Walau sudah menyandang status sebagai istri selama satu tahun, wanita yang bernama lengkap Arina Mafaza ternyata masih perawan. Entah alasan apa sehingga sang suami tidak menyentuhnya.
Dan malam itu Arina harus menerima kenyataan pahit, ia di jebak oleh suami nya sendiri sehingga ia tidur dengan pria yang tidak ia kenal. Hidup Arina benar-benar hancur apalagi saat suaminya justru menuduh dirinya selingkuh.
Namun tidak ada seorang pun tau kalau pria yang bersama Arina malam itu ternyata seorang Milliader.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDM-Bab 09
Jika Arina pikir kalau rumah tangga Mirza dan Carissa baik-baik saja, semua itu salah besar. Banyak yang telah terjadi pada hubungan keduanya selama empat tahun terakhir ini.
Dan salah satu masalah terbesarnya adalah soal anak, sampai saat ini Carissa belum juga mengandung, padahal Mirza dan Mama Hera sudah sangat mendambakannya.
Bukan tidak ingin berusaha, Carissa sudah dua kali program bayi tabung dan semuanya gagal. Hingga kegagalannya yang terakhir membuat sikap Mirza berubah.
"Kenapa kamu selalu menjauhiku Mas, kamu juga selalu mengabaikan aku ?. Kalau begini terus bagaimana kita akan punya anak" ucap Carissa sembari berjalan memasuki kamar dan duduk di sebelah sang suami.
Mirza melirik sebentar, lalu menarik napas panjang "Aku lelah Caris, tolong mengertilah"
"Selalu itu yang menjadi alasan kamu mas, kamu ini niat gak sih punya anak dari aku"
"Carissa...."
"Cukup mas" bentak Carissa menggema di kamar itu "akhir-akhir ini kamu menghindariku, dan aku tidak mau di giniin, kamu selalu menghindar setiap kali aku ajak berhubungan badan"
Mendengar teriakan Carissa, membuat Mirza kesal. Ia menatap sang istri dengan tajam.
"Kenapa kalau memang aku menghindar ? apa yang akan kamu lakukan ? apa kamu akan mengusirku dari rumah ini ?" Mirza balas membentak. Ia sudah muak dengan sikap Carissa yang selalu semaunya. Sekarang Mirza berpikir kalau Carissa terus seperti ini ia akan pergi.
Carissa langsung terdiam, kepalanya menunduk, tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya. Semuanya hanya Carissa simpan dalam hati.
Padahal malam itu Carissa sedang masa subur, ia sudah memeriksanya sendiri ke dokter. Tapi sikap Mirza yang seperti ini membuat Carissa tidak bisa memaksa.
Selama ini Carissa tidak pernah membayangkan kalau sikap Mirza akan berubah. Ia ingat semua ini berawal saat program bayi tabung itu gagal.
"Aku harap suatu hari nanti aku bisa hamil" batin Carissa sembari mengelus perutnya yang rata.
*
*
*
Keesokan paginya ..
Saat di meja makan sikap Mirza sangat berbeda, pria itu tampak sangat ceria. Bahkan saat akan berangkat bekerja ia memberikan kecupan mesra di kening Carissa.
"Aku pergi dulu ! jaga diri baik-baik" ucap Mirza dan akhirnya pergi.
Carissa mengelus bagian keningnya, sudah lama sekali ia tak merasakan ciuman dari sang suami. Dan sikap Mirza tadi membuat perasaan Carissa benar-benar bahagia.
Setelah kepergian Mirza, Carissa memutuskan untuk bertemu mertuanya. Ia akan mengadukan sikap Mirza selama ini. Ia yakin Mama Hera pasti akan memarahi Mirza, mengingat kalau wanita itu sangat menginginkan seorang cucu.
Setelah berdandan sebentar, Carissa meraih kunci mobilnya. Hari ini ia akan menyetir sendiri untuk kerumah mertuanya.
Setiba di sana, Carissa langsung di sambut oleh Mama Hera.
"Kenapa kamu datang pagi-pagi sekali ? lalu dimana Mirza ?" tanya Mama Hera usai memeluk menantunya itu.
"Mas Mirza sudah ke kantor Ma"
"Kalian baik-baik saja kan ?" tanya Mama Hera sedikit curiga. Sebenarnya wanita itu sudah muak dengan Carissa, sejak program bayi tabung itu gagal, Mama Hera mulai tidak menyukai Carissa, namun ia tutupi dan bersikap seperti biasanya.
"Baik Ma, jangan khawatir !" balas Carissa
"Ya sudah ayo masuk, kita ngobrol di dalam saja" ajak Mama Hera.
Mama Hera dan Carissa duduk di sofa ruang tamu.
