NovelToon NovelToon
TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Sudah 12 tahun sejak Chesna Castella Abram tidak lagi pernah bertemu dengan teman dekatnya saat SMA, Gideon Sanggana. Kala itu, Gideon harus meninggalkan tanah air untuk melakukan pengobatan di luar negeri karena kecelakaan yang menimpanya membuat ia kehilangan penglihatan dan kakinya lumpuh, membuatnya merasa malu bertemu semua orang, terutama Chesna. Di tahun ke 12, saat ia kini berusia 27 tahun, Gideon kembali ke tanah air, meski kakinya belum pulih sepenuhnya tapi penglihatannya telah kembali. Di sisi lain, Alan saudara kembar Chesna - pun memiliki luka sekaligus hasrat mengandung amarah tak terbendung terhadap masa lalunya sejak lima tahun silam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Luka kecil di Sanggana

Gedung Sanggana Grup berdiri menjulang  megah dan modern.

Dari balik kaca lift yang bergerak perlahan, Chesna Abram bisa melihat bayangan dirinya memantul, setelan kerja rapi, wajah tenang, tapi mata yang tak benar-benar sama seperti biasanya.

Ia menekan napasnya dalam-dalam.

Saat pintu lift terbuka, ia langsung menuju ruangan kerja Gideon. Meja sekertaris sedang kosong.

Chesna tersenyum kecil. Begitu tiba di depan pintu yang bertuliskan nama lengkap sertaa jabatan pria itu, ia menarik napas panjang sekali lagi, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tanpa alasan terasa tidak normal.

Tangannya terangkat, siap mengetuk.

Namun  terhenti. Pintu itu tak tertutup rapat.

Ada celah kecil di sana, cukup lebar untuk memperlihatkan sedikit bagian dalam ruangan. Awalnya, ia tak berniat mengintip. Tapi suara lembut dari dalam membuatnya berhenti.

Suara seorang perempuan dalam bahasa asing yang cukup dimengerti oleh Chesna.

“Aku gak percaya akhirnya bisa ketemu kamu lagi…” Nada itu bergetar, seperti menahan isak.

Dan saat Chesna sengaja melirik sedikit melalui celah pintu, dadanya sontak mengeras.

Tepat di depan meja kerja itu, seorang gadis muda berdiri memeluk Gideon erat dari depan.

Kepalanya tertunduk di bahu pria itu, bahunya naik-turun seperti sedang menangis.

Gideon sendiri tak mendorongnya pergi.

Tangannya terangkat ragu, seolah menenangkan bukan pelukan balik, tapi cukup untuk terlihat… dekat.

Waktu berhenti di sana.

Chesna tidak tahu siapa gadis itu, apa hubungannya, atau mengapa ia menangis seperti itu.

Tapi satu hal yang jelas, dadanya terasa berat, seperti ada sesuatu yang tiba-tiba remuk tanpa sebab logis.

Tangannya yang masih menggantung di udara perlahan turun.

Ia ingin mengetuk, tapi tidak bisa.

Ingin berbalik, tapi kakinya menolak.

“Jangan bodoh, Chesna…” bisiknya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Namun meski bibirnya berucap begitu, hatinya tak mendengarkan.

Matanya masih terpaku pada pemandangan di balik pintu. Sesuatu yang seharusnya tak penting, tapi justru menimbulkan sesak yang sulit dijelaskan.

Gideon akhirnya menepuk bahu gadis itu pelan, mengucapkan sesuatu yang tidak tertangkap jelas.

Hanya saat perempuan itu tersenyum dengan air mata di wajahnya, barulah Chesna sadar… gadis itu begitu muda. Mungkin masih awal dua puluhan.

Ia segera menunduk, melangkah mundur beberapa langkah agar tidak terlihat.

Menelan napas yang terasa pahit di tenggorokannya.

“Permisi?”

Chesna menoleh ke belakang sesaat setelah mendengar seseorang menyapanya. Orang itu Leo, sekertaris Gideon. Chesna mencoba tersenyum.

“Dokter Chesna, maaf saya tadi ada urusan sebentar.”

"Oh, tak apa. Oia, pak Gideon sepertinya sedang ada tamu. Tolong atur ulang saja pertemuannya. Saya mau kembali ke klinik.”

Leo tampak kebingungan, tapi mengangguk tanpa banyak tanya.

Sementara itu, Chesna berjalan cepat menuju lift, langkahnya berderap di marmer dingin yang terasa memantulkan detak jantungnya sendiri.

