cerita ini adalah kumpulan kisah nyata yang di ambil dari pengalaman horor yang dia alami langsung oleh para narasumber
-"Based On truth stories"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butet shakirah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2
Keesokan harinya, ayah mulai semakin membaik. Lalu kakakku mengajak ngobrol perihal kejadian tadi malam kepadaku.
"dek dek, tau gk tadi malam ayah teriak teriak pas ngigo, trus ibu panik banget" ucap kak Rima kepada ku.
"ha serius kak, emang sakit ayah parah ya? " tanyaku yang sedikit terkejut dari tuturan kakaknya.
"lumayan parah, demamnya tinggi banget sampe ngigo bilang ada yang jemput, makanya tadi malam kita kita pada panik dek" jawab kak Rima
"trus keadaan ayah gimana kak? " tanyaku lagi karna ingin lebih tahu kondisi ayah
"alhamdulillahnya ayah baik baik aja setelah sholat tahajjud dan dzikir dek" jawab lagi oleh Kak Rima
" syukurlah kak ayah baik baik aja, aku lega kak" sahut aku yang merasa lega mendengar nya.
"iya syukur banget, gk kebayang kalo tadi malem ayah kenapa napa tengah malam gitu mau minta tolong ama siapa coba di desa yg jauh dari kota gini dek" ujar kak Rima
"ih amit-amit kak, tapi semalem kenapa gk bangunin aku sih kak? " tanyaku sekali lagi dengan muka sedikit cemberut.
"mana sempat bangunin kamu, orang kita semua panik semalem, lagian suara ayah kencang gitu masa kamu gk kebangun sih dek? " tanya kak Rima juga.
"maaf kak mungkin aku tidurnya pules sampe suara ayah gk aku dengar" senduku dengan nada agak sedikit kecewa
"yasudah gpp dek, toh ayah ada ibu yang ngurus, pun juga ayah udah mendingan" ucap kak Rima sambil mengusap kepala adiknya
"iya kak" seruku sambil tersenyum.
Aku kaget tetapi aku sedikit kecewa terhadap saudaraku yang tidak membangunkan diriku padahal ada hal yang besar terjadi di rumah dan akupun juga menceritakan tentang mimpiku tadi malam. Yah, mimpi seharusnya tidak boleh diceritakan kesiapapun. Namun disini aku butuh jawaban dari mimpi itu, karena merasa aneh sekali dan akupun bingung akan hal itu. Pada sore harinya tiba – tiba ayah jatuh sakit dan muntah – muntah. Pada waktu itu, aku sedang libur dari madrasah karna gurunya lagi rapat dan abangku sudah pulang kuliah seperti biasa dia hanya memiliki dua mata kuliah di pagi hari saja. Anehnya, aku melihat muntahan ayahku seperti bukan muntahan makanan biasa tetapi seperti bongkahan tanah yang dicampur dengan bubur. Apa ini ? kenapa aku melihatnya seperti menjijikan dan membuat diriku merinding. Lalu tiba – tiba kakek yang tinggal disamping rumah kami mendatangi dan menghampiri kami. Betapa terkejutnya diriku akan penuturan kakek tersebut kepada kedua ortuku.
"Assalamualaikum, pak dan buk Sahrul" ucap kakek Edi sambil mengetuk pintu rumah kami.
"Waalaikumussalam oh pak Edi, silakan masuk pak" jawab ibu sambil membuka pintu dan mempersilakan kakek Edi.
“pak buk, maaf saya mengganggu waktunya sebenarnya saya ingin bicara kepada kalian perihal yang saya lihat tadi malam” kata kakek Edi.
“eh tidak masalah pak edi. Ada apa yah pak Edi? Apa ada masalah terhadap keluarga kami?” tanya ibu seolah – olah sudah tahu apa yang akan di omongin oleh kakek Edi.
Hah? Apa ini? Kenapa ibuku bertanya hal tersebut? (diriku berbicara dalam hati)
“jadi, pak, buk, tadi malam ketika saya ambil wudu’ ingin shalat tahajud. Tidak sengaja saya melihat bola api merah yang besar diatas atap rumah kalian sedang mencoba masuk kerumah kalian. Kalian mengerti apa maksudku ini” Tutur kakek edi dengan jelas.
Aku ingin memberitahu bahwasanya kakek Edi memanglah seorang indigo dan juga aku ingin menjelaskan soal lingkungan tempat tinggalku di perkampungan ada banyak sawah dan kamar mandi baru sebagian rumah yang ada. Dan sebagian rumahnya lagi masih mandi didekat irigasi yang bangun pemerintah. Mulai mandi, buang air, wudhu kami menggunakan irigasi tersebut karna airnya bersih yang dialiri dari bendungan.
