NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 ~ Di tengok kekasih

Pagi Hari ...

Dana teringat jika semalam dia lupa menghubungi Sylvia akibat menahan sakit di kedua kakinya.

Dana mencoba menghubungi Sylvia, namun teleponnya tidak tersambung ...

Dana frustasi, dia mencoba berjalan hendak menuju rumah Sylvia, Dana tidak ingin jika Sylvia kembali marah.

"Dana ... mau ke mana?" tanya Yuni.

"Ke rumah Sylvia sebentar ya tan ...," pamitnya.

"Dana ada perlu apa? biar nanti temui mereka ya, kamu berisitirahatlah sembuhkan dulu sakitmu, biar besok bisa kembali pulih dan bisa melakukan kegiatanmu," Yuni mencegah Dana agar bisa berisitirahat.

Dana terdiam, mana berani Dana membantah Yuni, sedangkan sekarang orang tuanya adalah mereka (yuni dan Jae).

Kembali Dana memasuki rumah, lalu kembali bersandar di atas bantalnya.

Namun hatinya tidak tenang, dia merasa bersalah karena tidak bisa menempati janjinya, untuk menemui saja tidak bisa.

Dana terus mencoba menghubungi Sylvia namun ternyata tetap saja tidak aktif.

Dana mencoba mengalihkan pikirannya kembali dengan membuka laptop, dia mengecek setiap pekerja yang ada di perusahaan orang tuanya.

Terkadang terbit sebuah senyuman dan terbit amarah yang menyelimuti dirinya.

Sore harinya ...

Shifa mengunjungi Dana, dan sebelumnya, berbincang lebih dahulu dengan Yuni, Mendengar cerita Yuni, Shifa tercengang ...

"Bagaimana bisa semua terjadi? itu tidak benar, boleh saya menemui Dana?" Panik Shifa mendengar Dana terluka.

Ketika memasuki kamar Dana, ternyata Dana sedang sibuk dengan Laptopnya.

"Dana ...," sapa Shifa.

"Eh Bu Shifa, maaf Bu saya tidak bisa masuk, di karenakan kaki saya ya begitulah," ucap Dana tanpa bercerita kakinya sudah terlihat memar-memar di karenakan Dana menggunakan celana pendek.

"Kenapa tidak mengabari? saya menunggu kamu Dana," ucap Shifa kecewa.

"Maaf Bu, saya hanya mempunyai no Sylvia dan beberapa kali saya hubungi no sylvia tidak aktif, sekali lagi maaf," Ucap Dan penuh penyesalan.

"Apa kalian ada masalah?" tanta Shifa penasaran.

"Hmm sebetulnya iya, siang kemarin saya menjanjikan untuk menghibunginya malam hari, namun di karenakan kaki saya cedera, malam kemarin terasa sakit ngilu Bu, sehingga saya kembali melupakan janji saya." sesal Dana dengan menundukkan wajahnya.

"Apakah kamu menyukai anak Ibu?" tanya Shifa.

"Betul, saya menyukai Sylvia, baru kali ini saya melihat seorang wanita yang bisa menyentuh hati saya, bahkan rasa sayang saya seperti menyayangi adik juga Ibu saya," jelas Dana jujur.

"Lalu?" tanya Shifa meminta kepastian, padahal usia mereka masih muda namun Shifa seakan meminta keseriusan untuk di lamar saja rasanya.

"Saya niat serius, tapi karena usia kami masih jauh ke usia dewasa, mungkin saya hanya ingin dekat sebagaimana mestinya bu, mungkin Ibu paham dengan yang saya maksud," jujur Dana.

"Saya paham, bisa kamu katakan dengan jujur kepada putri saya? jika kamu menyukainya?" tanya Shifa.

"Jelas Bu, tapi sayang sepertinya Sylvia sedang merajuk kepada saya, maafkan saya Bu, telah membuat anak Ibu kecewa," sesal Dana.

Namun entah kenapa tiba-tiba kepala Shifa mengangguk, masuklah seorang wanita ke dalam kamar Dana.

Dana terkesiap hingga membulatkan kedua bola matanya, netra mereka bertemu, ada rasa bahagia dalam hati Dana ketika ternyata Sylvia kini berada di hadapannya.

Dana tidak menyangka jika pembicaraan dengan Bu Shifa adalah jebakan untuk pengungkapan dia terhadap Sylvia. Ternyata Sylvia telah mendengar segala penuturannya bersama Shifa.

Dana memberanikan untuk memecah keheningan itu.

