Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Menurut kata Oppung.
Gita merasa tenang saat Bang Harra membaca Ayat suci sambil mengusap perutnya. Papa Aga yang sedari tadi marah akhirnya juga ikut terdiam.
"Semoga kamu menjadi anak yang sholeh sholehah ya nak..!! Ayah ada disini, akan menemani kamu dan Mama sekuat yang Ayah bisa." Ujar Bang Harra.
Do'a baru saja usai, tiba-tiba seorang pria tua datang ke rumah Mama dengan wajah berang.
"Anak itu pulang?????" Teriak Oppung sampai akhirnya ia melihat Bang Harra namun wajah berangnya seketika hilang dan memudar saat melihat paras ayu Gita. Beliau membenahi rambutnya yang berantakan. "Kiranya turun darimana bidadari cantik jelita ini??"
"Oppung..!!!!!! Pantas lah cucumu satu ini jelalatan. Pohon ambruk seakar-akarnya." Papa tak habis pikir melihat pria sepuh itu selalu berbinar saat bertemu dengan gadis cantik.
"Kau ini makan apa? Kenapa bisa cantik sekali." Tanya Oppung kemudian duduk di samping Gita.
"Ya makan nasi, masa makan emas." Celetuk Bang Harra.
ppllllkk..
Oppung menepak kepala Bang Harra. "Jangan menyela..!!!!!!"
Bang Harra pun diam sebab tidak ada satupun yang bisa menandingi member terkuat di bumi.
"Ini Gita, Pung. Sebenarnya.. Gita sudah hamil. Kita harus buat penyambutan cucu." Kata Mama Wening.
Seketika Oppung terdiam dan melihat ke arah cucu kesayangannya. Bang Harra nampak tenang meskipun tatapan itu membuatnya gelisah.
"Kenapa... Kenapa bisa sampai ketahuan??????" Tanya Oppung dengan mimik wajah kesal.
Papa Aga dan Mama Wening sampai terbelalak melihat reaksi Oppung. Entah perkataan itu sebuah jawaban atau pertanyaan.
"Ya karena sudah terlanjur, kalau perutnya besar mana bisa di sembunyikan." Jawab Bang Harra.
Oppung terus menatap wajah Bang Harra. "Agaaa.. Bagaimana bisa anakmu tidak pintar begini???? Cepat buat sambutan." Ujar beliau dengan nada rendah.
Suasana masih sedikit lengang hingga kemudian Mamak masuk dan melihat cucunya datang. Beliau terharu menahan rasa rindu. Keranjang sayuran pun di hempaskannya begitu saja.
Bang Harra segera menghampiri dan memeluknya. "Tolong saya Mak. Saya bawa Gita kesini, gadis saya sedang hamil."
Mamak menangis mendengarnya, namun pelukan itu masih terasa begitu hangat. Ia mengusap lengan Bang Harra dengan penuh rasa sayang.
"Mamak kenal betul siapa kau. Tapi apapun itu, gadis yang kau pilih pastilah yang terbaik, Mamak, Oppung, Papa dan Mama akan sayangi gadismu seperti putri Mamak sendiri, Mamak janji."
"Terima kasih, Mamak."
...
Sore menjelang malam, Mamak sudah menyiapkan segala apapun untuk syukuran kecil atas pernikahan dan kehadiran Gita di rumah mereka. Sedang sibuknya keluarga, Oppung datang membawa wadah jeriken dan tongkat sakti di tangannya.
"Mau kemana, Pung?" Tanya Bang Harra yang sepertinya sudah bisa menebaknya.
"Ayo cari belut..!!" Ajak Oppung.
"Besok mau ada acara lho, masa sekarang mau cari belut." Tegur Mama Wening.
"Oke lah, berangkat."
Belum sampai Bang Harra berdiri, Gita sudah memegangi ujung pakaian Bang Harra.
"Gita ikuut..!!" Pintanya dengan suara rendah dan memelas.
"Jangaaaaann.." Seru seluruh keluarga melarang permintaan Gita.
"Oppung..!!!! Jangan buat masalah. Ibu hamil masih 'wangi', bagaimana kalau ketempelan????" Omel Mamak.
