NovelToon NovelToon
Pernikahan Kontrak Tuan Ceo

Pernikahan Kontrak Tuan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:337
Nilai: 5
Nama Author: Nona_Written

Aluna, gadis sebatang kara yang harus terlibat dengan pernikahan kontrak dengan seorang Ceo demi membayar denda atas insiden yang tidak sengaja terjadi.

Dan Haris laki-laki berusia 32 tahun yang juga terpaksa menawarkan pernikahan kontrak pada Alana demi maminya.

bagaimana kelanjutan kisah keduanya ??
ikutin terus perjalanan cinta mereka.

Plagiat ! hus hus ☠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

Hari ini Aluna masuk kuliah, walaupun kakinya masih sedikit sakit, dan dia masih sedikit pincang dalam berjalan, tapi tidak sedikitpun menyurutkan semangat Aluna untuk menimba ilmu. Dia sangat antusias karna dia hidup sendiri, dan tekad dia harus menjadi perempuan yang sukses agar nanti tidak di rendahkan oleh keluarga pasangannya kelak, karna dia tidak memiliki keluarga.

"Morning Aluna, lihat matahari saja masih enggan menampakan dirinya tapi dirimu sudah sangat semangat untuk beraktivitas hari ini."Gumam dia kepada dirinya sendiri, saat dia membuka jendela kamarnya dan menghirup udara pagi yang masih segar.

"Huhhhhh, ayo semangat Aluna, kamu harus sukses."lanjutnya sambil meregangkan otot-otot di tubuhnya.

Setelah di rasa nyawanya sudah kumpul Aluna melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah selesai dia membawa semua peralatan tulis dan yang lainnya yang dia butuhkan untuk kuliah hari ini ke lantai satu, agar dia tidak perlu ke lantai dua lagi nantinya.

Aluna meletakan semua peralatannya di sofa yang ada di ruang tamunya, dia berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan sederhana nya, dia membuat roti bakar dan susu putih untuk mengisi perutnya.

"Biar kuat menjalani kenyataan hidup ya Lun."Ucap Aluna kepada dirinya sendiri sambil mengaduk susu yang barusan dia buat.

"Sebenarnya hidupku tidak terlalu memperihatinkan, tapi kenapa semua orang sangat mengasihani aku, apa sebegitu memperihatinkan nya kah hidupku di mata mereka."Ucap Aluna lagi sambil menata roti yang sudah selesai di bakar di piring.

Terkadang para tetangganya selalu peduli kepada Aluna, dan katanya alasan mereka peduli kepada Aluna karna dia anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara satu pun, dia hidup sebatang kara, makannya mereka mengasihani Aluna.

Ya sebenarnya Aluna tidak masalah si akan hal itu, itu artinya mereka peduli kepada dirinya dan mungkin peduli kepada sesama manusia lainnya.

Hanya saja jika mereka kasihan kepada dirinya atas dasar takut dia sengsara dan bahkan kekurangan untuk makan, itu tidak perlu di kasihani, karna memang Aluna tidak pernah kekurangan akan hal itu.

Dulu sebelum kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan, orang tua Aluna sudah meninggalkan tabungan untuk dirinya, dan juga asuransi jiwa kedua orang tuanya, dan asuransi pendidikan untuk dirinya semua sudah di persiapkan, juga ada tunjangan dari perusahaan atas apa yang menimpa kedua orang tua dirinya, dan lagi dia memiliki pekerjaan sendiri dan sudah menghasilkan banyak uang, ya memang tidak banyak-banyak amat si, yang terkumpul di rekeningnya hanya ada beberapa puluh juta saja, itu murni hasil dia menulis.

Sedangkan tabungan yang di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ada di rekening yang memang milik orang tuanya, dan Aluna baru menggunakannya sedikit mungkin hanya 30% saja dari jumlah tabungan yang ada.

Sambil menikmati sarapan pagi, Aluna teringat pada tabungan yang ditinggalkan oleh mamah dan papahnya.

"Apakah aku harus menggunakan tabungan mereka untuk membayar ganti rugi mobil om yang sial itu?"Gumam Aluna, Rasa tidak enak hati mendera pikirannya, ia merasa terjepit diantara rasa tanggung jawab atas kejadian tersebut padahal bukan kesalahan dirinya, namun tetap saja Aluna harus bertanggung jawab, dia juga tidak ingin bermasalah dengan siapapun dalam hidupnya, karna dia tau dirinya hidup sendiri, dan akan lebih rumit jika dirinya memiliki masalah dengan orang lain, terlebih sepertinya orang yang Aluna tabrak mobilnya itu orang yang kaya dan memiliki kuasa.

"Aku tahu aku harus bertanggung jawab, tapi apakah ini langkah yang benar?" Gumamnya lagi, dia bingung harus bagaimana.

Dia berusaha mencari solusi lain yang mungkin dapat menyelesaikan masalah ini, namun sepertinya pilihan yang ia miliki sangat terbatas. Di saat yang sama, Aluna juga tak ingin mengecewakan orang tua yang telah bersusah payah menyisihkan uang demi masa depannya.

"Akankah mereka memaafkanku jika aku memakai tabungan tersebut?" pertanyaan ini terus menghantui pikirannya selama menyantap sarapan, menciptakan kegelisahan yang semakin menghantui dirinya.

"Maafin Luna ya mah, pah tapi Luna harus menggunakan uang yang kalian tinggalkan itu, Luna gak mau bermasalah dengan siapapun."Gumam Aluna sambil meyakinkan diri.

