NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemuda Misterius

Ruang tamu keluarga Kusuma terasa seperti medan perang malam itu. Udara tegang menggantung di antara marmer putih yang berkilau dan lukisan besar Tuan Kusuma yang tergantung di dinding. Mata Wijaya menatap tajam, begitu tajam sampai Wilona bisa merasakan sorotnya menusuk ke dalam jantungnya sendiri.

“Kamu sadar nggak, Wilona,” suara Wijaya menggema, berat dan penuh tekanan. “Apa yang udah kamu lakuin itu bisa nyeret nama keluarga ini ke lumpur!”

Wilona berdiri tegak di depan kursi panjang. Di sampingnya, Tania duduk dengan wajah pura-pura sedih, tapi matanya bersinar puas. Sementara itu, Sinta berdiri di dekat suaminya, tangannya terlipat di dada, tampak seperti ratu yang menunggu waktu untuk menjatuhkan vonis.

Wilona menarik napas pelan, mencoba menahan amarah yang mendidih di dadanya.

“Saya cuma bela diri, Om. Dia yang duluan ganggu saya.”

“Bela diri?” Tania menyahut cepat, nada suaranya tinggi dan sinis. “Bela diri apaan sampai anak orang harus dirawat di rumah sakit?! Lo pikir itu bela diri? Itu nyerang, Wil!”

Wilona menatap Tania datar. “Gue nggak butuh lo ikut campur. Lo bahkan nggak tahu kejadiannya.”

Sinta langsung memotong, “Wilona! Jaga mulut kamu! Cara kamu ngomong itu... astaga, ini bener-bener memalukan. Kamu pikir orang kota mau denger anak kampung ngomel pake ‘gue-lo’ kayak gini?” Suaranya tinggi dan tajam.

Wilona mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Dia sadar keluarga ini nggak pernah benar-benar menganggapnya bagian dari mereka. Tapi sekarang, dengan segala permainan dan kepalsuan, dia tahu dia harus hati-hati.

Wijaya menghempaskan koran yang tadi dipegangnya ke meja.

“Cukup!” teriaknya.

“Saya udah denger laporan dari rumah sakit. Anak itu... Nara, anak dari kolega penting perusahaan Saya, Pak Rendra. Kalau Rendra mutusin kontrak, perusahaan kita bisa rugi miliaran! kamu ngerti nggak?!”

Wilona menggigit bibir bawahnya, matanya bergetar. Dia tahu dia nggak salah — tapi nggak ada gunanya berdebat dengan orang-orang yang cuma peduli sama uang dan reputasi.

“Om, saya bisa minta maaf ke keluarga Nara, tapi...”

“Minta maaf nggak cukup!” Wijaya memotong dengan nada tinggi. “Kamu udah bikin masalah besar. Dari awal, Om udah bilang kamu harus jaga nama Kusuma. Tapi ternyata, darah kampung emang susah ilang!”

Sinta pura-pura menarik napas panjang, menatap suaminya penuh simpati, lalu berucap lembut namun tajam, “Mas, mungkin ini saatnya kita pikir ulang... apa Wilona emang pantas tinggal di rumah ini.”

Tania menambahkan cepat, “Iya, Pa. Gimana kalo kita kirim dia ke luar negeri aja? Sekolah di sana, biar nggak bikin malu keluarga. Lagian—” dia menatap Wilona dengan senyum menyindir, “—buat apa sih dia di sini, toh nggak ada yang suka juga.”

Wilona menatap Tania lurus. “Gue ngerti, lo takut posisi lo tergeser. Tapi tenang aja, Tan. Gue nggak tertarik rebut apa pun dari lo.”

Tania tersenyum miring. “Bukan takut, Wil. Cuma jijik aja liat lo sok suci padahal... semua orang tau lo tuh cuma anak kampung yang numpang nama.”

Suara Wijaya memotong kembali, kali ini lebih tenang tapi lebih beracun, “Udah cukup ributnya. Saya bakal urus masalah ini langsung ke Felix Dirgantara. Saya nggak mau anak barbar kayak kamu jadi menantu keluarga sebesar mereka.”

Wilona sempat menegakkan kepala. Nama Felix Dirgantara selalu punya daya magis tersendiri di rumah ini. Sejak dia tahu dari wasiat kakeknya bahwa dia dijodohkan dengan cucu sahabat keluarga itu, hidupnya mendadak seperti panggung sandiwara.

Tapi Wilona bukan gadis yang mudah dibodohi.

Beberapa jam kemudian

Suara hujan mengguyur kaca jendela besar di ruang kerja Wijaya. Lelaki itu duduk di kursinya, menatap layar ponselnya dengan wajah tegang. Di layar, tertulis nama Felix Dirgantara.

Ia menekan tombol panggil, dan beberapa detik kemudian suara berat nan karismatik terdengar dari seberang.

“Halo, Wijaya. Ada apa kau menelpon malam-malam begini?”

Wijaya berdehem pelan. “Tuan Felix, maaf ganggu malam-malam. Saya cuma mau bahas soal Wilona.”

“Wilona?” Suara di seberang terdengar tenang. “Ada apa dengan anak itu?”

