Dita terpaksa menikah dengan pria CEO lumpuh dan dikenal impoten, menggantikan kakak nya Dora yang kabur bersama dengan Ricardo, pacarnya.
Dita tidak menyangka kalau suaminya adalah pria tampan dan tidak impoten seperti kabar yang beredar.
Dora menyesal telah kabur bersama dengan kekasih nya setelah mengetahui kalau calon suaminya yang kini menjadi suaminya Dita adalah pria sempurna sesuai kriteria nya.
Ikuti cerita lengkapnya di Novel
WANITA PENGGANTI CEO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Sandy kini sedang menandatangani berkas perjanjian antara klien nya. Ervan mendampingi Sandy di pertemuan dengan salah satu klien nya. Perusahaan FFF kini diwakili oleh orang kepercayaan dari pimpinan nya dengan nama nya yang cukup dikenal dikalangan pebisnis muda yaitu Pak Gerry Pranoto. Kabarnya Pak Gerry Pranoto ini pun usianya masih terbilang muda seperti umur Sandy. Perusahaan yang dipimpin nya saat ini merupakan perusahaan keluarga yang kini dipimpin oleh putra mahkota dari keluarga tersebut. Ini sama halnya dengan Sandy alias Emon.
"Senang bekerja sama dengan anda tuan muda Sandy!" ucap orang kepercayaan Pak Gerry Pranoto tersebut seraya menjabat tangan Sandy dengan erat.
"Sama-sama tuan Baron! Sampaikan salam kepada Pak Gerry Pranoto, jika ada kesempatan kita bisa ngopi bersama-sama," sahut Sandy dengan ramah.
Orang kepercayaan Pak Gerry Pranoto kini meninggalkan ruangan itu dan kini meninggalkan Sandy, Ervan dan juga Dita.
"Tuan muda, apakah setelah ini saya bisa kembali pulang? Saya harus mempersiapkan diri untuk kembali ke luar negeri lantaran tuan muda Emon memerintahkan saya untuk terbang ke luar negeri," ucap Ervan. Ervan paham dengan alasan itu pasti Sandy akan mengijinkan dirinya kembali apartemen milik kekasihnya. Apalagi semua itu sengaja dilakukan oleh Ervan karena ada Dita di dekat nya.
"Mau keluar negeri? Apakah aku boleh ikut? Bukankah aku adalah istri dari tuan muda Emon?" tanya Dita. Sandy menyipitkan kedua matanya. Sedangkan Ervan melebar matanya dengan sempurna.
"Ervan! Apakah kamu bisa menjelaskan soal masalah ini pada Dita? Kenapa Emon tidak mengijinkan istrinya ikut dan mendampingi dirinya saat melakukan pengobatan di luar negeri?" ucap Sandy ikut bersandiwara.
"Eh, em itu lantaran tuan muda Emon tidak ingin nona Dita kecapean di sana. Sedangkan waktu untuk proses pengobatan tuan muda Emon di luar negeri belum juga bisa ditentukan sampai kapan kembalinya. Dan tuan muda Sandy lah yang ditugaskan di sini untuk mengambil alih kepemimpinan di perusahaan-perusahaan yang dipegang tuan muda Emon. Dan juga nona Dita kini menjadi tanggungjawab tuan muda Sandy selama tuan muda Emon masih di luar negeri," terang Ervan.
Sandy manggut-manggut dan tersenyum lebar. Sandy sedikit lega karena Ervan bisa menjelaskan semuanya pada Dita sesuai apa yang dia mau.
"Jadi nona Dita, jika nona hendak keluar rumah sekalipun itu harus ijin dengan tuan muda Sandy. Jika tuan muda Sandy tidak mengijinkan nona Dita keluar rumah, makan nona Dita tidak boleh membantah nya," jelas Ervan.
"Ervan! Ini sangat aneh! Bukankah aku menikah dengan tuan muda Emon dan otomatis aku sudah menjadi istri dari tuan muda Emon. Apakah tuan muda Emon tidak menghendaki aku menjadi istrinya lagi?" kata Dita.
"Benar! Tapi posisi kamu sebenarnya bukankah sebagai pengganti? Maksudnya bukankah sebelum nya pengantin wanita nya adalah Dora kakak kamu bukan?" Ervan kini menyudutkan Dita. Dita kini menundukkan kepala nya mulai paham.
"Betul Ervan! Jadi inikah alasan tuan muda tidak mencintai aku? Dan mengatakan bahwasanya beliau nya impoten? Padahal tidak bukan?" tuduh Dita.
"Hai, bukan seperti itu nona Dita! Tuan muda Emon, memang lumpuh dan memiliki penyakit itu. Makanya beliau berobat ke luar negeri," terang Ervan mulai bingung. Sedangkan Sandy hanya menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Hem, memang perbedaan antara Dora dengan kamu cukup jauh. Dora sangat cantik dan seksi serta berpenampilan modern. Sedangkan kamu? Hem!" sahut Sandy berusaha memancing supaya Dita bersedih.
"Benar! Seharusnya bukan aku pengantin nya dan yang menikah dengan tuan muda Emon. Baiklah, aku cukup mengerti! Kalian berdua tidak perlu menjelaskan nya lagi kepada ku, bahwa sebenarnya tuan muda Emon hanya menginginkan kakak ku Dora," kata Dita.