"Ok baiklah, setelah ini aku akan menghubungi orang itu."Lanjut Aluna. "tapi bagaimana aku menghubunginya, sedangkan aku tidak memiliki nomor ponselnya dan aku juga tidak tau dimana dia tinggal."Ucapnya lagi.

Dalam banyaknya pikiran, Aluna segera menyelesaikan sarapan paginya, dia harus segera berangkat ke kampus, karna tau sendiri bagaimana keadaan jalanan di kotanya ini, sangat sangatlah macet..

Aluna mengegas motor kesayangannya, berusaha membelah kemacetan padat yang menghalangi jalannya. Di tengah deru klakson saling bersautan, ia berharap jalan macet akan segera bisa terurai. Namun sayang, seribu sayang, harapannya itu seolah tetap menjadi angan-angan belaka.

"Hadeh, setiap hari harus berkelahi dengan kemacetan seperti ini."Keluh Aluna.

TIIIIINNNNN

Seseorang membunyikan klaksonnya dengan kuat di samping Aluna. Hal itu mengusik Aluna sampai dia melihat ke samping kanannya itu.

"Haii nona!!" Sapa seseorang yang ada di dalam mobil itu, dia menurunkan kaca mobilnya tepat di samping Aluna.

"Dia lagi."Gumam Aluna.

"Menepi di depan."ucapnya dengan dingin kepada Aluna.

Ya orang yang menyapa Aluna adalah Haris, seseorang yang mobilnya Aluna tabrak tempo hari, Aluna merasa harinya sangat si*l karna di pertemukan lagi dengannya.

Setelah motornya berhasil jalan Aluna menepi di depan, dia mencari tempat agar tidak membuat kemacetan, beruntung di depan memang ada parkiran minimarket.

Dan mobil Haris yang di kemudikan oleh Reza juga menyusul motor milik Aluna.

Haris turun dari mobilnya, dia menghampiri Aluna yang sudah lebih dulu menepikan kendaraannya itu.

"Mana?" Tanya Haris To The Point.

"Santai kali om, aku juga gak akan kabur."Ucap Aluna.

"Stop memanggil gue om."Ucap Haris tidak suka.

"Terus apa? Pak?"Tanya Aluna.

"Nama gue Haris, panggil gue Haris."ucap Haris masih menatap tajam Aluna.

"Oh."jawab Aluna singkat.

Haris menatap Aluna dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, dia bingung kenapa wanita di hadapannya ini terlihat biasa saja saat berbicara dengannya, padahal kebanyakan wanita yang Haris temui itu selalu mencari-cari perhatian darinya.

"Terus mana ganti ruginya. Gue gak mau di cicil."ucap Haris.

"Mana nomor rekening om?" Ucap Aluna.

"Haris."ucap Haris menekan perkataannya.

"Iya terserah deh. "Ucap Aluna tidak perduli.

"Udah gue kirim ke ponsel lo."ucap Haris.

"Yaudah, nanti aku kirim ya om, soalnya rekening aku yang ini gak ada m-banking nya, jadi nanti aku ke atm dulu, tapi mungkin nanti sore setelah aku selesai kuliah."ucap Aluna.

"Lo mau nipu gue?" Tanya Haris dengan tatapan elang nya.

""E–enggak, siapa yang mau menipu?" Ucap Aluna dengan gelagapan, suaranya tercekat dan nyalinya menyusut di bawah tatapan tajam Haris.

"Aku tidak akan pernah berani melakukan hal seperti itu. Apakah om benar-benar tidak percaya padaku?" Lanjut Aluna.

Hatinya berdebar, tangannya berkeringat, dan wajahnya memerah seakan menciptakan aura ketakutan yang memancar dari dirinya. Aluna mulai merasa tertekan, bagaimana ia harus menghadapi situasi yang kian rumit ini. Dia ingin membuktikan kejujurannya, namun hatinya masih merasa ragu dan takut akan reaksi Haris yang lebih keras lagi.

"Bisakah aku keluar dari situasi ini, oh tuhan rasanya aku ingin menghilang saja," Gumam Aluna dalam hati. Dia sangat takut dengan tatapan elang dari Haris, sorot mata tajam Haris menyiratkan jika Haris tidak ingin di permainkan, padahal memang Aluna tidak akan mempermainkannya, dia akan bertanggung jawab dengan kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan itu.

"Baik, gue kasih waktu lo sampe jam 4 sore, kalo sampe jam segitu lo masih belum mengirim uangnya, siap-siap saja. Hidup lo akan gue hancurkan! "Ancam Haris.

"I–iya aku akan mentransfernya sebelum jam 4 nanti."ucap Aluna masih gelagapan.

Haris langsung masuk kembali ke dalam mobil, sedangkan Reza sedari tadi diam di dalam mobil, Reza hanya memperhatikan Haris dan Aluna dari dalam mobil, bahkan Reza tertawa saat melihat wajah ketakutan Aluna.

Aluna masih berdiam diri di tempat dia memperhatikan mobil Haris yang telah melaju pesat di depannya.

"Kenapa dia sangat menyeramkan? Kenapa matanya seperti mata serigala? "Lanjutnya masih memegangi dadanya, rasanya jantungnya mau copot saja.

"Astaga sudah jam setengah delapan."ucap Aluna saat dirinya melihat jam yang melingkar di tangannya, Aluna segera naik kembali ke motornya, dan melajukan motor kesayangannya itu dengan kecepatan yang lumayan tinggi, beruntung dia sudah dekat dengan kampusnya.

1
partini
tadi sama ibu nya sekarang sama anaknya
partini
notif nya telatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!