“Saya cuma mau jelasin, Tuan Felix. Anak itu… dia bukan tipe gadis yang seperti Tuan kira. Dia kasar, nggak terdidik, dan baru aja bikin masalah besar. Dia nyerang anak dari kolega penting perusahaan saya. saya cuma nggak mau tuan kecewa kalo tau nanti. kenapa perjodohan ini tidak dilanjutkan saja dengan putri saya yaitu Tania yang juga keturunan Kusuma.”

Ada jeda beberapa detik di seberang sana. Lalu, suara Felix terdengar lagi, kali ini dingin dan penuh wibawa.

“saya sudah dengar semuanya, Wijaya.”

Wijaya menelan ludah. “Dengar? Maksud anda… dari siapa?”

“Dari cucuku sendiri. Galen.”

Wijaya terdiam. Jantungnya berdetak cepat.

“Kau tahu, Wijaya,” lanjut Felix, “saya

nggak pernah menilai seseorang dari gosip atau status sosialnya. Kalau kau pikir saya akan ubah keputusan cuma karena omonganmu, kau salah besar.”

“tuan Felix, tapi—”

“Cukup. Aku hanya mau Wilona sebagai cucu menantuku. Itu final.”

Klik.

Telepon ditutup.

Wijaya menatap ponselnya lama, wajahnya memerah menahan amarah. Ia melempar ponselnya ke meja hingga jatuh berdebam. Sinta yang sedari tadi berdiri di ambang pintu melangkah masuk dengan ekspresi tegang.

“Mas, gimana?” tanyanya pelan.

Wijaya menggeleng dengan rahang mengeras. “Felix keras kepala. Dia tetap mau Wilona.”

Sinta mendengus kesal. “Berarti kita harus bikin Wilona nyerah sendiri. Bikin dia nggak layak di mata tuan Felix.”

Wijaya menatap istrinya dengan pandangan setuju. “Ya. Biar dia jatuh dengan tangannya sendiri.”

Tania yang baru saja muncul di balik pintu langsung menyeringai. “Dan aku punya ide, Pa.”

......................

Keesokan harinya di sekolah

SMU Alexandria kembali ramai seperti biasa, tapi suasananya mendadak berubah saat Wilona melangkah masuk. Tatapan-tatapan sarkastik, bisik-bisik di lorong, dan pandangan meremehkan menyambutnya.

“Eh, itu kan cewek yang nyerang Nara kemarin,” bisik seorang siswi.

“Gila, cantik-cantik tapi barbar, ya?”

Wilona berjalan tanpa menoleh, wajahnya tetap tenang. Tapi jauh di dalam, hatinya perih. Dia tahu seseorang sengaja menyebarkan gosip itu. Dan dia tidak butuh waktu lama untuk menebak siapa pelakunya — Tania.

Saat istirahat, Wilona duduk di taman belakang sekolah, tempat yang sepi dan jauh dari hiruk pikuk. Ia membuka laptop kecilnya, menatap layar dengan fokus. Tangannya menari di atas keyboard. Hanya beberapa detik, dan data pribadi Tania — dari foto, pesan pribadi, sampai bukti transfer ke seorang siswa bayaran yang menyebarkan gosip — terpampang jelas di layar.

Wilona tersenyum tipis.

“Lo main api, Tan. Sekarang gue yang pegang koreknya.”

Namun sebelum ia bisa berbuat apa pun, seseorang berdiri di belakangnya. Suara bariton itu dalam dan tenang.

“Kamu mainan nya berbahaya, ya?”

Wilona menoleh cepat. Di hadapannya berdiri seorang siswa dengan wajah dingin, tatapan tajam, dan seragam sekolah yang terlihat rapi tanpa usaha.

“Lo... siapa yang nyuruh lo ngawasin gue?” tanya Wilona datar.

Reno menyilangkan tangan di dada. “Nggak ada yang nyuruh. Gue cuma penasaran aja. Anak yang bisa bikin Nara jatuh cidera lalu masuk rumah sakit itu siapa.”

Wilona mendengus kecil. “Kalau lo cuma mau ngejek, mending pergi. Gue nggak punya waktu.”

Reno mengangkat alis. “Gue nggak ngejek. Gue cuma... kagum. Cewek kayak lo jarang banget. Biasanya mereka nangis, minta maaf. Tapi lo? Tenang banget. Bahkan sempet hacking segala.”

Wilona terdiam. “Lo ngikutin gue dari kapan?”

“Cukup lama buat tahu lo bukan cewek biasa.” reno menatapnya dalam. “Dan kalo lo pikir keluarga lo bakal lindungin lo, lo salah besar.”

Wilona mengepalkan tangan. “Gue nggak butuh mereka.”

Reno tersenyum miring. “Bagus. Karena mulai sekarang, lo bakal butuh gue.”

Hujan mulai turun rintik-rintik, angin berembus dingin menerpa wajah Wilona. Reno berjalan pergi pelan, meninggalkannya dengan segudang pertanyaan di kepala Wilona. Siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa dia tahu begitu banyak?

Tapi satu hal yang jelas — Wilona baru saja masuk ke permainan yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan.

Dan di rumah, keluarga Kusuma yang licik sudah menyiapkan babak selanjutnya.

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!