Season 1
Berawal dari sebuah pertemuan yang di penuhi pertengkaran hingga mereka berdua tanpa sadar sama-sama saling takut kehilangan. Namun, kisah mereka tidaklah mudah, Davino Alexander yang memiliki sifat tempramental jatuh cinta pada Aluna Salsabila yang memiliki sikap keras kepala yang tinggi. Banyak sepak terjang yang terjadi di hubungan mereka berdua. Sanggupkah Davino menghadapi tingginya sikap keras kepala dari Aluna dan sanggupkah pula Aluna merubah sifat Davino yang tempramental?
Season 2
Johan Saputra yang tidak lain asisten dari Davino, jatuh cinta dengan sahabat Aluna yaitu Mila yang memiliki otak yang sedikit gesrek. Kesabaran Asisten Jo di uji saat menghadapi sikap Mila yang benar-benar di luar wanita normal pada umumnya tetapi mampu membuat hari-hari Asisten Jo menjadi lebih berwarna.
Jangan lupa ikuti keseruan mereka dan tinggalkan jejak kalian.
Salam sayang dari Author Recehan 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya karyawan toko itu ramah.
"Mbak saya mau bolu red velvet dua," jawab Davin dengan cuek meski karyawan toko itu berusaha mencari perhatian Davin.
"Ada lagi Tuan?"
"Tidak! Tolong bungkus cepat ya mbak, karena saya tidak punya banyak waktu," Karyawan toko itu mengangguk kemudian menyiapkan pesanan Davin. Disaat Davin sedang menunggu pesanannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi, sambil mengangkat telfon Davin berdecih sebal.
"Apaan sih kak? Nih aku lagi nungguin pesanan istri kamu yang ngidam," kata Davin tanpa basa-basi.
"Beneran kan Vin kamu berangkat sendiri enggak sama Jo?" Suara Marvel, kakak Davin terdengar begitu menyebalkan di telinga Davin.
"Enggak lah kak. Aku kan adik yang pengertian,"
"Coba video call dan arahkan ke semua penjuru toko. Shania pengen lihat soalnya," Davin mengarahkan ponselnya ke seluruh penjuru toko.
"Istri kamu yang hamil tapi kenapa aku yang direpotin sih kak. Pake ngidam aneh-aneh lagi," gerutu Davin tapi dia kemudian terdiam saat kameranya menangkap sesosok gadis bertopi sedang menikmati cupcake. Davin menatap ke arah dimana gadis itu duduk.
Astaga kenapa harus ketemu gadis gila itu sih. Batin Davin kesal. Sesaat kemudian karyawan toko itu datang mengantar pesanan Davin . Setelah membayar Davin pun berlalu pergi.
"Uhhhh amaann," Aluna menghela nafas panjang setelah melihat kepergian Davin. Dia membayar lalu pergi dari toko itu. Kemudian pergi ke Taman kota untuk menunggu Ardian.
--------@@@@@-------
Hampir setengah jam, Aluna menunggu Ardian namun si adik durhaka itu belum ada tanda-tanda kelihatan batang hidungnya. Aluna pun beranjak dari kursi Taman berjalan ke arah motornya. Namun, ketika Aluna hendak menghidupkan motornya seseorang menepuk pundaknya. Aluna menoleh dan dia kesal karena Ardian tersenyum tanpa dosa.
"Sampai jamuran kakak nungguin kamu dek. Lama amat habis ngapain sih?" tanya Aluna sambil menunggu Ardian memakai helm nya.
"Ketemu temen kak, buat benerin motor aku,"
"Terus sekarang motor kamu mana?" tanya Aluna karena dia justru melihat Ardian naik membonceng dirinya.
"Ya belum jadi. Kita ke rumah sakit kan kak? Jenguk ibu," Aluna mengangguk pelan kemudian melajukan motornya menuju rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit Aluna dan Ardian berjalan ke ruang ICU dimana ibu mereka dirawat karena belum sadar dari koma nya. Aluna masuk terlebih dahulu sedangkan Ardian menunggu di luar. Aluna menatap ibu nya sendu. Matanya berkaca-kaca namun dia menahannya agar tidak jatuh. Tangannya mengusap kening ibunya pelan kemudian mengecupnya.
"Bu, Aluna sudah datang. Bagaimana kabar ibu hari ini? Kapan sih ibu bangun? Aluna kangen bu, sudah hampir sebulan ibu tidur enggak bangun-bangun," Aluna terisak. Nyatanya airmata yang dia tahan tak mampu dia bendung lagi.
"Aluna pengen kita ngobrol kaya dulu lagi walau tanpa ayah. Ibu gak kasian apa sama kita yang semakin kesepian. Bangunlah bu, aku kangen masakan ibu, aku kangen diledek ibu karena gak mau pacaran, aku kangen dipeluk ibu," Isakan Aluna mulai terdengar lebih keras. Aluna memukul dadanya karena rasanya begitu sesak, airmatanya pun mengalir deras di pipinya.
"Kasian Ardian bu, aku tahu dia sangat terpuruk kehilangan ayah dan jauh dari ibu. Bangunlah bu kalau ibu sayang sama Aluna dan Ardian," Aluna terdiam, hanya isakan dari bibirnya yang terdengar. Beberapa saat kemudian Aluna menghapus airmatanya. Setelah di rasa mata sembabnya tak terlihat dia pun keluar. Aluna tersenyum melihat Ardian yang menunggunya.
"Gimana kak?" Ardian menatap Aluna dalam. Ia tahu kakaknya menangis tapi dia berpura-pura tidak tahu karena dia paham kakaknya bukanlah orang yang suka di kasihani.
"Percayalah semua akan baik-baik saja ibu pasti sebentar lagi sadar," Aluna berusaha menenangkan Ardian. Kemudian Ardian pun masuk untuk menjenguk ibunya. Aluna menunggu di kursi tunggu dengan berkali-kali menghela nafas panjang.
