Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Karena Pengkhianatan
Bab 9
Arga diam saat Mariana menyinggung tentang Valerie. Dia merasa heran kenapa wanita ini sekarang berani menyinggung sang kekasih. Padahal selama ini Mariana selalu berusaha menggoda dirinya agar mau menjalin asmara dengannya.
Awalnya Arga tidak terlalu menanggapi rumor kalau Mariana punya perasaan spesial kepada dirinya. Wanita itu bukan tipe ideal bagi dia. Akhirnya laki-laki itu memilih menjalin asmara dengan Valerie.
Setelah dia berpacaran dengan kakaknya, Mariana akhirnya terang-terangan bilang suka, apalagi setelah kecelakaan yang terjadi kepada Valerie, godaan yang dilancarkan oleh Mariana semakin menjadi. Mereka juga sempat tidur bersama saat mabuk dalam acara party pertunangan salah seorang rekan kerja mereka.
"Dokter bilang, keadaan Kak Valerie tadi pagi stabil. Kamu tahu kenapa? Karena seharian kemarin kamu menemani dan mengajaknya bicara. Dia bisa mendengar kita, tetapi tidak bisa membalas ucapan kita," jelas Mariana.
Arga ikut merasa senang dengan kemajuan ini. Dia memang jarang menjenguk Valerie karena kedua orang tuanya menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa sang kekasih, dahulu.
"Mungkin besok aku akan menjenguknya," kata Arga sambil membereskan meja kerjanya.
Mariana bersama jalan menghampiri Arga lalu mencium bibirnya dengan mesra. Saat tangannya bergerak untuk menggerayangi tubuh laki-laki itu, dengan cepat suami dari Marsha mendorong tubuhnya.
"Jaga batasannya!" bentak Arga.
"Jangan jadi orang munafik, Arga. Bukannya kamu sangat suka saat kita menghabiskan waktu bersama di atas ranjang," ucap Mariana dengan sensual dan kerlingan mata yang menggoda.
Arga tidak membalas ucapan Mariana. Dia lebih memilih pergi lalu membangunkan Marsha.
"Apa sekarang selera kamu sudah berubah Arga?" tanya Mariana saat melihat penampilan Marsha yang memakai pakaian tertutup dan berjilbab.
"Itu bukan urusan kamu," jawab Arga sambil menggandeng tangan Marsha berjalan menuju pintu.
"Hei, wanita berkerudung! Asal kamu tahu kalau Arga itu suka tidur dengan banyak wanita, salah satunya adalah aku. Kamu harus berhati-hati kepadanya," ujar Mariana dan Marsha berjalan sambil melihat ke arahnya.
"Atau jangan-jangan kamu juga sudah diajak tidur oleh Arga?" lanjut wanita berambut panjang bergelombang saat Arga dan Marsha di ambang pintu.
Arga merasa tangan Marsha menegang. Dia yakin kalau istrinya ini pasti akan merasa jijik kepadanya. Namun, dia terus saja menarik tangan perempuan itu menuju lift.
Kedua orang itu saling diam saat di dalam lift sampai keluar. Bahkan di tempat parkiran pun hanya Arga yang bicara itu juga satu kata, "Masuklah!"
Marsha masuk ke dalam mobil yang pintunya dibuka sendiri olehnya. Tidak perlakuan manis seperti tadi.
***
"Kamu kalau lelah tidak perlu masak, pesan saja melalui online. Aku akan makan malam di luar," kata Arga begitu mereka masuk ke apartemen.
Marsha hanya diam lalu masuk ke dalam kamarnya. Begitu juga dengan Arga yang memilih langsung berendam air panas untuk merilekskan otot-otot yang tegang.
Kini penampilan Arga sudah rapi dan wangi. Dia ke luar kamar bersamaan dengan Marsha. Keduanya saling bersirobok dan tidak bicara apa pun.
Marsha pergi ke dapur, untuk memasak. Arga memerhatikan perempuan itu mengeluarkan bahan dari kulkas.
"Aku akan pergi. Tidak tahu apa akan pulang atau tidak. Kamu jaga diri baik-baik," ucap Arga sebelum pergi dan Marsha hanya mengangguk.
Malam ini Arga memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Dia ingin menjenguk Valerie, jika yang dikatakan oleh Mariana adalah kebenaran maka dia akan rela setiap malam untuk mengajak ngobrol dan menjaganya.
