NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Masalah di rumah

Langit sore di Desa Qinghe mulai berwarna jingga. Suara ayam kembali ke kandang bercampur dengan pekikan anak-anak yang masih bermain di jalanan tanah. Zhao Liyun berjalan pelan membawa ember kecil berisi air dari sumur. Tubuhnya lelah, tapi wajahnya menyimpan ketenangan. Hari ini ia berhasil menyisihkan sedikit roti kukus lagi, menaruhnya di kantong rahasia di bawah bajunya.

Namun, saat ia masuk ke halaman rumah, suasana langsung berubah. Madam Zhao—ibu tirinya—duduk di bangku kayu di depan pintu dengan wajah masam. Di sampingnya, dua adik tiri perempuan, Zhao Fang dan Zhao Mei, sedang mengupas kacang sambil sesekali melirik sinis ke arah Liyun.

“Kau dari mana saja?” suara Madam Zhao nyaring, menusuk telinga.

“Dari sumur, mengambil air,” jawab Liyun hati-hati. Ia meletakkan ember di dekat tungku.

“Hmph! Pasti kau keluyuran lagi. Selalu saja pulang lebih lambat dari orang lain. Malas sekali!”

Zhao Fang ikut menimpali, “Betul, Ibu. Tadi aku lihat Kakak Liyun ngobrol lama dengan Shengli di dekat sumur. Bukannya cepat-cepat pulang membantu.”

Ucapan itu membuat Liyun terdiam. Dalam hati, ia mengumpat. Anak itu sengaja menambah bumbu supaya ia terlihat buruk di mata ibunya.

“Apa?” Madam Zhao membelalak. “Kau berani main mata dengan pemuda desa, hah? Tidak tahu malu! Kau pikir siapa yang mau denganmu? Kau cuma parasit di keluarga ini!”

Wajah Liyun memanas, tapi ia menahan diri. Kalau ia membantah keras-keras, hanya akan memperburuk keadaan. “Aku tidak main mata. Dia hanya lewat, aku kebetulan bertemu.”

“Alasan! Kau pasti berniat menggoda orang!” bentak Madam Zhao, tangannya menghentakkan bangku. “Dasar anak tak berguna.”

Saat pertengkaran berlangsung, Zhao Mei tiba-tiba bersuara, “Ibu, aku tadi lihat sesuatu di kamar Kakak Liyun. Ada kantong kecil di bawah kasurnya. Sepertinya… berisi gandum.”

Jantung Zhao Liyun seketika berhenti. Ia ingin berteriak, tapi sudah terlambat. Madam Zhao berdiri, matanya menyipit tajam. “Apa? Kau menyembunyikan pangan dari keluarga?”

“Ibu, itu tidak benar—”

“Diam!” Madam Zhao menyeret langkah ke kamar Liyun, diikuti dua putrinya yang terkekeh puas. Liyun bergegas mengejar, tapi tangannya ditepis kasar.

Di dalam kamar sempit itu, Madam Zhao langsung mengangkat kasur tipis dari jerami. Benar saja, kantong kain kecil berisi gandum tersembunyi di bawahnya.

“Lihat ini!” teriak Madam Zhao, mengangkat kantong itu tinggi-tinggi. “Berasal dari mana semua ini? Kau mencuri, ya?!”

Suara ribut menarik perhatian tetangga. Beberapa orang mulai mengintip dari jendela dan pintu.

“Apa yang terjadi?” tanya seorang tetua desa.

“Anak ini mencuri pangan dari keluarga sendiri!” Madam Zhao berteriak keras, penuh amarah, sambil menunjuk Liyun. “Tidak tahu diri! Sudah makan dari keluarga, masih berani menyembunyikan jatah!”

Bisik-bisik langsung terdengar. “Benarkah? Tidak heran wajahnya pucat, pasti banyak dosa.”

“Dasar tak tahu malu.”

Zhao Liyun merasakan darahnya mendidih. Ia ingin menjelaskan bahwa gandum itu bukan hasil mencuri, melainkan hanya jatahnya sendiri yang ia sisihkan sedikit demi sedikit. Tapi siapa yang mau percaya padanya? Ia hanyalah anak tiri yang tidak pernah dianggap.

Madam Zhao mendekat, wajahnya merah padam. “Kau mempermalukan keluarga! Aku harus memberi pelajaran!” Ia mengangkat tangannya, siap menampar.

Refleks, Liyun mundur. “Aku tidak mencuri! Itu jatahk—”

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipinya. Rasa perih menjalar cepat. Air mata menggenang, bukan hanya karena sakit, tapi juga karena rasa hina.