Dan di balik kaca lift yang turun perlahan, wajahnya memantul samar, mata yang berusaha tampak tenang, tapi di baliknya ada perasaan yang bahkan ia sendiri tak berani beri nama. "Seharusnya aku tidak perlu merasa seperti ini." bisiknya sambil menggeleng pelan.

Ruang kerja Gideon Sanggana perlahan kembali sunyi setelah tangis itu mereda.

Aroma teh melati dari cangkir di meja mulai mendingin, sementara gadis muda di hadapannya masih menyeka air mata dengan punggung tangannya yang kecil.

Gideon memandangi gadis itu dengan sorot lembut  mata yang biasanya tenang dan tajam, kini sedikit bergetar oleh emosi.

“Kau sudah sedikit tenang, Haruka?” tanyanya pelan.

Gadis itu mengangguk, lalu tersenyum malu-malu di antara sisa isak. ya, Dia adalah adik perempuan dari pria bernama Renjino, pemilik mata sesungguhnya yang kini penempel pada Gideon untuk melihat dunia kembali. Ia baru saja tiba di Indonesia.

“Gomen, Kak… aku terlalu emosional. Aku cuma… gak bisa menahan diri waktu lihat mata itu.”

Ia menatap wajah Gideon, tepat di matanya yang berwarna coklat tua, teduh, tapi memancarkan aura yang sangat dikenalnya.

Mata itu, mata kakaknya.

“Dulu setiap pagi, Kak Renjiro selalu bilang… matanya adalah jendela yang paling jujur,” ucap Haruka dengan nada lirih.

“Dan aku bisa lihat itu lagi… di wajahmu.”

Gideon menarik napas panjang, mencoba tersenyum meski dadanya terasa sesak.

“Kau tak perlu minta maaf. Aku pun masih sering merasa aneh… membawa bagian dari seseorang yang begitu berarti untuk orang lain.”

Ia menunduk sejenak.

Tangan kanannya terangkat menyentuh dadanya tepat di atas detak jantung.

“Aku tidak mengenal Renjiro sepertimu mengenalnya. Tapi setiap kali menatap cermin… entah kenapa rasanya seperti membawa tanggung jawab yang bukan cuma milikku sendiri.”

Haruka menatapnya dengan mata berkaca.

“Aku tahu, Kak. Tapi aku bersyukur. Kalau bukan karena transplantasi itu… mungkin aku gak akan bisa lihat mata Kakakku hidup lagi, bahkan untuk sesaat seperti ini.”

Hening menyelimuti ruangan sesaat.

Di luar, langit mendung menurunkan gerimis tipis, seolah ikut mengiringi pertemuan dua jiwa yang dihubungkan oleh kehilangan.

Gideon tersenyum samar.

“Renjiro orang yang kuat. Aku merasa… bagian dari kekuatannya ikut tinggal bersamaku.”

“Dan sekarang aku bisa tenang,” balas Haruka pelan. “Karena tahu… mata kakakku melihat dunia lewat seseorang yang baik.” Ia berdiri perlahan, menunduk hormat dengan sikap khas orang Jepang.

“Terima kasih, Kak Gideon… sudah menjaganya.”

Gideon menepuk bahunya ringan.

“Kau juga harus menjaga dirimu. Paris terlalu jauh untuk seorang gadis sepertimu.”

Haruka tersenyum kecil, kali ini lebih tulus.

“Aku akan mencoba. Tapi janji ya, Kak… kalau aku ada libur, boleh kan aku menemuimu lagi?”

“Tentu,” jawabnya dengan hangat. “Kau selalu diterima di sini, Haruka. Oia, tinggallah di kediaman Sanggana selama libur. Mama pasti senang berkenalan denganmu.” Gideon pun menghubungi supir untuk mengurus Haruka sampai di kediaman Sanggana.

Saat pintu ruangan akhirnya tertutup di belakangnya, Gideon menghela napas dalam-dalam.

Masih bisa ia rasakan jejak lembap di bahunya, sisa air mata rindu seorang adik.

Ia menatap keluar jendela, menatap langit yang sama tempat hujan turun perlahan.

“Renjiro…” gumamnya lirih. “Mungkin ini caramu mengingatkanku… bahwa hidup bukan cuma tentang kehilangan.”

Perlahan, pikiran Gideon kembali dipenuhi oleh satu nama yang diam-diam selalu menunggu kesempatan untuk disebut, Chesna.

Gideon menoleh pelan ke arah meja interkom, jari-jarinya mengetuk ringan permukaannya sebelum menekan tombol panggilan.

“Leo,” suaranya terdengar tenang tapi dalam, “tolong pastikan lagi jadwal siang ini. Bukankah ada pertemuan dengan pihak Castella Medical Center?”

