Kisah Pengalaman Horor
Ketika terdengar suara ayam berkokok di pagi hari. Terdengar juga suara ketuk pintu dan teriakan mamaku dari luar kamar.
tok..tok..tok... (gedoran pintu kamar)
“anak-anak bangun yuk pagi ini kita pindah ke rumah baru, siap-siap gih” samar-samar kudengar ocehan pagi dari mama yang membangunkan kami.
Aku dan adikku pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk sarapan sebelum pergi ke rumah baru. Saat di ruang tengah kulihat hanya bundaku sendirian.
“ma, papa lagi dimana?Kok tumben mama sendirian aja”tanya Shilla.
“papa sudah duluan ke rumah baru dengan pick up nganterin barang-barang yang besar, nanti ke sini lagi kok buat angkut barang yang lain” jawab mama.
“oh gitu toh ma, wih sarapannya mama beli yah? Tumben mama gk masak, biasanya mama rajin masak sarapan” tanya Shilla sambil makan.
“iya mama beli sarapan tadi di depan, kamu lupa ya peralatan dapurkan dah di angkut ke rumah baru” jawab mama.
"ooh pantesan beda rasanya, ga seperti masakan mama yang biasanya" sahut Shilla.
“kakak gimana sih kan kita mau pindah ke rumah baru, tentulah perabotan di rumah dah gk ada” tambah Siena
“hehe iya juga ya,trus abis ini kita langsung berangkat atau nunggu papa mah?” tanya Shilla lagi.
“kita langsung berangkat aja, barang- barang sisanya nanti di jemput papa” jawab mama.
Kami memutuskan langsung berangkat sehabis sarapan, rumah yang kami tempati sebelumnya adalah rumah sewa. Sudah sekian lama orang tuaku menabung akhirnya terkumpul juga uang untuk membangun rumah sendiri. Perjalanan dari rumah lama menuju rumah baru terbilang dekat. Sesampainya di rumah baru, yang kulihat sangat asri selain rumahku ada dua rumah lain yang berdiri kokoh di wilayah sekitar rumahku. Di seberang rumah terlihat ada tanah kosong yang sudah terbangun pondasinya. Kamipun langsung masuk ke dalam rumah. Terlihat papa dan juga pak Agus yang punya pick-up memindahkan perabotan rumah. Usai papa dan pak Agus pindahin perabotan, mama nyamperin papaku.
“pah, ini kunci rumah lama, kalau papa mau jemput barang-barang yang lain nanti sekalian titipan kuncinya ke bu Ratih ya” kata mama sambil menyerahkan kunci ke tangan papa.
“ok mah, ada lagi ga mau di titip mah?” tanya papa sebelum kembali ke rumah lama.
“mama nitip beliin nasi bungkus ya lauknya Rendang ayam bungkus pisah, nanti sekalian beliin buat pak Agus yah” pesan mama ke papa.
“ok mah, papa pergi dulu ya” pamit papa.
“hati-hati di jalan pah” pesan mama lagi.
Kemudian mama melanjutkan merapikan barang-barang. Selagi aku dan adikku melihat-lihat rumah baru terutama kamar yang akan kami tempati nanti, tiba-tiba mama memanggil kami berdua.
“Shilla, Siena, kalian sapu sama pel lantai ya” teriak mama dari ruang tengah.
Kami berdua pun menghampiri mama yang sendirian di ruang tengah.
“nanti aja mama sapu pel lantainya, ntar lantainya belum kering di injak papa gimana mah?” sahut Shilla.
“udah bersihin aja lantainya, papa kalian masih lama urusannya, sebelum tengah hari papa baru pulang” jelas mama.
“iya mama, tapi peralatan sapu pel nya di mana mah?”tanya Siena
“coba cek di dapur, mana tau sudah di pindahkan papa ke sana” jawab mama.
“Siap laksanakan ibu negara”jawab Shilla.
Aku dan adikku melangkahkan kaki menuju dapur dan mencari peralatan sapu dan pel lantai. Dan benar saja memang ada alatnya terletak di sana. Siena yang menyapu aku yang pel lantai rumah. Tepat sebelum tengah hari papaku datang dengan pak Agus yang sudah membawa barang sisa dari rumah lama. Ku lihat papa juga menenteng kantong plastik besar.
“mah tolong siapin piring ya, nih papa dah bawa nasi bungkusnya” kata papa sambil menyerahkan kantong plastik yang di bawanya tadi.
“iya pah, pak Agus sekalian ajak makan bareng Pah” sahut mama.
“betul pak agus, yuk kita makan bareng pak” ajak Papa.
“mohon maaf pak, saya makan di rumah saja pak, istri saya sudah masak di rumah pak” tolak halus dari pak Agus.