Sandy dan Ervan saling melemparkan pandangan. Ervan tentu saja sudah bingung jika dia salah bicara. Namun melihat tuan mudanya terlihat menahan tawanya, Ervan jadi lega. Bahwasanya sandiwara dan ucapannya tidak salah dan sesuai apa yang dikehendaki tuan muda nya.
"Ervan! Kamu boleh pergi dan sampai kan salam ku pada adikku Emon. Bilang dengan Emon kalau istrinya baik-baik saja bersama dengan aku," kata Sandy.
"Siap tuan muda!" sahut Ervan.
"Dita, ayo ikut aku!" kata Sandy seraya menarik tangan Dita kembali ke mansion pribadinya.
"Tuan muda Sandy! Apakah tuan muda Emon akan menceraikan aku setelah tuan muda Emon sembuh dari penyakitnya?" tanya Dita seraya berjalan beriringan dengan Sandy.
"Entahlah!" sahut Sandy terdengar malas untuk menanggapi pertanyaan Dita.
*******
Ervan sangat senang karena beberapa hari ini dia akan bebas mendampingi tuan mudanya dengan segala aktivitas kesibukan nya. Ervan tentu saja mendapatkan keuntungan dari tuan mudanya yang saat ini sedang bermain-main dengan nona Dita. Entah sampai kapan tuan muda nya itu bersandiwara di depan Dita dan juga orang-orang. Sandy dan Emon dianggap dua pemuda yang memiliki karakter yang berbeda. Walaupun kedua nya dianggap orang-orang adalah adik kakak. Sejatinya antara Sandy dan Emon adalah satu orang yang sama. Hanya Ervan dan keluarga Sandy saja yang mengetahui semua rahasia itu.
Ervan meluncur ke apartemen nya. Setibanya di parkiran, Ervan segera menghubungi Melisa. Melisa yang mengetahui kekasihnya sudah tiba di parkiran tidak sabaran menunggu Ervan di dalam apartemen nya. Melisa segera keluar menjemput Ervan yang berjalan menuju ke dalam apartemen.
Melisa dengan tergesa-gesa menyambut Ervan yang baru berjalan masuk menuju apartemen.
"Ervan!" panggil Melisa. Bak pasangan kekasih yang sudah lama tidak bertemu, Melisa menghambur ke pelukan Ervan. Padahal juga baru beberapa jam mereka berpisah karena Ervan harus memenuhi panggilan tuan mudanya untuk mengurus klien-klien nya.
Ervan menyambut pelukan hangat Melisa. Bahkan kedua nya tidak memperdulikan orang-orang yang melihat nya berjalan saling berpelukan. Keduanya segera menuju ke lift dan masuk ke dalam. Beruntung di ruangan lift itu hanya ada mereka berdua. Melisa tidak membiarkan kekasihnya bernafas longgar. Melisa kini memulai menyerang bibir seksi dan tebal milik Ervan. Ervan pun membalasnya dengan liar. Di dalam lift itu mereka melakukan ciuman liar dan panjang. Ketika lift terbuka di lantai menuju kamar mereka, keduanya keluar dari lift itu sambil tetap melakukan ciuman panjang. Mereka sudah tidak memperdulikan beberapa orang penghuni apartemen melihat adegan ciuman mereka berdua. Sampai berjalan pun keduanya masih juga tidak melepaskan ciuman itu.
Melisa merogoh kartu di saku jaket nya dan menempelkan nya di platform elektronik di sebelah pintu. Namun sampai beberapa kali dan lama, handle pintu apartemen tidak bisa dibuka oleh Melisa. Sedangkan penghuni dari dalam melongo melihat adegan dua anak manusia itu yang sedang berciuman liar. Melisa tetap berusaha membuka pintu apartemen nya itu namun tangannya menyentuh dada seseorang penghuni dari dalam apartemen tersebut. Sontak melisa menengok ke arah orang tersebut.
"Eh maaf!" ucap Melisa sambil menarik Ervan meninggalkan apartemen itu. Seseorang itu hanya melongo dan menggelengkan kepalanya.
"Dasar anak muda sekarang! Di mana pun tempat sudah tidak ada rasa takut untuk melakukan hal yang enak-enak," ucap laki-laki dewasa pemilik apartemen itu sambil menepuk jidatnya sendiri.
Melisa menarik Ervan menuju apartemen nya. Kali ini tidak salah lagi. Melisa segera menempel kan kartu apartemen nya di sebelah pintu dan handle pintu apartemen itu akhirnya bisa dibuka juga. Kembali Melisa meraup dengan liar Ervan yang hanya pasrah diperlakukan apa saja oleh Melisa. Keduanya mulai saling leluasan membantu melepaskan pakaian Masing-masing. Dan tangan-tangan mereka sudah bergerilya kemana-mana. Ervan tidak canggung dan malu lagi untuk bermain bersama dengan Melisa. Tidak ada rasa malu dan ragu karena mereka sudah berada di dalam apartemen dan tidak seorang pun berada di dalam apartemen Melisa kecuali mereka berdua.
"Melisa!" gumam Ervan seraya menuntun Melisa menuju ke sofa panjang ruangan itu.
apakah bahagia melihat kehormatan wanita di permalukan kayak gitu dengan alasan dalam otakmu hanya karena dia wanita jahat