NovelToon NovelToon
Om Duda Genit

Om Duda Genit

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Lune

Punya tetangga duda mapan itu biasa.
Tapi kalau tetangganya hobi gombal norak ala bapak-bapak, bikin satu kontrakan heboh, dan malah jadi bahan gosip se-RT… itu baru masalah.

Naya cuma ingin hidup tenang, tapi Arga si om genit jelas nggak kasih dia kesempatan.
Pertanyaannya: sampai kapan Naya bisa bertahan menghadapi gangguan tetangga absurd itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Lune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Roasting Sang Bapak

Setelah selesai makan, Naya langsung mencuci piringnya di dapur. Suara air yang mengalir, ditambah dentingan sendok yang bersentuhan dengan piring, membuat kontrakan mungil itu terasa ramai meski hanya ada dirinya seorang. Ia menggosok piring dengan gerakan cekatan, sesekali mencium aroma sisa makanan yang masih menempel. Usai mencuci, Naya mengelap tangannya dengan handuk kecil sambil mengusap rambut yang sedikit lembap karena uap panas dari wastafel.

Alih-alih langsung rebahan, Naya duduk di tepi ranjang, bersandar santai, dan menepuk-nepuk perutnya yang kenyang. “Huft… enak banget. Tapi abis makan langsung rebahan nggak baik. Duduk dulu deh, jangan malas.” gumamnya sambil tersenyum tipis, matanya menatap sinar matahari pagi yang menyelinap melalui tirai tipis kamar.

Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja kecil, layar masih menyala. Jari-jarinya yang masih sedikit basah menekan layar untuk membuka kontak. “Ah, telpon Mita aja kali ya… udah lama nggak curhat sama dia,” batinnya sambil tersenyum sendiri.

Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara ceria sahabatnya menjawab, memecah keheningan kamar.

“Halo, Naya!” suara Mita terdengar riang, seperti sinar matahari yang masuk melalui jendela.

“Halo, Mit,” jawab Naya, menahan senyum yang mulai merekah di bibirnya.

“Tumben banget lo nelpon jam segini. Biasanya udah sibuk sama kerjaan lo di cafe. Lo lagi nggak kerja hari ini?” tanya Mita, nada suaranya terdengar penuh penasaran.

Naya menghela napas panjang, lalu menjatuhkan diri ke atas kasur, menatap langit-langit kamar yang putih polos. “Enggak. Hari ini cafe libur, lagi ada perbaikan. Jadi gue bisa santai di rumah… rebahan sepuasnya, hihihi,” jawabnya sambil tersenyum kecil, membiarkan kepenatan beberapa hari terakhir sedikit terlepas.

Ia mencondongkan badan, menyandarkan kepala di bantal, dan memandang ponselnya sambil menggenggamnya erat. “Rasanya… tenang banget bisa cuma di rumah sebentar, nggak dikejar kerjaan, nggak ada orang… cuma gue sama pikiran sendiri,” gumamnya lirih, menutup mata sejenak sambil membiarkan uap hangat dari tubuhnya menyebar ke seluruh kamar.

“Ohh… pantesan. Jadi liburan gratis, ya?” canda Mita dengan nada riang, seakan bisa melihat Naya dari seberang telepon.

“Liburan apaan, Mit. Capek juga tadi beres-beres kontrakan baru. Berantakan parah,” sahut Naya sambil memainkan ujung rambutnya, menahan senyum tipis yang muncul karena gaya bicara sahabatnya selalu bikin mood naik turun.

Mita langsung penasaran. “Gimana tuh kontrakan baru lo? Enak nggak? Nyaman nggak tinggal di situ?”

Naya mendengus kecil, menatap sekeliling kamar yang baru ia rapikan. “Nyaman sih… murah juga. Tapi…” ia menggantung kalimatnya, bibirnya tergigit pelan, matanya menatap jauh ke luar jendela yang cahaya pagi masih menembus tirai tipis.

“Tapi apa?!” Mita terdengar makin penasaran, nadanya naik turun seperti detektif yang lagi ngejar petunjuk penting.

Naya menghela napas panjang, menatap jendela sambil menyesap udara pagi yang masuk samar lewat celah tirai. “Tapi ada satu hal yang bikin… nggak nyaman banget.” Suaranya pelan, hampir seperti bisik, tapi jelas mengandung rasa jengkel.

“Apaan tuh yang bikin nggak nyaman? Cerita, dong!” tanya Mita dengan nada santai tapi penasaran, seakan bisa merasakan ketegangan di seberang telepon.

Naya mendesah panjang, tangannya tanpa sadar menggulung ujung selimut yang ada di pangkuannya. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar, seolah berharap jawaban ajaib bisa muncul dari sana. “Tetangga gue,” jawabnya akhirnya, suara serak tapi jelas, menandakan setengah kesal setengah malas mengomel panjang lebar.

“Lah, emang kenapa sama tetangga lo? Dia suka nyinyir, atau jangan-jangan doyan gosipin lo, ya?” tanya Mita, nadanya berubah jadi penuh intrik, seakan lagi investigasi kasus kriminal tingkat tinggi.

