Perlu waktu lama untuknya menyadari semua hal-hal yang terjadi dalam hidupnya.
suka, duka, mistis, magis, dan diluar nalar terjadi pada tubuh kecilnya.
ini bukan tentang perjalanan yang biasa, inilah petualangan fantastis seorang anak berusia 12 tahun, ya dia KINASIH.
Pernah kepikiran engga kalau kalian tiba-tiba diseret masuk ke dunia fantasi?
kalau belum, mari ikuti petualangan kinasih dan rasakan keseruan-keseruan di dunia fantasi.
SELAMAT MEMBACA..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8: Kinasih vs 3 Raksasa
SZZTT...
SZZTT...
Kinasih mulai menerjang maju. Bagaikan kilatan cahaya petir. Tubuhnya berpindah-pindah tempat dengan cepat. Ketiga raksasa semakin dibuat bingung dengan gerakan kinasih. Mereka mencoba menghalau namun tetap gagal.
SZZTT...
Dengan cepat kinasih telah berada di hadapan ibu oliver. Ibu oliver yang menyadarinya dengan cepat segera mengayunkan pemukul kayunya ke arah kinasih. Belum sempat pemukul itu mengenai kinasih, lalu
SZZTT...
Kinasih telah berpindah ke hadapan ayah oliver. Tanpa aba-aba, pemukul milik ayah oliver segera meluncur ke arah kinasih. Dengan senyuman mengejek dia segera berpindah tempat lagi. Pemukul itu hanya mengenai tanah.
SZZTT...
Kali ini kinasih melesat tepat di hadapan wajah oliver. Raksasa yang paling pendek diantara dua yang lain sangatlah mudah untuk didekati oleh kinasih. "RASAKAN INI." teriak kinasih. Kepalan tangannya telah diselimuti petir biru. Oliver yang menyadarinya dengan cepat melindungi wajah dengan pemukul kayu miliknya.
BLARRR...
Ledakan terjadi. Serangan kinasih ditangkis oleh oliver. Menyadari jika serangannya ditangkis, kinasih lalu beranjak mundur.
"sejatinya, kalian adalah para kurcaci yang tidak pernah mengerti bagaimana cara bertarung." ucap ratu reyna.
"OH IYA? MAJU SINI JIKA BERANI!" tantang ayah oliver.
"Tetap disini, asih. Pulihkan dirimu. Biar aku yang urus mereka." ucap ratu reyna kepada kinasih.
Sayap ratu reyna mulai mengeluarkan percikan berwarna merah muda. Perlahan sayap itu mengangkat tubuh ratu reyna tepat diatas tubuh ketiga raksasa itu. "mengapa hanya diam? Serang aku!" ratu reyna terkekeh.
Ketiga raksasa yang semakin tersulut emosi segera mencoba memukul ratu reyna yang berada diatas mereka. Dengan lihai ratu reyna dapat menghindari serangan.
"hanya segitu saja, tuan kurcaci?" ejek ratu reyna. Dia lalu memejamkan matanya. Sayap merah muda itu perlahan terbuka lebar. Muncul 4 buah lubang dari setiap sayap kanan dan kirinya.
"APA ITU? SAYAPNYA BERLUBANG." Teriak ibu oliver sembari menunjuk ratu reyna.
"HATI-HATI, AYAH, IBU." Teriak Oliver.
"sudah terlambat." kedua bola mata ratu reyna berubah menjadi kemerahan. Lalu dengan cepat kedua sayapnya menembakkan sebuah laser yang siap menyerang ketiga raksasa itu.
"AWAS..." ayah oliver segera menunduk.
DRRTT...TRAT...TRAT...
Ketiga raksasa itu dihujani serangan laser yang membabi buta.
"TANGKIS SEMUA LASER ITU." ayah oliver memberi komando.
Namun semua sia-sia. Laser itu terlalu cepat untuk ditangkis dengan sebuah pemukul kayu biasa. Ketiga raksasa itu semakin melemah. Tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya menutupi bagian kepala mereka dengan pemukul kayu. Berharap laser itu tak mengenai kepala mereka.
Kinasih tidak mau hanya berdiam diri saja. Selagi ketiga raksasa itu dihujani laser oleh ratu reyna. Dia mencoba mengaktifkan lagi thunder blue storm miliknya. Dia hentakkan kuat-kuat kakinya ke permukaan tanah. Langit memburam. Disusul gemuruh riuh menggelegar dibalik awan. Ketiga raksasa semakin terpojok.
"TERUS SERANG MEREKA DENGAN LASERMU, TUAN RATU." teriak kinasih.
Ratu reyna mengangguk. Dia segera terbang mengelilingi ketiga raksasa itu. Laser semakin membabi buta. "SEKARANG ASIH."
SZZZT... Kinasih melesat ke kanan.
