𝙽𝚊𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊, 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚒𝚊 𝚒𝚖𝚙𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚓𝚞𝚗𝚐 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚙𝚎𝚝𝚊𝚔𝚊.
𝙼𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚊𝚔 𝚑𝚊𝚋𝚒𝚜 𝚏𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊, 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊.
𝙳𝚒𝚊 𝚍𝚒𝚋𝚘𝚑𝚘𝚗𝚐𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚔𝚑𝚒𝚊𝚗𝚊𝚝𝚒 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚍𝚎𝚖𝚒𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚛𝚞𝚙𝚊.
𝚂𝚊𝚔𝚒𝚝 𝚑𝚊𝚝𝚒? 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒. 𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊.
𝙽𝚊𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚞𝚑 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒. 𝙽𝚊𝚖𝚞𝚗, 𝚒𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚍𝚒𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚔𝚎𝚊𝚍𝚊𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗.
𝙼𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝙽𝚊𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚓𝚒𝚠𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚝𝚒 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚠𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚔𝚑𝚒𝚊𝚗𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚎𝚛𝚒.
𝙻𝚊𝚕𝚞 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒?
𝙻𝚊𝚗𝚐𝚜𝚞𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚓𝚊 𝚋𝚊𝚌𝚊! 𝚘𝚔𝚎.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alvia rahmania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Masa.
...Ada sebuah masa yang membawaku kembali pada masa di mana kita masih bersama...
...Namun, ada sebuah masa pula yang membawaku lupa pada setiap apa-apa yang mengingatkan ku tentangmu....
...Dan sekarang, aku sedang ada dalam masa di mana aku mengerti semua hal tidak baik jika terlalu di paksakan....
...Maka dari itu, saya mencoba berdamai dengan keadaan walau di dalam hati ber ke inginan lain....
Ahad pagi yang cerah di sela musim hujan. Matahari bersinar terang setelah guyuran hujan tiada henti se malaman hingga fajar.
Kicauan burung di balik pohon menyambut hari untuk ber istirahat bagi sebagian orang dari padat nya rutinitas.
Termasuk bagi Nabila yang memang minggu ini sedang free dari semua aktivitas apapun, kecuali agenda pergi ke pasar untuk ber belanja bahan makanan dan semua printilan nya.
Dia sedang duduk di teras rumah, dengan memperhatikan ibu-ibu kompleks yang sedang sibuk mengrumuni tukang sayur sembari menunggu Zahra yang sedang bersiap-siap di dalam.
Ia terkekeh sendiri melihat betapa heboh nya para ibu itu memilah-milah sayur dengan sesekali bergosip ria dan tertawa, sungguh pemandangan pagi yang sangat menyenangkan di nikmati.
“ Ra, di depan ada tukang sayur !!! mau ikut gak? aku mau nyari cemilan di depan. Sekalian biar tak kenalin sama ibu-ibu komplek, kan sebentar lagi mau tinggal di sini !! ” Teriak Nabila pada Zahra yang entah masih sibuk apa di dalam sana.
Zahra terlihat berjalan sedikit ber lari menghampiri nya dengan sesekali merapikan jilbab dan penampilan nya.
" Boleh deh, sekalian silaturrahmi sama tetangga. Memang nya mau beli apaan sih? Bukan nya kita mau pergi ke pasar.”
“Mau beli kue-kue kecil. Buat nge ganjel perut. Sekaligus mau nyapa ibu-ibu di depan, udah lama juga kayak nya gak berbicara sama mereka. ” Jawab Nabila sambil melangkah menuju penjual sayur yang berhenti tepat di depan gerbang rumah nya.
“ Asalamualaikum, pagi ibu-ibu.” sapa Nabila saat ke dua nya bergabung dengan yang lain nya.
“ Waalaikum salam, eh dokter Nabila, tambah bening aja Neng. Tumben keluar mau belanja ya?” balas yang lain.
Nabila menggeleng sembari tersenyum
“ Enggak kok Bu, cuman lagi pingen jajanan aja. Sekalian mau ngenalin teman, yang nanti juga akan ikut tinggal di sini bersama saya.” Tutur Nabila yang di balas dengan anggukan oleh semua nya yang berada di sana.
“ Nama nya siapa neng, dokter juga ya? “ tanya ibu RT. Membuat Zahra seketika tersenyum dan mengangguk ramah pada para ibu-ibu yang berada di depan nya.
" Iya Bu, tepat nya calon dokter. " sahut Nabila cepat di barengi dengan kekehan zahra di samping nya.
Kemudian Zahra menelangkupkan ke dua tangan nya ke depan dada, tersenyum ramah menyapa semua. “ kenalin Bu nama saya Zahra.” Jawab nya dengan sopan.
“ Oalah, wuayu tenan euy teman nya neng Nabila ini, sama-sama cantik.” Sambung ibu Odah yang tinggal di sebelah rumah Nabila.
