Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Malam ini, Zaki Mila dan Bu Suci masih duduk di ruang makan. Mereka masih tampak menikmati makan malamnya.
"Bu, tumben Bu, masakan ibu enak banget," ucap Zaki di sela-sela kunyahannya.
Bu Suci tersenyum saat Zaki memuji masakan Mila.
"Iya. Enak kan. Itu masakan Mila. Ibu juga nggak nyangka, kalau ternyata Mila bisa masak seenak ini," ucap Bu Suci ikut memuji masakan Mila.
Uhuk uhuk uhuk...
Zaki terbatuk-batuk saat mendengar ucapan ibunya.
"Apa! ini Mila yang masak?" Zaki melebarkan matanya. Tampaknya dia menyesal karena tadi telah memuji masakan itu.
Zaki tidak suka dengan Mila, gengsi sekali dia saat memuji masakan Mila yang dia fikir adalah masakan ibunya.
"Iya Zaki. Ini semua masakan Mila."
Zaki mengambil gelas yang ada di depannya. Setelah itu dia menegak air putih sampai habis setengah gelas.
"Tapi, menurutku biasa aja sih masakannya. Lebih enak masakan bibik," ucap Zaki menarik kembali ucapannya.
Sejak Mila tinggal di rumahnya, belum pernah Zaki bersikap baik pada Mila. Dia masih tidak nyaman saja ada orang baru di dalam rumahnya. Apalagi dia itu seorang wanita, yang statusnya belum bercerai secara sah dengan suaminya. Dan Zaki memang lelaki yang tidak mudah percaya dengan orang baru.
Mila sama sekali tidak marah ataupun tersinggung dengan ucapan Zaki. Karena sejak tadi dia tidak memperhatikan obrolan Zaki dengan Bu Suci. Melainkan sejak tadi dia masih melamun memikirkan Aluna.
Zaki bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pergi meninggalkan meja makan untuk ke kamarnya.
Bu Suci menatap Mila lekat.
"Mil, kamu kenapa? dari tadi makanannya, cuma di aduk-aduk gitu? kenapa Mil?" tanya Bu Suci.
Mila yang ditanya hanya bisa diam. Nampaknya dia juga tidak mendengarkan ucapan Bu Suci.
"Mil," ucap Bu Suci sembari menepuk bahu Mila.
Mila tersentak dan langsung menatap ke arah Bu Suci.
"Eh, iya Bu. Ada apa Bu?"
"Kamu kenapa dari tadi ngelamun aja?"
"Maaf Bu. Aku cuma lagi keingat anak aku aja."
"Kamu pengin ketemu sama anak kamu?"
Mila mengangguk.
"Iya Bu. Tapi aku bingung, bagaimana caranya aku bisa ketemu dengan anak aku."
"Ya udah, besok ibu antar kamu untuk ketemu anak kamu ya."
"Tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Aku nggak mungkin menemui anak aku di rumah suamiku. Aku harus menemuinya di sekolah."
"Ya udah, kalau begitu, besok pagi ibu antar kamu ke sekolah anak kamu untuk ketemu anak kamu."
Mila menatap Bu Suci lekat.
"Ibu yakin, mau ngantar aku untuk ketemu anak aku? bukankah ibu harus ke kantor."
"Udah ada Zaki di kantor. Kalau ada Zaki, ibu nggak terlalu aktif berangkat ke kantor."
"Oh..." Mila manggut-manggut mengerti.
Setelah makan malam selesai, Mila ikut membantu Bu Suci membereskan meja makan.
"Mil, kalau kamu capek, besok aja cuci piringnya."
"Iya Bu."
"Kalau kamu mau istirahat, istirahat aja."
Bu Suci kemudian pergi meninggalkan Mila di dapur untuk ke kamarnya. Setelah Bu Suci pergi, Mila juga melangkah untuk ke kamarnya.
Mila masuk ke dalam kamarnya. Dia kemudian mendekati jendela dan membuka korden jendelanya.
"Ya Allah, Aluna. Kamu lagi ngapain Aluna, mama kangen sama kamu Nak," ucap Mila sembari menatap keluar jendela.
Sejak kemarin, Mila merasakan rindu pada buah hatinya. Namun, dia masih kesal dengan Adnan. Sejak Mila di usir dari rumah, Mila sengaja menonaktifkan ponselnya. Dia tidak mau ada seseorang yang menghubunginya termasuk Adnan dan ibu mertuanya.