“Kau berani membantah?” Madam Zhao meraung. “Aku harus ajari kau biar tahu sopan!” Tangannya terangkat lagi.

Zhao Fang dan Zhao Mei bersorak kecil, senang melihat kakak tirinya dipermalukan.

Tepat saat itu, suara tegas terdengar dari pintu. “Cukup!”

Semua orang menoleh. Wu Shengli berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin. Ia jelas sudah mendengar sebagian keributan dari luar.

“Apa yang kau lakukan di sini, Shengli?” tanya Madam Zhao dengan nada tidak senang.

“Aku mendengar teriakan. Apa kau benar-benar mau memukuli gadis lemah seperti ini hanya karena menyimpan sedikit gandum?”

“Itu mencuri!” bentak Madam Zhao.

“Itu jatahnya sendiri, bukan? Semua orang tahu setiap orang dapat bagian. Kalau ia memilih menyimpannya, itu haknya.” Wu Shengli menatap tajam. “Kau terlalu keterlaluan.”

Tetangga yang tadi bergosip mulai terdiam, saling pandang. Ucapan Shengli masuk akal. Tidak ada bukti bahwa Liyun mencuri.

Wajah Madam Zhao memerah, antara marah dan malu. “Kau berani ikut campur urusan keluargaku?”

Wu Shengli berdiri tegak. “Kalau urusan keluarga membuat satu orang diperlakukan seperti budak, aku tidak bisa diam.”

Zhao Liyun menatap pemuda itu, matanya bergetar. Ia tidak menyangka Shengli akan membelanya sedemikian berani. Dalam novel asli, Shengli hanyalah karakter figuran, nyaris tak pernah disebutkan. Tapi sekarang, ia muncul seperti perisai di hadapannya.

“Aku…” suara Liyun tercekat. Ia ingin berterima kasih, tapi lidahnya kelu.

Wu Shengli menoleh padanya sejenak, lalu berkata keras agar semua mendengar, “Mulai sekarang, kalau ada yang menuduh tanpa bukti, aku tidak akan tinggal diam. Liyun mungkin tidak sempurna, tapi ia bukan pencuri.”

Bisik-bisik berubah arah. “Wu Shengli membela Zhao Liyun?”

“Berani sekali dia melawan Madam Zhao.”

“Apa ada sesuatu di antara mereka?”

Desa kecil selalu lapar gosip. Ucapan dan sikap Shengli hari itu akan menjadi bahan pembicaraan lama.

Setelah keributan mereda, tetangga bubar perlahan. Madam Zhao masih mendengus kesal, tapi tidak bisa melawan karena orang lain sudah mendengar pembelaan Shengli. Dengan kasar, ia melempar kantong gandum ke lantai kamar Liyun. “Hmph! Dasar pembawa sial. Kau hanya membuat orang luar ikut campur. Malu aku punya anak tiri sepertimu.”

Ia berlalu dengan langkah berat, diikuti Zhao Fang dan Zhao Mei yang masih mendengus puas.

Kamar kembali sunyi. Liyun duduk di tepi kasur, memeluk kantong gandum itu erat-erat. Pipinya masih perih akibat tamparan, tapi hatinya jauh lebih hangat dari sebelumnya.

Wu Shengli menyelamatkannya dari kehinaan yang lebih besar. Ia tidak tahu apa alasan Shengli melakukannya, tapi satu hal jelas: ada seseorang yang percaya padanya. Itu sudah cukup memberi harapan baru.

Malam semakin larut. Liyun menyalakan lampu minyak dan menatap bayangannya di cermin retak. Pipi kirinya bengkak, bibirnya sedikit pecah. Tapi di balik rasa sakit, ada tekad yang semakin kokoh.

“Tidak lagi,” bisiknya. “Aku tidak akan membiarkan siapapun menginjakku. Aku akan hidup lebih baik, meski harus melawan semua orang.”

Tangannya menggenggam kantong gandum erat. Itu bukan hanya makanan. Itu simbol perlawanan kecilnya terhadap takdir.

1
Lala Kusumah
semangat Zhao Lingyun 💪💪💪
Lala Kusumah
pengen hajar tuh si madam 😡😡😡👊👊👊
Lina Hibanika
heh 😒 dah numpang belagu lagi 😡
Lina Hibanika
hadir dan menyimak
Fauziah Daud
trusemangattt...
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjuttt
Dewiendahsetiowati
Zhao Liyun gak punya jari emas ya thor
YukiLuffy: ngga kak
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!