Mereka semua tertawa, saat mendengar pujian yang di lontarkan untuk ke dua nya.
“ Andai saja, saya punya anak laki-laki. sudah tak lamar jadi mantu neng Nabila ini. Cantik, seorang dokter, sholehah pula. Kurang apa coba. ” Lagi, terdengar suara celetukan ibu-ibu yang lain nya ikut menyahuti, membuat suasana di pagi hari ini ikut riuh dengan gelak tawa semuanya
Nabila dan juga Zahra hanya bisa menyengir ikut tersenyum, tak di masukan dalam hati. Karena ibu-ibu ya memang seperti itu. Ada aja topik yang selalu bisa di bahas setiap hari nya.
Berbicara tentang ibu, Nabila jadi kangen sama bunda nya yang berada di rumah. Ia sekarang berfikir, Mungkin dia akan menghubungi nya nanti.
“Mang yoyo, ada putu ayu gak ya?” tanya Nabila pada si penjual sayur itu.
“ Ada Neng, tapi tinggal enam buah aja.” Jawab mang yoyo.
Nabila mengangguk, “ gak apa-apa mang se_ ada nya saja.”
Dia lalu membayarkan uang lima puluh ribuan pada mang yoyo dan langsung ingin beranjak pergi, Namun satu kali melangkah ia kembali di panggil.
“ Eh, tunggu Neng. Ke buru-buru amat, ini kembalian nya.”
Nabila menggeleng tersenyum.
“ kembalian nya di simpen saja buat mang yoyo.” Tolak nya sambil menyedorkan kembali uang kembalian tersebut.
“ Matur suwun Neng.”
“ Iya mang sama-sama. Ibu-ibu mari saya duluan permisi. ” pamit nya pada semua orang yang berada di sana.
Baru saja Nabila ingin beranjak lagi dari sana, tapi suara Bu RT kembali memberhentikan langkah nya.” Neng Nabila tunggu !! Cuman mau ngingetin aja, minggu depan jangan lupa acara pengajian nya giliran di masjid Nurul Qur’an. Yang pesantren nya sangat terkenal dan besar itu loh, katanya nanti sekalian untuk memperingati khaul salah satu anak pendiri dari pondok pesantren tersebut.”
" Wah...., akhir nya setelah lama menunggu, kesampaian juga pengajian di sana ya Bu. Gak sabar setelah mengantri sekian lama, Majlis taklim kita bisa pengajian juga di sana. " sahut ibu-ibu yang berbadan gemuk.
Nabila terpaku, kaki nya tiba-tiba saja berat untuk melangkah, seluruh badan nya terasa lemas seketika. Di iringi dengan berbagai macam fikiran yang sedang melalang buana entah kemana, baru saja tadi malam ia ingin memulai berdamai dengan keadaan, tapi pagi ini ia malah kembali di hadapkan dengan situasi yang menjurus pada masa lalu yang sangat ingin sekali ia lupakan.
" Iya, Neng Nabila kudu ikut ya. Kata ibu-ibu komplek sebelah yang sudah pernah ikut pengajian di sana, masjid nya luas. Dan isi pengajian nya sangat ber bobot. Santri nya apa lagi, buanyak banget. !!"
Nabila hanya bisa menoleh ke arah sahabat nya dengan tatapan sayu, dan seolah sudah mengerti Zahra pun langsung mengambil tangan Nabila untuk ia genggam, menyalurkan sedikit ke kuatan agar tetap semangat dengan niatan awal nya tadi malam yang akan memulai berdamai dengan semua nya hari ini.
Zahra mengangguk, memberi isyarat pada Nabila agar segere menyetujui ajakan dari ibu-ibu komplek. “ Iya Bu, insya Allah Nabila datang seperti biasa nya.” Jawab nya sendu, sambil berbalik berjalan menuju rumah. Membuat Bu RT dan para ibu-ibu sedikit heran dengan mimik wajah Nabila yang langsung berubah seratus delapan puluh dejat dari yang semula ceria menjadi sendu.
" Gak apa-apa Bil, kita hadapi bersama oke. Jangan terus menghindar karena itu tidak baik." ucap Zahra sambil berjalan dan menepuk-nepuk genggaman tangan nya.
Nabila menghembuskan nafas nya panjang. " Bismillah. Insya Allah aku sudah siap untuk mencoba berdamai dengan semua nya Ra. "
" Bagus. Semangat!!....semangat!! "
Dan siapa yang tahu, jika ini lah awal dari kisah yang sesungguh nya. Dari kisah cinta masa lalu menuju awal kisah cinta masa depan yang penuh dengan lika-liku kehidupan.
semangat terus Thor menulis nya
kapan up lagi????