"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Berkorban
Sebagai dokternya princess Sarah, Rani melakukan visit pada pasiennya itu sekaligus adik iparnya. Ia juga meminta perawat untuk menyiapkan kursi roda untuk Sarah agar Sarah bisa melihat bayi kembarnya di ruang bayi karena sedang berada di dalam tabung inkubator.
"Assalamualaikum....!" sapa Rani pada Sarah dan suaminya yang sedang ngobrol ringan.
"Waalaikumsalam dokter...!" ucap Sarah yang belum tahu siapa dokter yang ada di depannya.
"Bagaimana kabarmu, Sarah?" tanya Rani terdengar akrab.
"Sayang. Ini kakak iparmu. Istri dari kak Khalid," ucap Ali membuat Sarah terkejut.
"Masya Allah. Apakah kakak yang telah menolong aku dan bayiku?" tanya Sarah terharu.
"Yang menolong mu adalah Allah. Aku hanya sebagai perantaranya saja. Aku begitu semangat saat tahu kalau pasien ku ternyata adik iparku sendiri," ucap Rani mengenang lagi saat kemarin dirinya yang baru pulih diberitahu oleh suaminya tentang kondisi Sarah.
"Ya Allah. Maaf ya jadi merepotkan kaka," ucap Sarah sendu.
"Tidak apa Sarah. Itu sudah resiko seorang dokter yang harus siap kapan saja saat pasiennya membutuhkan tenaganya," ucap Rani agar Sarah tidak merasa bersalah.
"Kak. Apakah kakak yang sudah membisikkan aku dengan kalimat indah disertai doa saat aku terjaga?" tanya Sarah.
"Alhamdulillah. Berarti alam bawah sadar mu menyampaikan pesan ku padamu. Iya Sarah. Aku yang melakukannya. Aku sudah biasa melakukannya pada pasien ku saat pasien itu sudah di vonis kritis secara medis," tutur Sarah.
Sarah tertegun dengan kelembutan hati Rani yang menjadi kakak iparnya. Sarah tidak tahu saja bagaimana Rani bertahan hidup demi bertemu suaminya dan ingin menolong adik iparnya itu karena keadaan Sarah yang tidak boleh menerima informasi sedih yang akan menggangu kehamilannya.
"Lalu bagaimana dengan bayi kembar ku? Apakah mereka bisa dipisahkan? Jika dipisahkan apakah diantara mereka akan bertahan hidup?" tanya Sarah kemudian.
"Aku sudah memeriksa kondisi mereka. Kita bisa melakukan operasi setelah mendapatkan jantung dari bayi lain untuk salah satunya. Dengan begitu mereka akan bisa tumbuh bersama tanpa kendala apapun," jelas Rani.
"Jantung bayi lain? Bagaimana mungkin kita mendapatkan secara legal?" tanya Sarah pesimis.
"Aku sudah meminta tolong Daddy ku yang biasa menangani penjualan organ tubuh manusia didunia bawah," ucap Rani lalu pamit kepada Sarah dan Ali yang hanya bisa tercengang.
"Maksudnya lewat jalan ilegal? Itu berarti ayah Rani seorang mafia?" gugup Ali ketakutan karena salah satu bayinya akan mendapatkan jantung dari pasar gelap.
"Kita bisa menanyakan kepada Khalid. Mungkin dia sudah tahu sepak terjang mertuanya di dunia mafia. Setidaknya kita bisa tenang karena ada ayah Rani yang akan membantu kita mendapatkan jantung untuk salah satu bayi kita," hibur Sarah pada suaminya.
"Princess Sarah. Apakah anda ingin bayi anda? Kami akan mengantar anda ke ruang bayi. Silahkan naik kursi roda ini, princess...!" pinta suster. Ali menggendong istrinya lalu dipindahkan ke kursi roda. Keduanya menemui bayi mereka di ruang bayi.
...----------------...
Khalid menjemput istrinya saat Rani sudah menyelesaikan tugasnya. Wajah Rani yang lelah membuat ia tidak tega mengajak Rani untuk bercinta." Apakah kamu ingin makan sesuatu, sayang?" tanya Khalid sambil menyetir mobilnya.
"Aku ingin memakan mu," sahut Rani sambil mengedipkan matanya menatap suaminya yang langsung tersenyum malu.
"Aisshh...! kau ini kenapa sayang menggodaku saat kamu terlihat lelah seperti itu, sayang?" balas Khalid.
"Aku terlalu merindukanmu. Aku jadi kurang fokus hari ini," ucap Rani lalu tidur di pangkuan suaminya.