Suara sekretarisnya terdengar dari pengeras kecil.

“Tadi memang dijadwalkan, Pak. Tapi… tampaknya pihak Castella membatalkan secara mendadak.”

Alis Gideon berkerut tipis.

“Membatalkan?”

“Iya, Pak. Dokter Chesna sendiri yang mengonfirmasikan langsung. Katanya, ada urusan mendadak yang harus ditangani di klinik. Tapi beliau tidak meminta jadwal pengganti.”

Gideon terdiam.

Ada jeda hening beberapa detik sebelum ia menjawab.

“Baik. Tolong kirimkan ucapan terima kasih saja, atas waktunya.”

“Baik, Pak.”

Sambungan terputus. Tapi pikirannya justru makin tersambung pada sesuatu yang tak terucap.

Menatap kembali posisinya bersama Haruka beberapa saat lalu dan ke arah pintu yang tanpa sadar, sempat menyembunyikan sosok lain yang berdiri terpaku di sana beberapa menit sebelumnya.

Entah kenapa, dadanya tiba-tiba terasa berat.

Ada sesuatu yang aneh… seolah udara di ruangan tadi tidak hanya membawa aroma teh dan wangi parfum Haruka, tapi juga jejak seseorang yang ia rindukan tanpa sadar.

“Chesna…” gumamnya, tanpa tahu dari mana kata itu lolos.

Ia menutup matanya sejenak, berusaha menenangkan degup jantung yang mendadak tak beraturan.

Gideon kembali menekan tombol untuk terhubung dengan sekertarisnya. "Leo, apa dokter Chesna sempat datang ke Sanggana?"

"Benar, Pak. Beliau sempat berdiri di balik pintu. tapi tidak masik karena bapak ada tamu lain dan beliau tidak bersedia menunggu."

Begitu Leo dengan ragu menyebut bahwa Dokter Chesna sempat datang namun urung masuk, wajah Gideon seketika kehilangan warna. Seolah udara di sekitarnya ikut menyesakkan, mengingat kembali pelukan Haruka yang begitu tiba-tiba. Kini, semuanya jadi terasa salah tempat. Ada perasaan aneh yang mengendap di dadanya, bukan sekadar bersalah, tapi juga bingung kenapa ia begitu terusik.

__

Kalo ada waktu, bakal up lagi 1 yaa.. jangan lupa like sama favorit ke rak kalian yaaa...

1
RaveENa
aku kira neneknya chesna sama kek neneknya gideon/Grin/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
RaveENa
ini kenapa sihh para nenek2 kepo bgt,ikut campur bgt.
bukannya nikmatin hr tua,ehh malah ikut campur urusan cucu2 nya/Left Bah!/
thor lidya biang gosip ya,apa2 selalu aja tau/Facepalm/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Dar Pin
haduh bangun tidur dibuat spot jantung 😄💪
Nurminah
sudah bau tanah aja bikin rusuh ceptin mati aja Thor nenek peot nya nyusahin aja
RaveENa: bikin emosi ya kak tu nenek2
total 1 replies
Dar Pin
haduh ada aja yg ngalangin 🤣
Nurminah
lanjutkan makin seruuuu
Eva Karmita
so sweet nya 💓💓💓💓💓💓💓😍
Mela Nurmala
slalu ingin baca... utk alan diperbanyak jg ya thor. penisirin pengen alan cepet2 tau klo di pny anak ternyata😄
Dar Pin
meleyot Thor hatiku tunggu gebrakan Alan nih ayo jangan kalah dengan pasangan satunya 👍😄
Ophy60
Alan....kerahkan orang² mu untuk mencari. Shenia sudah didepan mata.
Dar Pin
ayo Alan berjuang semoga cepetan ketemu titik terang biar bisa kumpul menjadi keluarga 💪😄
Dar Pin
deg deg hatiku Thor lanjut 💪
Umi Kolifah
ayo Thor pertemukan keduanya agar si kembar bisa sama2 membina keluarga yang bahagia
Nurminah
aku kira bakal kehamilan simpatik biar alan tambah gencar nyari sherina tau bakal jadi ayah
tari
ayo thor pertemukan alan dan shenia
tari
bacanya sambil senyum senyum nih thor😀🥰
RaveENa
meleyot aq bacanya...seneng bgt kl disuguhin yg manis2 kek gini.
thor kapan giliran alan??
Dar Pin
ketawa terus bawaannya thor JD semangat nunggu lanjutannya kawal sampai halal chesna Gidion 💪😄
Iin Wahyuni
lanjut thor💪
Dar Pin
mudah mudahan cepet ketemu Alan dan shenia ya JD ikut gregetan nih lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!