Naya menggeleng, menekankan satu sisi wajahnya ke bantal. “Bukan itu, Mit… ini… lebih parah.” Matanya menatap ke arah jendela, bibirnya mengecil, seolah takut tapi juga penasaran sendiri dengan situasi yang ia hadapi.

“HAH?!” Mita langsung berteriak di telepon, sampai Nayla kaget dan hampir menjatuhkan HP dari tangannya. “Parah gimana? Astaga, jangan bilang lo dibully? Atau… diusir-usir gitu?!”

“Is, bukan gitu, Mit!” Naya mengeluh, menutup wajahnya dengan bantal sambil menarik napas panjang. Suaranya terdengar teredam, tapi jelas penuh frustrasi. “Lo tuh kalau panik suka lebay banget sih!”

“Lah, terus apa dong? Jangan bikin gue deg-degan sampai gue pingsan duluan!” desak Mita dengan nada hampir panik.

Nayla akhirnya menurunkan bantal dari wajahnya, mendesah keras sambil menatap langit-langit kamar. “Tetangga gue itu… genit parah, Mit.”

Sejenak hening di seberang telepon, sebelum Mita langsung meledak, “APAAA?! GENIT?!”

Nayla buru-buru menempelkan HP agak jauh dari telinga karena suara sahabatnya terlalu kencang. “Iya, Mit! Genitnya tuh… keterlaluan banget. Baru pindah sehari aja gue udah kena gombalannya.”

“Oh my God!” Mita ngakak lepas, tawanya pecah kayak petasan. “Gue kira masalahnya serius, Nay. Ternyata tetangga lo… genit! Astaga, jadi hidup lo kayak sinetron, dong!”

Nayla mendengus, wajahnya memerah campur kesal. Ia melemparkan bantal ke pojokan kamar, lalu duduk sambil menyilangkan kaki. “Sinetron apaan, Mit! Bikin bulu kuduk gue berdiri. Mana dia modelannya udah bapak-bapak, cool sih, ganteng juga… tapi gombalnya bikin gue pengin lari aja.”

“HAHAHA!” Mita ngakak lagi sampai hampir ngos-ngosan. “Lo tau nggak, suara lo tuh kayak orang lagi trauma parah. Tapi… sorry ya, Nay. Gue malah pengen ketemu tuh tetangga. Penasaran banget, kayak apa sih bapak bapak genit rasa boyband itu sampai bikin lo ketakutan?”

“Mitaaa! Jangan bikin gue muak lagi, deh. Serius, tiap dia buka mulut tuh kayak… aduh, sumpah, norak banget!” Nayla mengeluh sambil menepuk-nepuk dahi. Ia menirukan nada manja tapi menjijikkan tetangganya, “Pas gue lagi lewat, dia nyengir sambil bilang, ‘Eh, yang suka nabrak lagi lewat… kalau nanti ketabrak lagi, nggak apa-apa kok. Saya peluk aja biar nggak jatuh.’" Nayla mengerut jijik, seakan bau gombal itu nyata.

Mita di seberang telepon langsung terbatuk-batuk sambil ngakak sampai hampir terjatuh dari kursinya. “HAHAHA! Oh Tuhan, itu gombal udah level dewa! Elegan buang sampah, Nay! Aduh perut gue sakit, sumpah!”

Nayla menutup mata, menenggelamkan wajahnya ke bantal lagi, terdengar desahan frustrasi. “Lo ketawa mulu, gue yang stres. Bayangin aja, baru sehari tinggal sebelahan udah begini. Gue takut besok-besok dia makin ekstrim, Mit. Bisa-bisa gue nggak tahan lagi.”

“Eh tapi… kalau dia cool, ganteng, mapan, genitnya mungkin masih bisa ditolerir kali, Nay,” goda Mita, nadanya mulai jahil, penuh nada menggoda yang bikin telinga Nayla panas.

“Apaan sih! Gue ilfil setengah mati!” Nayla cepat-cepat menyangkal, tapi pipinya langsung memerah, tanda malu yang tak dia akui sendiri. Tangannya refleks menutup wajah sebentar, sambil menahan rasa panas itu.

“Ilfil tapi inget sampe detail cara dia gombal? Hmm… jangan-jangan ada secuil rasa… salting ya?” sindir Mita dengan nada penuh godaan, seperti detektif kecil yang sudah menemukan bukti.

“Salting apanya! Gue cuma jijik, titik!” Nayla menegaskan, tapi suaranya terdengar samar, dan jemarinya masih menutupi pipi yang memerah.

Mita ngakak lagi, suaranya pecah di seberang telepon. “Nay, Nay… percaya deh. Cerita lo ini bakal jadi drama favorit gue mulai hari ini. Tetangga genit vs Nayla si jutek. Gue tunggu kelanjutannya, jangan sampe berhenti!”

Nayla hanya bisa meringkuk di kasur, menekuk lutut sambil memeluk bantal. Bibirnya bergerak lirih, bergumam sendiri, “Ya ampun… kenapa hidup gue berubah jadi kayak FTV murah tiap ada dia.” Suaranya campur antara kesal, gemas, dan sedikit geli sendiri.

