Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Tanggung jawab.
Tiba-tiba, suara sirine polisi terdengar mendekat. Bang Renes dan Fia saling berpandangan. Mereka tahu, mereka harus segera pergi dari tempat itu sebelum situasi semakin rumit.
"Kita harus pergi sekarang," kata Bang Renes, menggandeng tangan Fia dan berlari menjauh dari cafe itu. Bukan karena takut namun mode pekerjaan mereka sudah pada porsi masing-masing. Bandit itu merusak pada kalangan mereka sendiri, tak bisa di pungkiri para bandit juga merusak masyarakat sipil.
Bang Renes dan Fia berlari menyusuri jalanan sepi, bersembunyi di antara gang sempit, berusaha menghindari kejaran polisi. Jantung mereka berdebar kencang, adrenalin memompa darah ke seluruh tubuh hingga jalan nafas ikut tercekat.
Di tengah pelarian itu, Fia merasakan genggaman tangan Bang Renes semakin erat. Ia tahu, ia tidak sendirian, ada Bang Renes yang selalu melindunginya, meskipun ia tau hubungan mereka tidak mungkin terwujud karena Bang Renes harus menikahi wanita lain.
Namun, di saat yang genting itu, Fia tidak bisa memungkiri bahwa ia telah jatuh cinta pada pria yang selama ini selalu ada untuknya. Pria yang berani mempertaruhkan segalanya demi dirinya. Letnan Renes, pria yang sudah mencuri hatinya.
...
Di tempat lain, Laras sedang menunggu Bang Renes di kamar mess mereka. Ia merasa khawatir karena Bang Renes belum juga kembali. Ia mencoba menghubungi ponselnya, tapi tidak ada jawaban.
"Kemana sih Abang ini? Kenapa belum pulang juga?" gumam Laras cemas.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan Bang Renes masuk dengan wajah yang tampak lelah.
"Abang dari mana saja? Laras khawatir, Bang." ucap Laras dengan nada cemas.
Bang Renes menghela napas panjang. Ia tidak tau bagaimana cara menjelaskan apa yang baru saja terjadi tanpa menyakiti hati Laras.
"Abang... Abang tadi ada urusan sedikit di luar." jawab Bang Renes, mencoba mengelak.
Laras menatap Bang Renes dengan tatapan menyelidik. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan ayah dari bayi yang di kandungnya itu.
"Urusan apa? Kenapa Abang nggak cerita sama Laras?" tanya Laras mulai curiga.
Bang Renes terdiam sejenak, lalu memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Laras. Ia tau, ia tidak bisa terus menyembunyikan kebenaran darinya.
"Sebenarnya... tadi Abang menolong Fia," ucap Bang Renes akhirnya.
Laras terkejut mendengar pengakuan Bang Renes. Ia tidak menyangka bahwa suaminya akan terlibat dalam masalah dengan wanita lain.
"Menolong Fia? Menolong dalam hal apa? Kalau ada info pergerakan dari luar, kenapa Laras nggak dapat infonya?" tanya Laras, dengan nada yang mulai meninggi.
Bang Renes menceritakan semua kejadian di cafe itu kepada Laras, tanpa menyembunyikan apapun. Ia menjelaskan bahwa Fia sedang menjalankan tugas dan ia hanya berusaha untuk menolongnya.
Laras mendengarkan cerita Bang Renes dengan seksama. Ia bisa merasakan ketegangan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh suaminya. Kini ia mulai memahami, kabar burung tentang perasaan suaminya untuk Fia, si gadis cantik sebagai pekerja lepas pada badan intelijen memang benar adanya.
Sungguh Laras begitu bersalah karena sudah menjadi penengah bagi hubungan Bang Renes dan Fia.
"Sekarang Fia ada dimana?" Tanya Laras dengan suara rendah.
"Abang titipkan di rumah Bang Zeni."