"Sylvia ... maafkan aku, aku bukan pria yang bisa menepati janji, aku sudah memberikan rasa kecewa untuk ke-2 kalinya, kamu boleh marah, kamu boleh memukulku sepuasmu. Tapi aku mohon janganlah kamu menjaga jarak denganku, hingga kamu memutuskan sambungan telepon denganku, bagaimana aku bisa menjelaskan jika kamu memutuskan semua itu." jelas Dana panjang lebar.

Sylvia tersenyum, ada rasa bahagia ketika mendengar segala ucapan Dana saat bersama Shifa Ibunya, ya ... Sylvia telah mendengarnya jika Dana menyukai dirinya bahkan berniat serius dengannya.

Mana ada pria di umur remaja bisa seserius ini? ini di luar ekspektasinya, sungguh luar biasa bahagia hatinya.

"Terimakasih Dana atas segala ungkapan hatimu kepada Ibuku, aku telah mendengarnya maaf aku hanya ingin mendengar kepastian darimu, karena sikapmu telah membuatku ragu," Sylvia terdiam sejenak.

"Tapi atas apa yang kau ungkapkan tadi, sungguh aku kembali percaya akan sikapmu, maaf aku telah berburuk sangka kepadamu saat kamu tidak bisa untuk menepati janjimu. Maaf aku tidak mengetahui jika kau sedang sakit, maaf ...," sesal Sylvia.

Sedangkan Shifa telah beranjak pergi dari tadi ketika Shifa memanggil Sylvia memasuki kamar Dana.

Dana tersenyum, "Duduklah, jangan berdiri seperti itu, maaf ya sudah membuatmu kecewa," ucap Dana lembut sambil menghapus air mata Sylvia.

"Jika kamu ragu, aku bisa melamarmu bahkan bertunangan denganmu," ucap Dana meyakinkan.

"Jangan Dana, kita masih jauh, kita berjuang saja dulu, semoga kamu bisa menempati janjimu kali ini jika kamu serius denganku ya," harap Sylvia.

"Insyaa Allah," ucap Dana tersenyum.

"Jangan lagi merajuk ya, sungguh membuatku tidak tenang, andai kakiku tidak seperti ini, mungkin aku sudah berada di sampingmu dari tadi," sesal Dana dengan keadaannya.

"Tidak apa-apa toh sekarang kita bertemu bukan, apa itu sakit?" tanya Sylvia sambil menunjuk kaki Dana yang penuh dengan memar.

"Setelah kehadiranmu saat ini, rasa sakit itu hilang," gombal Dana.

"Idih Gombal," Sylvia tersipu malu.

"Serius, karena rasa bahagia yang tidak terkira sehingga sakit pun tertutup," ungkap Dana jujur.

"Apa benar Bagas yang menyakitimu?" tanya Sylvia penasaran.

"Kenapa kamu bisa mengetahuinya?" tanya Dana heran.

"Orang sudah ramai membicarakanmu," sahut Sylvia apa adanya.

"Artis dong si gue," canda Dana dengan cengirannya.

Dana dan Sylvia pun tertawa.

"Serius Dana, benar dia?" ragu karena bukankah Rofik pelatih Dana.

"Betul, dia seperti dendam kepadaku, tapi tidak paham dendam apa, baru saja aku mengenalnya, " ungkap Dana.

"Maaf ...," ucap Sylvia kembali.

"Kenapa? apa salahmu?" tanya heran Dana sambil mengusap rambut hitam tebal Sylvia.

"Dia mengejarku jauh sebelum kamu memasuki desa ini, tapi entah kenapa hati ini tidak sedikitpun menyimpan rasa terhadapnya, padahal dia selalu memberikan perhatian bahkan mengirim banyak hal kepadaku, dan mungkin aku rasa dia cemburu akan kedekatan kita yang ternyata dia kalah sama orang baru," ungkap Sylvia berakhir dengan cengiran.

"Pantas saja jika begitu, kalau dia macam-macam kabari aku ya sayang," ucap Dana yang membuat Sylvia merona dibuatnya.

"Karena itu bukan cinta tapi obsesi, itu berbahaya, ketika cinta di tolak dukun bertindak eh ... haha, maksudku, dia akan menghalalkan segala cara agar keinginannya terlaksana bagaimana pun caranya. Jaga diri baik-baik ya, cerita apapun itu kepadaku," pinta Dana.

Sylvia sungguh terpukau, sudah lama dia merindukan perlindungan dari sosok pria yang bernama Bapak, hanya saling melindungi sesama wanita yaitu Ibunya.

Namun kini Sylvia bahagia, Dana mengisi rasa itu, berasa ada yang melindungi adanya Dana, Tak kuasa Sylvia menahan air matanya, yang lolos begitu saja mengalir di pelepuk matanya hingga turun membasahi pipinya.

Bersambung ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!