"Apakah kamu ingin bercinta denganku?" tanya Khalid sambil mengatur nafasnya yang sudah terdengar aneh karena rangsangan yang diberikan Rani pada miliknya.
"Sabar sayang. Kita hampir tiba di rumah. Nanti aku akan melakukannya tanpa ada kata berhenti," goda Khalid.
"Aku suka tantanganmu itu, Khalid ," Rani tersenyum lalu merangsang lagi bagian tubuh bawah suaminya.
Dalam beberapa menit aroma percintaan tercium memabukkan. Rani seakan ingin melupakan kepedihan nya karena kehilangan buah hatinya. Sebagai dokter kandungan dia tahu jejak benih cintanya bersama sang suami pernah tinggal di dalam dirinya. Tempat tersuci dan halal untuk ditinggali benih cinta mereka. Ia tidak berani menanyakan kepada suaminya seakan ia begitu takut untuk melukai hatinya sendiri.
Satu-satunya cara untuk mengembalikan yang telah hilang adalah kembali menyemai benih dari milik suaminya yang akan tumbuh subur dirahimnya. Biarkan kesedihan itu berlalu sejalannya benih itu tumbuh dan datang dalam tangisan seorang bayi mungil untuk mereka.
Rani begitu bersemangat bahkan terlihat seksi dan romantis saat bercinta dengan suaminya. Khalid yang cukup lama berpuasa melampiaskan kerinduannya tanpa jedah.
"Kau terlalu nikmat baby...!" Khalid mengigit kecil dagu lancip istrinya. tatapan mengabur kala badai kenikmatan mendera tubuhnya. Begitu Rani Rani menggenggam seprei kuat untuk menyalurkan hasratnya yang sudah memuncak.
Entah sudah berapa kali mereka melakukan pelepasan namun Khalid belum juga berhenti menghajar nya dengan kenikmatan.
"Bersama sayang. Ini untuk terakhirnya...!" ajak Khalid dan Rani mengangguk mencari kenikmatan itu di setiap hentakan pinggul suaminya pada miliknya.
"Akhh....!" keduanya berteriak lalu saling berpelukan dan membiarkan benih itu mencari tempatnya untuk membangun proses kehidupan di alam rahim.
Di luar sana, udara terasa sangat dingin karena memasuki akhir tahun. Khalid merangkul tubuh polos Rani lalu menutupinya dengan selimut. Ia tersenyum menatap wajah lelah istrinya yang terlihat makin cantik usai bercinta.
"Aku paham perasaanmu, sayang. Aku tahu kamu kecewa dan tidak ingin berbagi denganku. Dia akan datang lagi pada kita. Jangan kuatir Allah selalu memberikan sesuatu yang terbaik dibalik ujian hebat untuk menguji iman kita. Tetaplah bahagia karena kita tidak akan terpisahkan lagi," ucap Khalid mencium bibir Rani lembut.
Pagi tiba. Bunyi ponsel Rani menggema. Rani yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka mengambil ponsel itu. Ia tersenyum melihat ayahnya melakukan video call dengannya. Ia mengucapkan salam terlebih dahulu lalu menanyakan kabar pada ayahnya.
"Sayang. Kamu makin cantik saja sejak menikah. Tapi kenapa tubuhmu kelihatan kurus?" tanya tuan Farouk membuat Rani gugup.
Tidak mungkin dia menjelaskan hal sebenarnya kepada sang ayah. Iapun mencari alasan terbaik kepada ayahnya.
"Maafkan Rani Daddy. Rani sedang ngidam. Bawaannya muntah terus buat Rani jadi malas makan," ucap Rani dengan mimik menyedihkan.
"Maksud kamu kalau saat ini kamu hamil cucu untuk daddy, sayang?" tanya tuan Farouk dengan wajah berbinar.
"Hmm...!" Rani mengangguk dengan wajah cemberut tapi terlihat sangat lucu. Khalid mendengarkan percakapan ayah dan anak itu.
"Ya Allah. Istriku pintar sekali dalam berakting. Maafkan aku sayang tidak bisa menjaga dengan baik," batin Khalid yang tidak mau menganggu obrolan antara anak dan ayah itu.
"Daddy sangat senang sayang dengan kabar baik dari kalian. Oh iya, jantung untuk keponakan Khalid sudah ayah dapatkan yang sesuai ukuran yang sama dengan saudara kembarnya. Daddy akan segera mengirimkan padamu malam ini. Semoga tiba dengan selamat," ucap tuan Farouk membuat Khalid terkesima.
"Masya Allah Daddy baik banget. Ya Allah Engkau telah mengirimkan dua malaikat sekaligus untuk keluargaku," gumam Khalid menahan haru.