“Dia gombalin gue gitu… emang dia kagak takut ya kalau istrinya ngeliat?” ucap Nayla lagi, nadanya setengah sebal, setengah heran, sambil menepuk-nepuk bantal seakan ingin menyingkirkan bayangan Arga dari kepalanya.

“Lah, udah punya istri?!” Mita langsung nyeletuk kaget di telepon, nadanya tinggi dan dramatis, seolah matanya melebar meski Nayla nggak bisa lihat.

“Ya pasti punya lah. Orang dia udah punya anak,” jawab Nayla sambil meremas-remas bantal dengan kuat. Pipinya masih terasa panas tiap ingat senyum manis tapi genit Arga tadi siang.

“Mungkin itu anak tetangga yang lagi main kali. Jangan-jangan lo salah lihat,” balas Mita, mencoba terdengar logis tapi suaranya jelas masih dipenuhi rasa penasaran.

Nayla menggeleng keras meski Mita tak bisa melihat. “Nggak mungkin, Mit. Gue denger sendiri anak itu manggil dia ‘Papa’. Mana suaranya jelas banget… serius, gue nggak salah denger.”

Ia menarik napas panjang, menatap langit-langit kamarnya sambil menahan campuran rasa kesal, geli, dan geli-malunya sendiri. “Aduh, kenapa gue harus punya tetangga segombal ini, sih?” gumamnya lirih.

Mita terdiam sebentar, lalu terdengar suara mendengus geli di teleponnya. “Ya ampun… jadi gombalannya bukan cuma bikin lo merinding, tapi juga bisa kedengeran sama anaknya? Gila, Nay! Bapak satu itu beneran nekat banget sih.”

Nayla menatap langit-langit kamarnya sambil mendesah panjang, jemarinya menepuk-nepuk bantal di pangkuannya. “Parah banget kan? Tapi… jujur aja, anaknya cakep banget tau, Mit. Lucu lagi, terus pinter juga.”

“Loh, kok ujung-ujungnya malah muji anaknya?” Mita langsung ngakak sampai suaranya terdengar pecah-pecah. “Lo ini gimana sih, Nay. Bapaknya lo loathsome, anaknya lo puji. Gue nggak ngerti deh!”

Nayla menekuk lututnya, tersenyum tipis sambil terkekeh kecil. “Ya gimana, emang bener. Apalagi waktu dia ngerosting bapaknya… gue sampe nggak kuat nahan ketawa, Mit. Lucu banget sih, cerdiknya anak itu, saking kreatifnya bikin papa sendiri malu.”

Mita makin ngakak, sampai suaranya terdengar seperti orang hampir kehabisan napas. “HAHAHA! Serius? Anak sekecil itu bisa roasting bapaknya sampai panik? Aduh, Nay… hidup lo ini kayak drama komedi parah, serius deh!”

“Iya! Waktu bapaknya mulai ngegombal lagi, anaknya langsung nyeletuk, ‘Pa, udah deh, malu-maluin. Papa tuh bukan udah tua, tahu!’” Nayla menirukan suara bocah itu dengan nada polos tapi pedas, tangannya ikut menirukan gerakan si anak, menepuk-nepuk dada seolah menunjukkan betapa lucunya situasi itu.

Mita ngakak sampai hampir terjatuh ke kasurnya, suaranya pecah-pecah karena menahan tawa. “Astaga! Nay, lo tuh sebenernya nggak betah sama bapaknya atau ketagihan liat duel bapak-anaknya sih? Gue serius nanya nih!”

Nayla buru-buru merajuk, pipinya memerah. “Bukan ketagihan! Gue cuma… ya, kalo anaknya ada tuh, suasananya jadi nggak terlalu creepy. Tapi kalo bapaknya sendirian? Aduh, sumpah… mending gue pura-pura sibuk tiap ketemu. Gue bisa kalang kabut sendiri kalo dia mulai gombal lagi!”

Mita masih ketawa terpingkal, suaranya terdengar jelas di telepon. “Fix, hidup lo udah jadi drama komedi keluarga, Nay! Judulnya: Papa Genit dan Anak Tukang Roasting. Gue nggak bohong, ini bakal jadi cerita favorit gue tiap hari.”

Nayla menepuk dahinya sendiri, menahan campuran geli dan sebal. “Yaelah, jangan dibikin judul sinetron segala, Mit. Gue nggak mau hidup gue kayak tayangan FTV murahan.” Tapi tanpa sadar, ujung bibirnya tersenyum kecil. Matanya menatap langit-langit kamar, mengingat senyum dan tingkah konyol tetangganya tadi siang. Meski tak mau ngaku, sedikit terhibur ia rasakan, walau hatinya tetap setengah kesal dengan “om genit” itu.

1
Lembayung Senja
ceritanya mulai seru... semangat buat novelnya.....😍
Jen Nina
Jangan berhenti menulis!
Yusuf Muman
Ini salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap! 👌
Yuri/Yuriko
Bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!