Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Di kerajaan. Raja Darmawangsa baru saja mendapatkan kabar, kalau ternyata masih ada keturunan laki-laki perdana menteri Kusumanegara yang selamat.

Pranggg

Sebuah gelas perak di lemparkan oleh raja Darmawangsa ke arah Sariman. Kepala pengawas dan penyitaan kerajaan.

Pria itu pun mengangkat bahunya karena terkejut. Tapi tidak juga pergi dari tempat itu. Karena kalau menghindari amukan raja, itu sama dengan mencari kematian.

"Bodohh! kenapa kalian tidak menghabisinya saat melihatnya!"

"Ampun Gusti prabu, para menantu nyonya Wulandari memohon untuk anak itu. Dia adalah putra ketiga mendiang perdana menteri Kusumanegara yang terkenal sejak lahir bodohh. Sepertinya dia bukan ancaman!"

Pranggg

Tak puas mendengarkan jawaban dari Sariman. Raja Dharmawangsa kembali melemparkan guci perak yang ada di sebelahnya. Dan guci itu terpental jauh sekali sampai hampir mengenai para penjaga yang berjaga di ruangan pribadi Raja Dharmawangsa itu.

"Bodohh! pantes kenapa kalau dia terlahir bodohh. Jika dia menikah, lalu punya keturunan. Bukankah sama saja itu adalah keturunan Kusumanegara sok suci itu!"

Sariman mulai berkeringat dingin. Benar juga, kalaupun putra ketiga dari perdana menteri Kusumanegara itu terlahir bodoh. Akan tetapi, jika dia menikah dan memiliki anak yang tidak bodoh maka itu juga merupakan ancaman bagi Raja Dharmawangsa.

Sariman yang masih sayang kepada nyawanya mencoba untuk berpikir. Dia harus bisa menjelaskan dengan baik kenapa saat itu dia juga lupa untuk menghabisi pria bodoh itu, karena terlalu bingung dengan semua harta yang hilang dari kediaman perdana menteri dan juga wakil perdana menteri saat itu.

"Gusti prabu, hal yang Gusti prabu cemaskan itu rasanya tidak mungkin terjadi. Dulu saja ketika dia adalah seorang anak dari perdana menteri. Yang memiliki kekuasaan dan banyak harta tidak ada seorangpun keluarga dari kerajaan ini yang mau menikahkan Putri mereka dengan anak bodohh itu. Apalagi, sekarang dirinya hanya seorang tahanan pengasingan yang tidak memiliki harta benda. Untuk makan saja, mereka hanya bisa mengandalkan prajurit yang mengawal mereka untuk memberi makan mereka sekali dalam sehari. Tidak mungkin akan ada wanita yang menikah dengannya"

Sariman mencoba untuk mengatakan semua itu dengan ekspresi wajah seserius mungkin agar terdengar masuk akal.

Tapi bukannya emosinya padam, raja Darmawangsa terlihat semakin marah.

"Kamu hanya beralasan supaya aku mengampunimu. Bedebahh, Aku tidak mau tahu, kamu harus menyingkirkan satu-satunya anak laki-laki Kusumanegara yang masih hidup itu. Jika tidak! aku yang akan menghabisimu!" kata raja Darmawangsa.

Sariman langsung bersujud, dia yang tadinya posisinya berlutut langsung bersujud. Dia sangat ketakutan karena dia tahu kalau rajanya itu sangat kejam.

"Baik Gusti prabu, hamba akan menyingkirkan pemuda itu" katanya dengan takut.

Raja itu kembali mengepalkan tangannya.

'Semua keturunan Kusumanegara harus binasa'

Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu. Ketika Raja Darmawangsa bahkan belum menduduki tahtanya. Dia pernah bermimpi, tentang kehancuran kerajaannya dan kepemimpinannya oleh keturunan Kusumanegara. Karena itu, dia membantaii semua laki-laki dan anak laki-laki yang berasal dari keturunan kediaman Kusumanegara.

Ketakutannya sebenarnya adalah tentang kemunculan seorang pemuda yang berasal dari kediaman Kusuma negara yang akan menghabisinya. Apalagi, raja Darmawangsa memang orang yang sangat kejam. Banyak yang membencinya. Tapi, Dia pikir selama dia menjadi seorang raja dan memiliki kekuasaan atas kerajaan Suranegara ini. Dia akan tetap teguh penguasa. Ancamannya, memang hanya pada orang yang berhasil membinasakannya.