"Hai, Baby. Apa kabar? Kapan kamu akan bangun?" Arga menggenggam tangan Valerie yang sekarang menjadi kurus.
Sudah 5 tahun wanita itu berbaring di atas brankar seperti antara hidup dan mati. Arga sempat marah dan kecewa kepada kekasihnya ini. Dia menyaksikan secara langsung pengkhianatan yang dilakukan Valerie terhadap dirinya. Sang kekasih bercinta dengan laki-laki yang selama ini menjadi saingan dirinya. Dia sakit hati atas pengkhianatan itu dan membalas perbuatannya itu dengan melakukan hal yang sama. Dia bercinta dengan para wanita yang menawarkan dirinya. Dari sanalah dia mulai menjadi seorang casanova yang dingin. Bercinta dengan wanita tanpa ada rasa cinta.
Malam itu saat Arga sedang asyik bercinta dengan salah seorang rekan kerjanya, Valerie datang ke apartemen dan mengamuk melihat apa yang sedang dilakukan olehnya. Arga mengeluarkan kata-kata kejam kepada kekasihnya sampai wanita itu pergi dengan hati yang kacau.
Keesokan harinya Arga mendapatkan kabar kalau Valerie mengalami kecelakaan tunggal dan koma. Sebelum terjadi kecelakaan wanita itu menghubungi kedua orang tuanya dan menceritakan apa yang sudah terjadi pada hubungan mereka berdua. Kedua orang tua Valerie tidak terima dengan kondisi putrinya dan menyalahkan laki-laki itu sejak itu dia dilarang untuk melihatnya.
"Baby, buka matamu … bukannya dulu kita berjanji akan pergi liburan ke Lombok dan Bali. Sekarang banyak tempat wisata yang bisa kita datangi saat di sana," kata Arga sambil mengusap pipi Valerie.
Di sudut hatinya, Arga merasa sedih melihat keadaan sang kekasih. Namun, masih terselip rasa marah atas pengkhianatan dirinya.
"Oh, iya. Rumah impian yang kita rancang bersama sudah jadi, loh. Apa kamu tidak mau melihatnya? Ayo, bangun dan kita lihat bersama. Aku belum isi furniture apa-apa di sana karena takut tidak cocok dengan keinginan kamu. Nanti, kita belanja bersama dan memilih warna kesukaan dirimu," lanjut Arga masih mengelus pipi Valerie.
Tangan kurus wanita itu diletakkan di pipi Arga. Terasa lembut dan agak dingin, jauh berbeda dengan beberapa tahun silam saat tangan berjari lentik itu selalu memberikan sentuhan lembut kepadanya.
***
Marsha tidak bisa tidur. Dia duduk di sofa sambil melihat siaran televisi. Sesekali matanya melirik ke arah jam dinding. Sekarang sudah menunjukkan pukul 23:45 dan Arga belum juga pulang.
Baru kali ini dia ditinggalkan seorang diri di apartemen. Rasanya sunyi dan dingin. Meski mereka tidak tidur di satu kamar dan tidak juga saling banyak bicara, setidaknya dia merasa ada teman di tempat ini.
Marsha yang tidak pernah pergi jauh dari kampung halaman. Tidak ada keluarga atau sahabat di ibu kota ini, menjadikan dia merasa sangat sedih.
"Aku rindu ayah dan ibu. Mereka sekarang sedang apa, ya?" Marsha bicara seorang diri.
"Kenapa aku menangis." Marsha mengusap air mata yang tiba-tiba saja keluar tanpa dia bisa tahan.
"Aku ingin pulang," lanjut Marsha sambil meringkuk di sofa dengan air mata yang berderai.
Marsha teringat akan kata-kata yang diucapkan oleh Mariana tadi di kantor Arga. Sebenarnya dia tidak tidur, hanya memejamkan mata saja. Dia sengaja melakukan hal itu agar pandangannya tidak selalu melirik ke arah Arga.
Meski dia tidak suka dengan sifat dan kelakuan laki-laki yang menjadi suaminya ini, tetapi dia tidak bisa menolak aura dan daya tarik yang ada pada diri Arga. Marsha sendiri tidak tahu kenapa dia jadi suka diam-diam melihat laki-laki itu.
***
Apakah Marsha akan pulang kampung? Ikuti terus kisah mereka, ya!