“yah pak, kami mengerti maksud anda. Suamiku sudah tau siapa pelakunya ketika dia habis shalat tahajud tadi malam” Jawab ibuku dengan tegas.
Ayahku masih diam karna masih lemas. Tetapi berbeda dengan kami berdua, kami hanya bingung dan terperangah mendengar penuturan kakek Edi dan ibuku. Aku masih kaget, bingung kenapa kakek Edi tahu bola api itu? Apa ada kaitan dengan mimpiku tadi malam. Setelah lama berbincang – bincang perihal bola api tadi, kakek Edi pamit pulang kerumahnya dan serentak kakaku juga pulang dari sekolahnya. Akupun menceritakan semuanya mual ayah muntah – muntah sampai perihal kakek Edi datang kekakaku.
Setelah kami siap mandi dan bersih – bersih, kamipun kompak bertanya kepada ayah dan ibu perihal yang diceritakan kakek Edi. Kami ingin tahu semuanya. Apa maksud perkataannya tadi? Dan deggg aku semakin terkejutnya mendengar perkataan ayahku dan ibuku. Mereka mulai menjelaskan bahwa ayahku akan pergi meninggalkan kami selamanya pada waktu malam itu. Bahwasanya ayahku akan lewat atau tiada karna teluh yang dikirim oleh seseorang mencelekai keluarga kami. Nah, ayahku juga menjelaskan bola api merah itu datang disebabkan pertanda teluh dikirim oleh orang lain ketika malam hari tepat pada sepertiga malam akan manjur dan lebih mengejutkan ayah bertanya ibuku tentang bubur kacang hijau yang dibawahnya kemarin melewati rumah tersebut. Ibuku menjawab iya, dan ayah melanjutkan penjelasannya bahwasanya bubur kacang hijau yang dimakannya kemarin adalah perantara atau wadah pengiriman teluh untuk seseorang.
Disini aku menjelaskan teluh itu wadah perantara nya berbagai macam cara tidak hanya ditanam ditanah orang yang akan menjadi target, ada juga diletakkan di dalam rumah target, melalui perantara orang lain, dan mengirim teluh dari makanan yang dibawa target ataupun bisa melalui makanan yang dibuat oleh pelaku serta diberikan kepada sang target.
Ayahku masih melanjutkan penjelasannya dia sangat bersyukur bahwa bukan anak – anaknya yang memakan bubur tersebut. Jika tidak kemungkinan besar adalah salah satu diantara kami yang akan kena imbasnya. Namun, aku syok mendengar penjelasan ayahku. Aku sedih rupanya betapa kejamnya tetangga itu mengirimkan hal yang sangat jahat dan begitu kejinya. Akupun langsung menceritakan perihal mimpiku tadi malam kepada kedua orang tuaku. Tadi pagi aku baru cerita kepada saudara -saudariku saja tentang mimpiku, ayah ibuku masih belum tahu. Kulihat ekspresi ayah dan ibuku saling tatap menatap serta mengangguk keheranan mendengar penuturan putrinya. Ayah sekali lagi menjelaskan bahwa mimpiku itu sangat berkaitan dengan kejadian tadi malam tentang makna bola api tersebut dan ayah tidak menceritakan siapa dalang yang mengirimkan teluh tersebut kepada kami. Dia dan ibuku yang tahu serta mereka tidak ingin menceritakan kepada kami anak -anaknya supaya kami tidak membenci orang lain dan tidak perlu menanggung dendam yang membuat semua nya menjadi kacau.
Namun, aku tidak percaya kenapa diriku yang hanya diperlihatkan ? kenapa tidak pada saudara – saudariku?. Apapun yang terjadi dua hari itu, aku mendapatkan kesimpulan bahwa sebuah mimpi mempunyai mimpi yang bermakna dan ada petunjuk yang diberikan oleh tuhan kepada kita. supaya berhati - hati dalam tingkah laku dan ucapan kepada orang lain. Namun, kita selalu mengabaikan petunjuk kecil tersebut. Tidak hanya itu, bahwasanya didunia ini pasti ada yang jahat dan baik kepada kita. Aku berdoa siapapun yang mengirimkan hal itu kepada kami jadikan aku dan keluargaku orang – orang yang beriman kepadamu dan semoga pengirim itu mendapat hidayah dan balasan yang setimpal menjadi orang baik tanpa ada kebencian. Tuhan itu maha pemurah, yang berkuas dialah yang akan membantu kita menuntun kejalan yang benar dan memberikan hikmah. semoga kita diberi perlindungan dan pengampunan dari Allah Swt (tuhan yang maha Esa).