Mila ingin sendiri dulu, menenangkan fikirannya yang saat ini sedang kacau.
"Nak, besok mama akan ke sekolah kamu. Kamu tunggu mama di sana ya Nak," ucap Mila.
Mila menutup korden jendelanya kembali. Setelah itu dia naik ke atas ranjang untuk berbaring tidur.
****
Pagi ini, Bu Suci dan Mila sudah sampai di depan sekolah Aluna.
"Ini sekolah anak kamu?" tanya Bu Suci.
"Iya Bu."
"Anak kamu pasti ada di dalam."
"Iya. Aku turun dulu ya Bu."
"Iya."
Mila turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam sekolah Aluna.
"Permisi, Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang guru pada Mila.
"Saya mau ketemu Aluna anak saya."
"Aluna siapa? Aluna di sini banyak Bu. Emang anak ibu kelas berapa?"
"Kelas dua."
"Oh... Aluna. Kebetulan saya wali kelasnya Bu."
"Oh, gitu ya Bu. Apa saya boleh ketemu dengan Aluna?"
"Duh, maaf Bu. Saya seharusnya yang bertanya sama ibu. Kenapa sudah satu minggu Aluna tidak masuk sekolah."
Mila terkejut saat mendengar ucapan gurunya Aluna.
"Apa! Aluna satu minggu ini tidak masuk sekolah?"
"Iya. Emang ibu nggak tahu? ibu kan ibunya, seharusnya ibu tahu dong."
"Saya nggak tinggal sama Aluna lagi sekarang Bu. Dia tinggal sama ayahnya. Jadi saya nggak tahu Bu, kalau Aluna nggak masuk sekolah."
"Kenapa begitu Bu?"
"Saya lagi punya masalah dengan ayahnya Aluna. Jadi kami lagi pisah ranjang."
"Oh. Begitu. Saya turut prihatin ya Bu. Semoga, masalah ibu dan suami ibu cepat terselesaikan."
"Iya."
Setelah mengobrol cukup lama dengan guru Aluna, Mila berpamitan untuk pergi meninggalkan sekolah.
"Ya udah Bu, kalau begitu saya pergi dulu ya Bu. Oh iya. Kalau boleh ,saya mau minta nomernya ibu. Biar saya tahu bagaimana perkembangan anak saya."
"Oh boleh Bu."
Setelah mendapat nomer guru Aluna, Mila kemudian kembali untuk ke mobilnya. Dia masuk ke dalam mobil.
"Bagaimana, apa kamu sudah ketemu dengan anak kamu?" tanya Bu Suci.
Mila menggeleng sedih.
"Kenapa?"
"Kata gurunya anak saya sudah satu minggu tidak masuk sekolah. Saya tidak tahu kenapa dengan anak saya."
"Mungkin dia lagi mogok sekolah karena nggak ada kamu," ucap Bu Suci.
"Bisa jadi Bu. Karena kalau bukan aku, Aluna nggak mau sama siapa-siapa lagi."
Bu Suci menghela nafas dalam.
"Keterlaluan sekali suami kamu itu Mil. Sudah seharusnya lelaki seperti itu kamu beri pelajaran. Kalau kamu jadi cerai dengan suami kamu, kamu ambil alih saja hak asuh anak kamu itu. Biar suami kamu itu menyesal karena sudah menyakiti kamu."
"Iya Bu. Penginnya sih gitu. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Aku mana ada uang bu, buat nyewa pengacara. Pasti suamiku akan nyewa pengacara yang handal. Dia pasti akan menang."
"Kamu tenang saja. Ibu bisa bantu kamu carikan pengacara kalau kamu benar-benar membutuhkan."
Mila tersenyum.
"Nggak usah repot-repot Bu. Ibu sudah mau ngasih aku tempat tinggal saja, aku sudah bahagia. Untuk saat ini, aku nggak mau terlalu memikirkan perceraian. Seandainya ada cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah kami, aku tidak mau bercerai dan mengorbankan anak aku."
"Tapi kamu sudah di talak dan di usir. Mungkin itu cara suami kamu, karena dia sudah bosan hidup dengan kamu, sehingga dia selalu mencari-cari kesalahan kamu, agar dia bisa menceraikan kamu."
"Entahlah Bu, aku nggak tahu. Dari dulu, suami aku memang sudah cemburuan."
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^