“ya sudah kalau begitu, terimakasih ya pak sudah bantu kami sekeluarga pindahan” kata papa sambil menyalami pak Agus, kulihat ayah menyelipkan sedikit uang di tangan pak Agus.
“sama-sama pak Sahrul, saya pamit pulang pak” pamit pak agus.
“hati-hati pak” balas papa.
Siang itu kami makan bersama dan setelahnya lanjut merapikan barang-barang. Aku dan siena juga merapikan barang-barang di kamar yang akan kami tempati. Mulai dari baju-baju sampai ke peralatan sekolah. Hingga akhirnya rumah kami sudah rapi, dan sorenya mama memasak di dapur untuk makan malam kami nanti. Ku lihat papa sedang duduk santai di teras sambil baca koran.
“pah kok daerah sini sepi sih?’’ tanya Shilla
“memang sepi nak, tapi daerah sini masih asri pepohonan nya banyak, makanya papa mau bangun rumah di sini nak” jawab papa.
“nah trus tanah yang depan rumah kok belum ada rumahnya pah?” tanya Shilla lagi.
“papa kurang tau soal tanah yang di depan, sebelum rumah kita di bangun sudah ada pondasi di sana, entah karena apa pembangunannya belum di kerjakan sampai sekarang” jelas papa sambil menatap tanah di depan rumahku.
“owh kirain papa tau, ya udah shilla ke dapur dulu bantuin mama masak yah” jawab Shilla sambil melenggang pergi menuju dapur.
Tak terasa magrib pun tiba, kedua orang tuaku seperti biasa sholat berjamaah di masjid hingga isya. Tinggal aku dan adikku di rumah. Kami berdua sholat di kamar. Setelah sholat magrib sembari menunggu kedua orang tua kami pulang, kami bersantai sejenak di dalam kamar sambil bermain ponsel. Tiba-tiba listrik padam dan suasananya gelap gulita. Siena ketakutan sambil memeluk kakiku sambil berteriak.
Aaaaaaaargh..... (terdengar suara siena)
“kak-..kkkakk... ya yang pegang kakiku?” tanya Siena sambil ketakutan dan gemetaran.
“gklah, kakak aja rebahan di atas ranjang dari tadi, kan kakimu yang selonjoran di lantai” jawab Shilla.
“trus yang pegang kakiku siapa dong kak? mana tangannya dingin kak” tanya Siena yang masih ketakutan.
“ya mana kakak tau, kan kamu taulah kalau kakak diatas ranjang dari tadi.” jawab Shilla lagi.
Suasananya masih gelap, aku gk tau berapa lama listrik padam. Ingin menyalakan lilin tapi kesulitan bergerak di karenakan siena memeluk kakiku dengan erat.
“dek minggir dulu napa, kakak mau nyari lilin biar gk gelap kita” pinta Shilla.
“gk mau, aku takut kakaakkkk” jawab Siena sambil melas.
“trus gimana donk ngambil lilinnya kalo masih kamu peluk gini? kakak jadi susah gerak gini, dek” tanya Shilla.
“pake cahaya hp aja kak, tunggu papa dan mama pulang aja” rengek Siena.
“duh kalo nunggu papa mama lama dek, kita gk tau kapan listrik nyala lagi” jelas Shilla.
Akhirnya aku menyalakan flash dari hpku. Baru juga kunyalakan, Siena kembali lagi teriak.
aaaaaaaaaargh..kakkkkkkk
“kaaaaakkkkk, aku takuuuut (sambil menutup mata dengan kedua tangannya) matiin lampu hpnya, aku takut kak tadi di plafon ada bayangan putih kek muka orang kak” kata Siena sambil nunjuk plafon dengan gemetaran .
“hah?.. masa sih dek?, kakak gk liat apa-apa loh” jawab Shilla sambil kebingungan dan menoleh ke arah yang di tunjuk oleh siena.
"adda-..loh kaak. di situ tadiii, mukanya seram loh kak. akuuu takuut bangettt loh kak" jawab siena sambil matanya sudah menangis.
"udah-udah , tenang aja dek. kan ada kakak gausah takut ya. sekarang baca doa dan ayat - ayat pendek. bentar lagi papa mama pulang kok." sahut shilla sambil menenangkan adiknya yang ketakutan.
Kejadian di malam pertama ketika berada di rumah Baru kami sangat membekas diingatan adikku. Adikku memang masih SD saat itu, ntah kenapa saat pindah ke rumah baru dia sering menceritakan hal-hal aneh juga sering alami mimpi buruk. serta sejak kejadian mati lampu itu dia jadi trauma gelap maupun cahaya remang- remang. Dan menurut penuturan Siena sebelum mama mengadakan pengajian di rumah, dia selalu melihat penampakan hantu maupun mimpi buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Anonymous
lanjutkan thor penasaran cerita asli lainnya
2025-05-24
1