"Bukannya kau sendiri sudah pelihara raja setan?? Tanpa di suruh dia sudah berani main salam tempel." Jawab Oppung. "Ayo berangkat, tidak akan ada apa-apa."
"Boleh benar, Oppung." Tanya Gita masih takut dan beradaptasi dengan keluarga barunya.
Oppung pun tersenyum penuh cinta. "Apa yang tidak untukmu, kesayangan Oppung."
"Nanti kalau capek bagaimana, Pung?"
"Ya kau gendong, masa begitu saja kau tanyakan." Balas Oppung.
Bang Harra menghela nafas pasrah sebab membawa bumil mengelilingi sawah pasti cukup membuatnya 'repot'.
"Kenapa napas????" Tegur Oppung.
Rasanya Bang Harra sungguh kesal mendengar respon oppung. Mungkin jika bukan kakek kandungnya, ia sudah mengajaknya baku hantam.
"Kalau nggak nafas cucumu ini sudah wassalam, Pung."
"Wa'alaikumsalam." Balas Oppung kemudian mengulurkan tangannya pada Gita. "Ayo cantik..!!"
Mamak hanya bisa menggeleng melihat kelakuan suaminya, sedangkan Bang Harra terbelalak tanpa bisa berbuat apapun.
"Apa nih, aku di langkahi berhala tua??" Gumamnya berang.
...
Gita begitu bahagia bisa melakukan hal yang sama sekali tidak pernah di lakukannya, menangkap belut dengan alat kejut listrik kecil.
"Asyik sekali, Oppung." Gita berjalan kesana kemari mencari belut hingga ikut Oppung turun ke sawah.
Sudah ada beberapa orang sedari tadi mengikutinya mereka dari belakang.
"Sini, cantik..!! Disini banyak lubang, pasti banyak belutnya." Ajak Oppung.
Bang Harra waspada mengawasi Gita. Konsentrasinya jelas tertuju pada Gita.
"Jangan semua lubang kau coba. Tidak semua lubang yang kau colok ada belutnya." Kata Bang Harra mengingatkan Gita.
"Benar, jadi jangan asal masuk lubang. Hanya ular saja yang asal colok, main sembur." Celetuk Oppung tak hentinya menyindir Bang Harra, meskipun dengan suara rendah tapi masih terdengar jelas di telinga.
"Oppung, Gita dapat belut." Gita pun mengangkat hewan bertubuh lebih besar dari ikutan belut yang biasanya.
Namun seketika kepanikan orang-orang terjadi, tak terkecuali Bang Harra, apalagi saat hewan tersebut memiliki corak.
"Gitaa.. Astaghfirullah..!!" Bang Harra berusaha merebut hewan tersebut tapi Gita tidak mau menyerahkannya. "Lepas, dek..!!"
"Jangan..!! Gita suka belut yang ini, lebih besar."
"Aduuuhh.. Lepas, cantik. Nanti di rumah kau dapat belut yang lebih besar." Kata Oppung ikut berjingkrak terbawa panik.
"Awwwhh..." Gita memercing seperti merasakan sesuatu. "Aaaaaaaaa.." Gita jatuh terduduk di sawah penuh lumpur.
"Terangi..!!!!" Perintah Bang Harra.
Betapa kagetnya Bang Harra melihat kaki kanan Gita sudah di lilit ular sawah. Saat itu juga Bang Harra turun dan menolong Gita.
Gita berteriak panik dan ketakutan hingga lilitan hewan melata itu semakin kuat.
"Jangan teriak dan jangan berontak. Semakin kamu bergerak, lilitannya akan semakin kencang." Kata Bang Harra.
Gita berusaha tenang, ia sangat takut sampai tidak sadar memeluk Bang Harra.
"Abaaaang, jangan pernah tinggalin Gita ya. Gita takut." Ucapnya dengan suara begitu lirih.
"Nggak, Abang akan tetap disini. Temani Gita sampai kapan pun Gita mau." Ular pun terlepas tapi Gita, sudah tidak ingat apapun lagi.
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