"Ada apa ? tumben kamu datang pagi-pagi sekali ?" kembali Mama Hera bertanya, menurutnya kedatangan Carissa sedikit aneh, tidak biasanya wanita itu akan datang sepagi ini.
"Mas Mirza berubah Ma, dia tidak mau lagi berhubungan ba_dan sama aku, padahal aku sangat ingin hamil dan memberi Mama cucu"
Mama Hera terdiam, untuk masalah ini ia sebenarnya tau, karena waktu itu Mirza pernah cerita. Mungkin sikap Mirza seperti ini karena kecewa akibat gagalnya program bayi tabung itu.
Tetapi jika Mirza terus menjauhi Carissa, lalu kapan ia akan menggendong cucu. Teman-teman arisannya sudah pada punya cucu.
"Kamu tenang dulu, nanti biar Mama yang bicara sama Mirza" ucap Mama Hera meyakinkan.
Carissa tersenyum, ia berharap setelah Mama Hera bicara dengan Mirza, suaminya itu akan kembali seperti dulu. Jujur saja sikap Mirza yang seperti ini membuat Carissa seperti menemukan sosok lain.
"Makasih ya Ma, kalau gitu aku pulang dulu" Carissa meraih tas nya lalu berdiri.
"Kenapa buru-buru ?" tanya Mama Hera.
"Ada kerjaan yang harus aku kerjakan Ma"
"Ya sudah hati-hati"
Sebelum pergi Carissa mencium punggung tangan Mama Hera, setelah itu ia berlalu dan tidak sabar menunggu suaminya pulang. Nanti malam ia akan berpakaian seksi untuk menyambut kepulangan Mirza.
Setelah kepergian Carissa, Mama Hera meraih ponselnya. Ia menghubungi Mirza.
"Ada apa Ma ?" tanya Mirza di seberang sana.
"Mama mau ajak kamu makan siang nanti, apa kamu bisa ?"
"Dimana ?"
"Di restoran tempat biasanya"
"Baiklah, nanti aku kesana".
*
*
*
Sementara itu Arina dan Bunga sedang melihat-lihat rumah yang akan Arina beri, pria yang akan menjual rumah itu menjelaskan semuanya.
"Saya menyukai rumah ini" ucap Arina
"Jadi nona akan mengambil rumah ini ?" tanya pria yang menjual rumah
"Iya, mana berkas-berkasnya, saya akan langsung membayar lunas"
Pria itu tersenyum dan dengan semangat mengeluarkan beberapa berkas yang akan Arina tanda tangani. Setelah itu Arina langsung melakukan pembayaran.
"Alhamdulillah akhirnya punya rumah lagi" gumam Arina.
"Rumahnya bagus Rin, Ghazi pasti betah tinggal disini. Lingkungannya juga bersih" ucap Bunga
Arina menganggukkan kepalanya, kemudian melirik jam tangan yang melingkar.
"Sudah waktunya makan siang, ayo ikut tadi aku sudah janjian dengan Dokter Pandu. Katanya kamu mau kenalan" ajak Arina.
"Enggak lah Rin aku pulang aja, kamu aja yang kesana"
"Aku tidak suka bantahan" Dengan segera Arina menarik tangan Bunga dan menuju taksi.
Di sebuah restoran, Dokter Pandu sedang duduk sendiri sambil menunggu kedatangan Arina. Sesaat setelahnya ia tersenyum saat melihat Arina memasuki restoran bersama seorang wanita.
"Maaf membuatmu menunggu" ucap Arina pada Dokter Pandu.
"Tidak masalah" jawab Dokter Pandu, tapi matanya menatap Bunga.
"Kenalin ini Bunga teman ku" Arina memperkenalkan Bunga.
Dokter Pandu menjulurkan tangannya dan di balas oleh Bunga.
"Pandu"
"Bunga"
Ucap keduanya secara bergantian.
Tidak disangka kalau Mama Hera dan Mirza juga makan siang disana, sejak tadi Mama Hera merasa terganggu saat mendengar suara seseorang yang bicara terus menerus.
Mama Hera mengidarkan matanya, ia cukup terkejut bahkan kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat Arina duduk bersama seorang laki-laki dan perempuan. Dan entah kenapa tiba-tiba ada rasa bersalah yang menghinggapi.
"Itukan Arina ? kemana saja dia selama ini, semenjak kejadian itu aku tidak pernah melihatnya lagi" batin Mama Hera.
"Mirza" panggil Mama Hera.
"Iya Ma"
"Coba kamu lihat kesana !"
Mirza langsung menurut, dan seketika tubuhnya membeku dengan detak jantung yang berdegup kencang.
Arina hanya kasih harapan palsu...
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤😍😍😍😘😙😗😗😚
😀😀😀❤❤❤❤
Ariana malu...
❤❤❤❤😍😍😍