Luna Alexandra, gadis cantik berumur 20 tahun, seorang Mahasiswi semester 5 di Universitas XX.
Putri dari Wyman Alexander seorang pengusaha restoran yang sukses.
Ia tidak menyangka ayahnya meminta izin untuk menikah lagi setelah 10 tahun hidup menyendiri sepenigggal ibunya.
Apakah Luna mengizinkan Ayahnya untuk menikah lagi? Lalu siapa wanita yang ingin dinikahinya? bagaimana pula dengan kehidupan cinta Luna?
ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syauqi Namaria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Dengan langkah yang malas Luna akhirnya menghampiri Saga yang sudah menunggunya di depan kampus.
Saga menurunkan kaca mobilnya dan melihat Luna sedang berjalan menghampirinya, terlihat senyum simpul di wajah gantengnya. Saat sudah berada di dekat mobil Saga, Cheryl yang tanpa malu langsung menyapa Saga dengan senyum manisnya.
“Halo Mas Saga” sapanya ramah sembari melambaikan tangannya pada Saga.
Saga tersenyum dan membalas lambaian tangan Cheryl.
“Kamu temennya Luna” tanya Saga.
“Bukan cuma temen Mas tapi lebih tepatnya sahabat dekat” Jawab Cheryl.
Saga merespon dengan menganggukkan kepalanya kemudian menyuruh Luna masuk ke dalam mobil.
“Masuk Lun” ucapnya tegas sembari membukakan pintu mobil dari dalam, Luna masuk ke mobil walaupun sebenarnya ia tak ingin.
“Kamu mau sekalian bareng biar aku anterin” tanya Saga pada Cheryl.
“Nggak usah Mas aku bawa mobil” ungkap Cheryl sembari menggoyangkan kedua tangannya.
“Kalau gitu kita duluan yah” Saga melajukan mobilnya meninggalkan Cheryl begitu saja.
Tak ada obrolan yang terjadi selama perjalanan pulang, Saga yang tetap fokus menyetir sesekali matanya melirik memandang wajah gadis disampingnya yang masih tetap terlihat cantik walaupun sedang cemberut.
“Kamu nggak seneng aku jemput?” tanya Saga.
“Iya” jawab Luna singkat.
“kenapa?” tanya Saga lagi.
“Aku bukan anak kecil, bisa pulang sendiri” jawabnya ketus.
“Aku kan udah janji sama om Wyman buat jagain kamu”
Luna memutar bola matanya malas mendengar ucapan Saga. Tiba-tiba saja ia teringat tentang artikel yang ia dengar dari teman kampusnya, walaupun sedikit ragu namun ia tetap menanyakannya pada Saga.
“Mas tadi temen kampusku baca artikel, ada foto kamu lagi bawa perempuan ke Hotel XX, untung saja wajah perempuannya nggak keliatan” ungkap Luna.
“Pasti ada paparazzi yang ngikutin aku malam itu” Saga memukul setang kemudinya.
Setelah beberapa saat akhirnya mereka pun sampai di rumah, Luna segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah diikuti Saga yang berada di belakangnya.
Kemudian Luna langsung masuk ke dalam kamarnya, meletakkan tasnya di atas meja lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang sebentar untuk istirahat.
“Gerah banget aku mau mandi dulu” ia beranjak dari kasur dan berjalan ke kamar mandi.
Selang beberapa menit Luna keluar dari kamar mandi dengan memakai sehelai handuk yang melekat di tubuhnya dan betapa kagetnya saat ia melihat Saga sudah berada di kamar dan duduk di atas ranjangnya.
“Aaaaaaah” teriak Luna kencang.
Bik Idah yang sedang berada di dapur mendengar teriakan anak majikannya itu langsung panik dan berlari ke lantai atas menuju kamar Luna. Ia mengggedor pintu kamar Luna karena takut terjadi sesuatu dengan gadis cantik itu.
“Non Luna kenapa non?” tanya bik Idah.
“Itu bik anu, eeee ada kecoa” jawabnya terbata.
‘Mau bibik buangin non kecoanya?” tanya bik Idah lagi.
“Nggak usah bik biar nanti aku yang buang sendiri” sahut Luna sembari menatap Saga yang terlihat sedang menahan tawa.
Bik Idah kemudian kembali lagi ke dapur.
Saga menatap gadis cantik di depannya yang hanya memakai sehelai handuk serta rambut yang masih basah dan wangi sabun masih tercium dari tubuh Luna membuat jiwa kelelakiannya membara.
Glek
Saga menelan salivanya. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan perlahan melangkahkan kakinya mendekati Luna yang berdiri tidak jauh darinya. Saga semakin mendekat hingga tubuh Luna terbentur tembok yang ada di
belakangnya, ia terus melangkah mendekat hingga tubuh Luna terhimpit oleh tubuh tegap Saga.
Deg deg Deg
Jantung Luna berdegup kencang, wajah mereka kini sudah sangat dekat hingga deru nafas masing-masing dapat mereka rasakan.
“Kamu mau nagapain” tanya Luna dengan tangan yang gemetar.
Saga menyeringai melihat adik tirinya ketakutan, tiba-tiba matanya menatap ke area sensitif Luna yang terlihat menyembul dari balik handuk.
“Kamu ngliatin apa?” dengan sigap Luna menutup area sensitifnya dengan kedua tangannya karena malu.
Saga tersenyum nakal, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke telinga Luna “nggak usah malu, aku kan juga udah pernah liat apa yang ada di balik handuk itu dan juga udah merasaknnya” bisiknya hingga membuat bulu kuduk Luna merinding dan tangannya refklek mendorong tubuh Saga.
