Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Simon memandangi tubuh tak berdaya Barbie yang tergeletak di lantai dengan napas terengah. Dengan senyum puas, ia membungkuk dan mengangkat tubuh gadis itu. Meski Barbie masih sadar, kepalanya terasa berat dan pandangannya buram. Tubuhnya terasa lemas, tetapi nalurinya terus berteriak agar ia melawan.
Dengan kasar, Simon melemparkan Barbie ke atas ranjang. Brukk! Tubuh Barbie terhempas ke atas kasur, menggeliat lemah namun tetap berusaha bangkit.
Simon mulai melepaskan bajunya dengan tergesa-gesa, matanya menyala penuh nafsu. "Malam ini… biar aku yang menikmatimu… Kau akan belajar bagaimana melayani pria," ucapnya, napasnya memburu. "Kau masih perawan, kan? Aku akan jadi yang pertama."
Suara itu seperti jarum-jarum beracun menusuk telinga Barbie. Dengan sisa tenaga, ia mencoba merangkak, namun Simon dengan cepat mendorongnya kembali hingga terlentang. Tubuh pria itu menindihnya, dan bibir busuknya mulai mengecup paksa leher Barbie.
Pikiran Barbie panik. Tangannya gemetar mencari-cari sesuatu di atas meja samping tempat tidur—matanya menangkap kilau pulpen logam yang biasa ia gunakan untuk menulis.
Dengan sisa tenaga yang terkumpul dari ketakutan dan kemarahan, Barbie meraih pulpen itu dan—
Srakkk!
Ia menghujamkannya tepat ke pundak Simon.
"AARRGGHH!!" teriak Simon sekeras-kerasnya. Darah muncrat dari luka tusukan itu. Ia meronta mundur karena terkejut dan kesakitan.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Barbie. Ia mendorong tubuh pria itu dengan sekuat tenaga dan bangkit, walau kepalanya masih berdenyut dan pandangannya berputar. Dengan kaki goyah, ia berusaha mencari pintu keluar, berjalan tertatih sambil menahan air mata dan rasa takut yang mencengkeram.
"Sialan!!!" maki Simon, wajahnya penuh amarah dan keringat dingin. Ia mencabut pulpen dari pundaknya, darah segar terus mengucur deras, mengotori lantai dan lengannya. Namun hasrat gilanya belum padam.
Dengan tubuh yang lemas dan langkah gontai, Barbie berusaha menuju ruang tamu. Pandangannya semakin buram, kepalanya terasa berat, dan napasnya tersengal. Namun, sebelum ia bisa mencapai pintu depan, terdengar suara dari luar rumah yang memecah keheningan malam.
"Barbie Lu!" suara berat dan tegas itu terdengar lantang—milik Damien.
Harapan seakan menyala kembali dalam diri Barbie.
"Tuan Ximen… tolong aku!" teriaknya dengan sekuat tenaga yang tersisa sebelum tubuhnya akhirnya ambruk ke lantai. Pandangannya menjadi gelap, dan kesadaran mulai menghilang. Darah di pelipisnya terus menetes, membasahi lantai kayu yang dingin.
Damien yang berdiri di depan rumah mendengar suara jeritan penuh kepanikan itu. Matanya menyipit, nalurinya langsung bereaksi.
"Terjadi sesuatu!" serunya, kemudian tanpa ragu ia menendang pintu rumah.
BRAK!
Pintu terbuka lebar dan terbanting ke tembok dengan suara keras, menciptakan gema di malam yang sunyi.
Damien melangkah cepat ke dalam bersama Calvin dan Steven. Pandangan mereka langsung tertuju pada sosok Barbie yang tergeletak tak berdaya di lantai, tubuhnya gemetar. Napas Damien tercekat.
Tak lama kemudian, dari arah koridor muncul Simon. Bajunya berlumuran darah, wajahnya pucat menahan sakit di bahunya, namun sorot matanya masih memancarkan arogansi.
"Kalian siapa?!" geram Simon sambil menekan lukanya. "Ini rumahku! Aku ayahnya! Jangan ikut campur urusan keluarga!"
Barbie yang mendengar itu mengangkat wajahnya sedikit, berusaha membuka mata.
"Tolong aku..." lirihnya, suaranya nyaris hilang. Ia menatap Damien dengan mata penuh ketakutan. "Dia... dia ingin melecehkanku..." gumamnya sambil menunjuk ke arah Simon.
Jantung Damien seolah mencelos mendengar pengakuan itu. Amarah yang membara meledak dalam dadanya. Ia langsung berjongkok dan meraih tubuh Barbie dengan lembut, menggendongnya dengan kedua tangannya seolah tak ingin ada yang menyentuh gadis itu lagi.
"Barbie Lu!" serunya cemas. "Kau aman sekarang, aku di sini..." ujarnya pelan, menatap wajah pucat gadis itu dengan gentar dan rasa bersalah yang menyelinap dalam diam.
Simon masih berani melangkah maju. "Lepaskan dia! Dia itu anak tiriku, kalian tidak bisa—"
"Sepertinya kau sudah bosan hidup." Calvin mendesis tajam, wajahnya penuh amarah. Ia dan Steven langsung bergerak, menghampiri Simon dan menahannya dengan kasar, memelintir lengannya ke belakang.
"Lepaskan! Apa hak kalian?!" teriak Simon yang mulai panik.
Damien berdiri, masih menggendong Barbie dalam pelukannya. Tatapannya menusuk seperti belati ke arah Simon, begitu dingin dan penuh ancaman.
"Beri dia pelajaran," ucap Damien dengan suara rendah namun tegas.
"Bawa dia pergi!" perintah Damien dingin tanpa menoleh, suaranya dalam dan penuh amarah yang ditahan. Calvin dan Steven langsung menyeret Simon yang masih melawan dan mengumpat, darah dari pundaknya meninggalkan jejak di lantai.
Baru beberapa detik setelah itu, Joey masuk sambil membawa kantong belanja. Wajahnya kelelahan, tapi langkahnya terhenti begitu melihat kekacauan di dalam rumah. Matanya membelalak melihat Barbie dalam pelukan seorang pria, Simon ditahan dua pria asing, dan darah tercecer di lantai.
"Apa yang terjadi?! Siapa kalian?! Ada apa ini?!" teriak Joey panik, meletakkan belanjaannya dan melangkah cepat mendekat.
Damien perlahan memalingkan wajahnya ke arah wanita itu. Tatapannya tajam, seperti pisau yang siap menguliti siapa pun yang mencoba membela pelaku.
"Putrimu…" katanya pelan, tapi tegas. "Hampir saja dilecehkan. Oleh pria yang kau nikahi."
Joey tertegun. "Apa... maksudmu? Tidak mungkin…" gumamnya gemetar, menoleh ke arah Simon yang berusaha melawan di tangan Calvin dan Steven.
"Apa kau masih ingin membela pria ini?" Damien mendekat satu langkah. Sorot matanya menusuk, seolah menelanjangi kebutaan Joey selama ini. "Dia hampir menghancurkan putrimu. Dan kau tidak tahu… atau pura-pura tidak mau tahu?"
damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....