//
"Sebenarnya Om Renes tidak mungkin sengaja kasar sama kamu, dek. Kalian satu rekan team, jelas Om Renes tidak ingin satu pun dari anggotanya sampai celaka." Kata Mbak Nadia menenangkan Fia yang masih lemas.
Memang saat Bang Renes mengantarnya tadi, raut wajah pria itu nampak marah.
Tak lama ada tiga mobil datang, Bang Zeni pun melongok ke arah jendela melihatnya.
"Aduuuhh.. Mati aku." Gumamnya kemudian bergegas membuka pintu.
Dengan formal Bang Zeni memberi hormat pada atasannya. "Selamat malam.. selamat datang, komandan. Siap salah tidak ada penyambutan." Kata Bang Zeni.
"Alaaahh.. Biasa wae, mana Fia??" Tanya Papa Hananto.
Papa Shano yang berada di belakang punggung Papa Hananto kemudian menepuk bahu Bang Zeni. Setelah menutup pintu, Papa Elgran menyusul bersama seorang pria muda di sana. Letnan Arial.
"Sama Nadia, Pak."
:
Demi mendapatkan informasi akurat, Letnan Renes pun ikut di hadirkan.
"Fia sudah merencanakan matang-matang..!!" Kata Fia.
"Kapan???"
"Di dalam pikiran." Jawab Fia.
"Ya Allah, nyebut Fiaaa.. Nyebuuutt..!!!! Takbir panjang semalam suntuk, saya mikir kamu." Omel Bang Renes.
Mata Fia beralih pada Pak Hananto. "Tapi Fia bisa, Pa. Kenapa Papa nggak pernah percaya sama Fia???? Semua nggak bisa percaya sama Fia????" Pekik Fia kecewa saat Papa Hananto tadi ikut memarahinya.
"Kamu memang bisa, tapi kedatangan mu di tempat itu tanpa perencanaan matang dan tanpa diskusi. Apa begitu caranya kerja team???" Sahut Bang Renes terpancing emosi dengan sikap Fia. "Sampai engap dada saya mikir kamu, Fi."
"Siapa suruh Om Ren pikir Fia. Seharusnya Om Ren pikirkan Mbak Laras saja." Oceh Fia.
Papa Hananto memeluk putrinya agar tidak lagi banyak bicara apalagi raut wajah Bang Renes sudah memucat, matanya merah nyalang menahan perasaan dan air mata. Beliau tak banyak bicara sebab paham putrinya pun salah aturan.
Laras ikut menunduk, ada rasa bersalah dalam lubuk hatinya. Ia menyadari sudah menjadi penengah di antara Bang Renes dan Fia.
"Apa rencanamu,l selanjutnya, Ren?" Tanya Papa Shano.
"Sejauh ini belum ada banyak rencana, Pa. Tapi jujur saya ingin menyelesaikan urusan saya dengan Laras dulu. Saya akan menikahinya." Jawab Bang Renes.
"Maaf, Bang. Lebih baik tidak usah, Laras bisa urus anak ini sendiri." Kata Laras menyahut.
"Kenapa?? Semua dosa ini saya yang buat, saya harus bertanggung jawab. Dia di dalam rahim mu terlalu suci untuk menanggung beban dunia. Dia tidak salah, saya yang salah sudah membuat masalah ini." Ujar Bang Renes.
"Laras sudah menerima niat baik Abang. Laras juga tidak akan menutup siapa ayah kandung dari anak ini. Hiduplah dengan bahagia bersama gadis yang Abang cintai."
Bang Renes menelan ludah dengan kasar. Semua kepahitan ini sudah terjadi, ia tidak ingin menjadi pengecut yang lari dari tanggung jawab meskipun Laras menolaknya.
"Sudah sejauh ini, mana mungkin saya tidak cinta." Jawab Bang Renes tegar meskipun mata tidak bisa bohong bahwa ada rasa sakit tersendiri yang ia kubur menyiksa batin.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