**

Sementara itu rombongan Wiratama dan yang lainnya sudah masuk ke pelosok hutan.

"Kepala prajurit Arga, kenapa kita tidak memilih jalan memutar saja? hutan ini terkenal banyak sekali begall, bandit dan perampok. Bagaimanapun kita juga harus selamat meskipun kita tidak peduli dengan keselamatan para tahanan pengasingan itu?" tanya Simin pada kepala prajurit Arga.

Kepala prajurit Arga, melihat ke arah Cikar yang ada di belakangnya. Ransum yang dia bawa untuk perjalanan mengawal para tahanan pengasingan itu sebenarnya cukup untuk mereka, selama 10 hari. Tapi, semua itu tidak akan cukup juga untuk para tahanan pengasingan.

"Ransum tidak banyak, di hutan biasanya ada sungai dan juga binatang buruan. Bahkan terkadang tumbuh umbi liar dan banyak pohon buah. Kita bisa menyimpan lebih banyak persediaan bahan makanan. Perjalanan masih sangat panjang. Kalau kita habiskan makanan di tengah gurun tandus. Itu akan lebih berbahaya. Lagipula, kita tidak punya harta benda yang berharga. Apa yang bisa di ambil para perompak itu. Kita adalah prajurit, apa yang kita takutkan?" tanya kepala prajurit Arga.

Mungkin, alasan itu juga yang membuat kepala prajurit Arga menjadi kepala pengawal. Karena dia memang seorang pria yang pemberani dan tidak takut akan apapun. Jika dia tidak bisa menghadapinya, dia bahkan tidak akan lari dari tanggung jawabnya.

Warren memperhatikan kepala prajurit Arga dan prajurit yang lain.

'Orang ini cukup punya prinsip. Dia juga baik. Sebenarnya, bisa saja dia membiarkan kami kelaparan. Tapi, itu sama sekali tidak dia lakukan. Orang ini cukup punya hati' batin Warren.

Di jaman ini, diantara semua orang yang hanya memikirkan kepentingan perut dan keberlangsungan nyawa mereka masing-masing. Ternyata masih ada orang seperti kepala prajurit Arga yang memikirkan tanggung jawab tugasnya. Dan perut orang lain. Meski sebenarnya, saat digunakan nanti dia juga harus bersusah payah untuk memburu hewan. Karena tidak mungkin para tahanan wanita yang melakukannya.

Mereka sudah masuk ke dalam hutan. Ratna menggandeng putrinya dengan sangat erat. Suaminya adalah seorang jenderal, dia tahu betul kalau tempat seperti ini sangat berbahaya. Selama suaminya hidup dulu, suaminya selalu melarang wanita dari anggota keluarga bahkan pelayan melakukan perjalanan yang melalui daerah hutan. Bukan hanya bahaya binatang buas. Tapi juga orang-orang buas.

Setelah beberapa lama masuk ke dalam hutan. Kepala prajurit Arga mendengar suara aliran air.

Wajahnya tampak bersemangat.

"Berhenti, ada sungai. Kalian berdua, ambil air di sungai!" kata kepala prajurit Arga menunjuk ke arah dua bawahannya.

Mereka juga segera mengangguk. Sementara dia dan Simin menjaga para tahanan.

Namun saat sekua sedang duduk beristirahat, ada suara dari semak.

"Tuan prajurit, ada suara dari sana!" Kartika Sari segera berdiri. Dia masih muda dan pendengarannya sangat baik. Dia juga sedikit bisa bela diri dan memanah.

Kepala prajurit Arga segera bersiap. Dia segera memegang tombaknya kuat. Sementara Simin juga segera bersiap melepaskan pedangnya dari sarung pedang di tangannya itu.

"Wira, jangan jauh-jauh" kata nyonya Wulandari menarik Wira ke dekatnya dan berlindung di belakang kepala prajurit Arga.

"Ha ha ha!"

Semua terlihat panik mendengar suara tawa seseorang yang begitu besar dan keras.

Srekk

Srekk

Tak lama keluarlah 7 orang dari semak.

"Celaka, Kepala prajurit Arga. Mereka perampok!" ucap Simin panik.

***

Bersambung...