Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Siang harinya, Azriel pulang ke rumah karena jam mengajarnya sudah selesai.
Baru saja tiba di rumah, ia harus disuguhkan dengan ocehan panjang dari ibunya.
Mama Sovi yang turun tangan untuk memasak makan siang ketiga cucunya merasa sangat kesal.
Apalagi Naura pergi begitu saja tanpa melakukan tugasnya seperti biasa.
"Bagus ya istri kamu itu, suami pulang dia malah tidak ada di rumah! Kamu harus tahu, Zriel, kalau tadi pagi istri kamu tidak melakukan pekerjaannya dengan benar! Dia malah menyusahkan Mama dan pergi begitu saja entah ke mana! Pasti pergi keluyuran istri kamu itu!" ucap Mama Sovi kesal.
Wanita paruh baya itu masih tak terima dengan perkataan Naura yang mengatakan bahwa dia hanya akan memasak untuk dirinya sendiri dan Azriel.
Hal itu membuat emosi Mama Sovi meradang, karena dengan begitu, ia harus memasak setiap hari untuk ketiga cucunya yang akan pulang ke rumah itu setelah mereka pulang sekolah.
"Tidak melakukan tugas dengan benar bagaimana, Ма? Istriku masak seperti biasa kok, dia juga menyiapkan bekal yang enak saat aku mau berangkat kerja. Menurutku itu sudah cukup. Tugas yang mana, yang dimaksud oleh Mama?" tanya Azriel heran.
"Kamu kok malah balik bertanya, sih! Istri kamu tidak mau memasak untuk makan siang cucu-cucu Mama. Kalau sampai mereka kelaparan karena di rumah ini tidak ada makanan, bisa repot urusannya! Lain kali kamu kasih nasihat istri kamu itu, supaya tidak ngelunjak dan tahu apa tugasnya di rumah ini!" sahut Mama Sovi.
Azriel hanya tertawa kecil melihat ibunya yang terlihat kesal karena tidak bisa lagi mengendalikan Naura.
"Ma, masak untuk anak-anaknya Mas Rio dan Mas Rangga kan bukan tanggung jawab Naura. Jadi, kenapa dia harus memasak untuk mereka? Tolong dong, Ma, jangan membebani istriku dengan melakukan segala sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan."
Seketika Mama Sovi menganga mendengar perkataan putra bungsunya.
"Bela saja terus istri kamu itu, Zriel! Kamu sama sekali tidak berpihak pada Mama dan malah membenarkan perlakuan istri kamu yang sudah berani kurang ajar pada Mama! Apa jangan-jangan kamu sudah diguna-guna ya oleh Naura? Dia kan berasal dari desa, pasti banyak dukun di tempat tinggalnya itu!" tuduhnya asal karena sudah salah bicara.
"Sudahlah, Ma, jangan mengada-ada. Perkara aku membela istriku saja, Mama langsung menuduh yang tidak-tidak. Memangnya kapan sih? Naura pergi keluar untuk belanja. Dia bahkan tidak pernah meninggalkan rumah karena harus menjaga anak-anak Mas Rio dan Mas Rangga," ucap Azriel seraya bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamar.
Jika ia masih terus bertahan di sana, maka sang mama akan terus-menerus menyudutkan Naura tanpa henti.
Mama Sovi terus saja mengoceh tanpa jeda, seolah Naura sudah melakukan kesalahan fatal, yang membuat hatinya sangat terluka.
Hingga sore tiba, Rere dan Ria pun sama-sama menjemput anak-anak mereka untuk dibawa pulang ke rumah.
Keduanya merasa heran karena tidak melihat kehadiran Naura di mana pun, hanya ada Mama Sovi yang menjaga anak-anak mereka.
"Mama kok sendirian? Naura ke mana?" tanya Rere kebingungan, karena biasanya ada Naura yang akan menyambut saat mereka tiba di rumah itu.
Seketika Mama Sovi mendengkus.
"Tidak tahulah ke mana perginya perempuan kurang ajar itu! Dari tadi pagi dia belum pulang!" sahutnya dengan raut wajah kesal.
Rere pun berkacak pinggang.
"Kok dia begitu sih? Seharusnya dia membantu Mama di rumah!"
"Iya! Bagaimana sih, dia itu! Padahal dia tidak kerja, malah keluyuran bukannya diam saja di rumah!" timpal Ria yang juga ikut merasa kesal.
Mama Sovi semakin tersulut emosi, ia semakin merasa kesal pada Naura karena dua menantunya juga ikut menyudutkan wanita itu.
Mama Sovi berdecak kesal. "Lihat saja nanti kalau Naura pulang, Mama akan beri dia pelajaran!" ucap Mama Sovi penuh amarah.
"Itu harus, Ma!" sahut Ria mengompori wanita itu. "Dia itu harus tahu diri karena tinggal gratis di rumah Mama. Minimal dia harus bantu Mama, bukan seenaknya pergi dari pagi dan sampai sore seperti ini belum pulang! Masih mending kami, yang memang benar-benar bekerja untuk membantu suami!"
Tiga perempuan itu memang selalu kompak kalau soal menyudutkan Naura.
Rere dan Ria yang memang membenci adik iparnya, semakin merasa puas karena mertuanya selalu ada di pihak keduanya, dan sama sekali tidak pernah membela Naura.
Ria dan Rere memang membenci Naura, karena menganggap perempuan yang berasal dari desa tidak selevel dengan mereka yang orang kota dan merupakan wanita karir.
Menghina Naura merupakan hiburan yang menyenangkan bagi mereka, setelah seharian merasa penat berada di tempat kerja.
Setelah cukup lama mengobrol dan menjelek-jelekkan Naura, perempuan yang mereka bicarakan itu pun akhirnya pulang.
Mama Sovi yang awalnya ingin langsung mengoceh dan memarahi menantunya yang satu itu, seketika terpaku di tempat karena melihat Naura yang membawa pulang banyak sekali barang belanjaan dengan merek ternama.
Rere dan Ria yang tahu tentang fashion pun sama-sama melongo melihat semua paper bag yang ada di kedua tangan Naura.
"Kenapa perempuan itu bisa belanja begitu banyak? Dari mana dia mendapatkan uang? Apakah Azriel memberikan semua uang tabungannya untuk dinikmati oleh Naura?" batin Mama Sovi yang semakin tersulut emosi.
**********
**********