SZZZT... Kinasih melesat ke depan.
Ketiga Raksasa yang mengetahuinya hanya mampu berdiam diri saja. Tak berkutik.
SZZZT...
Kinasih telah berada di atas ketiga raksasa itu. Dia mengangkat kedua tangannya ke angkasa. Dan petir mulai menyambar tangan kecil kinasih. Menghasilkan sebuah gumpalan petir berwarna biru yang besar.
"RASAKAN INI WAHAI RAKSASA LEMAH."
Kinasih melepas gumpalan itu. Lalu gumpalan petir perlahan mulai melayang diatas ketiga raksasa tersebut.
BLARRR...
BLARRR...
Petir biru mulai menyambar ketiga raksasa itu. Kilatan demi kilatan mulai terlihat membuat ketiga tubuh raksasa itu tak berdaya. Kini mereka telah dihujani laser dan petir yang sangat dahsyat.
Ratu reyna menghentikan serangan. Kinasih segera turun dari langit. Mereka berdua menyaksikan betapa menyakitkannya serangan yang mereka terima.
BLARRR...
Ledakan terakhir. Gumpalan awan hitam mulai menghilang. Gemuruh riuh petir sempurna berakhir. Ketiga raksasa itu telah tak berdaya. Perlahan tubuh ketiganya menyusut. Membuat mereka berubah menjadi 3 kurcaci seperti sedia kala.
Ratu reyna melangkah terlebih dahulu. Disusul kinasih dibelakangnya. Para peri yang sejak tadi berlindung di rumah mereka, kini ikut menyaksikan pemandangan tersebut.
"ampuni kami, wahai tuan ratu." ayah oliver terlihat memelas.
"jika kalian tidak terlalu gegabah mengambil keputusan, mungkin tidak akan seperti ini jadinya." ratu reyna berusaha terlihat untuk tetap bijaksana.
Dari kejauhan. Peri lili dan lala segera menuju ke arah ratu reyna dan kinasih.
"tralala... Tapi ini adalah balasan yang tepat untuk kalian." ucap peri lala.
"trilili... Benar, jika Oliver tidak berulah terlebih dahulu. Mungkin semua akan baik-baik saja." peri lili menimpali.
"maafkan aku. Ini juga salahku karena sering mengganggu para peri yang mencari nektar." oliver tertunduk.
Ketiga kurcaci itu mencoba duduk perlahan sambil terengah-engah. "jika kau tak terima dengan ulah kami. Silahkan usir kami dari desa ini, wahai tuan ratu." pinta ibu oliver.
Ratu reyna menggeleng. "biarlah kejadian tadi dapat memberikan efek jera terhadap kalian. Jika kalian masih ingin berubah. Tetaplah tinggal bersama kami. Bantulah kami dengan tenaga kalian. Dan mintalah bantuan kami juga jika kalian memerlukan bantuan tambahan."
"tralala... Ta-ta-tapi tuan ratu."
"cukup lala. Aku memaafkan mereka bertiga. Namun, jika kalian mengulang lagi kesalahan yang sama. Sudah pasti aku akan mengusir kalian dari desa ini." ucap ratu reyna dengan tegas.
"TERIMA KASIH TUAN RATU." ucap ketiga kurcaci.
"memang selama ini kami hanya tinggal di sebuah lahan kecil di pinggiran hutan hujan ini. Dengan tempat berteduh yang sederhana saja. Sekali lagi, terima kasih dan maafkan kami." ayah oliver bersujud dihadapan ratu reyna dan kinasih.
Kinasih hanya diam. Lalu tersenyum, lantas dengan cepat dia memeluk ketiga kurcaci itu. "aku juga memaafkan kalian. Jangan bersedih lagi ya."
Pemandangan haru itu membuat semua peri meneteskan air mata. Termasuk ratu reyna juga tak kuasa menahan air matanya.
"ternyata hatimu memang selembut itu, kinasih." gumam ratu reyna sambil mengusap kedua matanya.
...
Di dalam sebuah ruangan yang berada dibalik sebuah air terjun. Di dalam sebuah lembah yang berada di tengah hutan hujan. Terlihat seseorang sedang bersungut-sungut. Setelah mendengar kebisingan yang bersumber dari tempat yang tak jauh dari tempat ia tinggal.
"sial. Bising sekali diluar sana." ucapnya sambil memukul dinding ruangan yang penuh dengan tempias air.
"aku harus segera memeriksanya." seseorang itu dengan tergesa-gesa segera keluar dari ruangan dan menembus derasnya air terjun.
Seseorang itu menghentakkan kakinya diatas air. Lalu perlahan dia tak lagi menapak tanah. Dan mulai melesat terbang menuju sumber suara bising itu. Yaitu desa orchidia.
.....bersambung.....