan-jangan dia juga bisa menyulam. Rinjani tersenyum melihat sahabatnya yang serba bisa.
"Salah satu yang aku suka dari kamu adalah kulkas yang selalu terisi dengan makanan sehat, sayuran, lauk dan buah" celoteh Radit seperti seorang ibu yang mengobrol anaknya.
"Nih makan sampai habis" Ucap Radit sambil menyodorkan sepiring capcay goreng ke depan Rinjani "Karena sudah malam, cukup makanan berserat dan protein, nasinya besok pagi," lanjutnya sambil menarik kursi di samping Rinjani.
"Makasih dit, aku tidak tahu gimana hidupku tanpa kamu" kata Rinjani melirik Radit.
"Makanya menikahlah denganku. Aku akan selalu ada untuk, 24 jam sehari." balas Radit menatap Rinjani dengan senyum menyeringai
"Hahahaa, teruslah berkata seperti itu. Mungkin suatu hari aku akan mengatakan iya" tawa Rinjani tanpa di tahannya.
....
"Dit, temani aku tidur" ucap Rinjani setelah mereka memutuskan untuk tidur, Radit sendiri mengatakan akan bermalam.
"Baiklah" jawab Radit sambil mengikuti Rinjani ke kamarnya, dia selalu bersikap seperti ini saat Rinjani terluka. Radit masih ingat dengan jelas ketika Rinjani putus dengan Gio berapa bulan yang lalu, saat itu patah hatinya lebih parah, Widya dan dirinya sampai kewalahan dengan perubahan sikap Rinjani yang naik turun. Entah berapa banyak waktu yang dihabiskan, tangisan yang disaksikan oleh Radit sampai Rinjani kembali pulih sedia kala.
Tidak butuh waktu lama untuk membuat Rinjani terlelap, cukup menyentuhkan bantal dan sekejap kemudian gadis berparas cantik itu sudah dengan napas yang damai dan teratur.
"Hei Rinjani Aulia, kapan kamu menangis seperti itu karena aku? Tahukah kamu kalau aku cemburu?" gumam Radit sambil mengusap rambut gadis itu yang tertidur memeluk lengannya.
.....
Keesokan paginya..
Butuh lama Rinjani untuk bisa menormalkan matanya. Ia sadar itu adalah akibat ia terlalu banyak menangis sehari kemarin. Dengan malas ia turun dari tempat tidur dan menemukan Radit sedang sibuk dengan notebook-nya di meja makan.
"Selamat pagi, Putri Tidur," sapa Radit sambil tersenyum melihat sosok Rinjani dengan rambut acak-acakan.
"Pagi, ngapain?" sapa balik Rinjani.
"Kirim email" jawab Radit masih memandang Rinjani.
"Usaha barumu itu yah?" Rinjani ingat kalau Radit sekarang memulai export mebel dengan temannya.
"Iya, bentar aku selesaiin ini, aku ada oleh-oleh buat kamu di mobil,"
"Asyik, aku mandi dulu kalau gitu. Kita sarapan di luar atau saya masakin?"
"Masakinlah, bayaran temenin kamu," jawab Radit kembali berkonsentrasi dengan notebook-nya.
"Oke bos" seru Rinjani dengan riang.
Namun keceriaannya cuma bertahan berapa menit, saat mereka menyantap sarapan pagi, Rinjani kembali menitikkan air mata, kesedihan lagi-lagi menyergap dadanya.
"Kamu mencintainya?" Tanya Radit dengan lembut. Ia menepuk-nepuk punggung Rinjani dengan pelan.
Rinjani mengangguk, ia mengusap air mata dengan selembar tissue.
"Terus kenapa kamu tidak melanjutkannya saja Aul, toh dia menyukaimu juga" saran Radit kemudian terlihat menghela napas panjang.
"Aku tidak bisa menang bersaing dengan mendiang istrinya, aku pasti akan lebih terluka jika setiap malam melihat dia mengigau. Lebih baik aku mundur sekarang sebelum semua terlalu dalam," ucap Rinjani berusaha optimis.
"Kamu tidak tahu jika tidak mencobanya," Radit dengan tulus.
"Antarkan aku saja nanti sore ke bandara" Rinjani mengalihkan pembicaraan. Ia meraih sendoknya walau selera makan sepenuhnya menghilang entah kemana.
"Mau kemana? Kenapa baru ngomong?" Ucap Radit kaget menatap Rinjani.
"Ke Jakarta ketemu Abang,"
"Aku temenin ke Jakarta?" Tanya Radit.
"Gak usah, kamu juga baru balik Spore. Eh mana oleh-olehku?"
"Oh iya, lupa!" Kata Radit langsung berdiri dan mengambil kunci mobilnya, tak lama kemudian dia muncul dengan tas jinjing berwarna hitam.
Rinjani dengan buru-buru membukanya.
"Ahhhh, my babies!" Pekiknya saat melihat dua kotak parfum favoritnya Chan*l no.5 "Thank you Raditya Bayuaji, I love you!"
...
"Salam buat Abang Keanu" kata Radit di depan pintu keberangkatan bandara Adisucipto.
"Iye, oh iya Abang mikir kita jadian. Katanya kalau kamu nikahin aku, seserahan karena dilangkahin dia minta ferrari, hahaha" tawa Rinjani membuat matanya menyipit.
"Bisa nego gak? Kalau CRV langsung aku kasih nih kunci mobilku," balas Radit tersenyum lebar. Ia tahu jika Keanu bercanda.
"Akan kusampaikan" balas Rinjani masih tertawa geli.
"Jangan lama, Jogja sepi tanpamu," lanjutnya memeluk Rinjani.
###
novel keduaku di tahun 2019..
maaf jika tiap chapternya pendek2..
aku benar2 belajar menulis saat itu.
love,
D dari taon 2022 😅