NovelToon NovelToon
Bias Masa Lalu

Bias Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naira_W

Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.

Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.

Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.

Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.

Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.

Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Kembali

Dua belas tahun kemudian

Mobil merah yang masih terlihat mengkilat itu membelah jalan melewati batas lintas provinsi yang baru saja terlewati.

Di dalamnya seorang wanita cantik dan elegan terlihat asik menyetir sambil menikmati alunan musik yang mengalun memenuhi ruangan dalam mobil itu.

Bibir sensual yang terbalut lipstik merah itu terlihat mengikuti lirik lagu itu.

Wajah cantiknya membingkai sempurna ditunjang dengan bentuk tubuh yang indah dan berlekuk sempurna.

Gita Arumi Larasati, nama yang diberikan oleh orang tuanya. Nama. Itu terdengar indah, karena ayah dan ibunya masih 'normal' saat dia dilahirkan.

Mata Gita melirik plang petunjuk yang mendakan jika dia sudah masuk ke dalam kota itu.

Kota dimana dia dilahirkan dan dipaksa pergi dalam keadaan menyedihkan. Gita menggenggam erat setir mobilnya.

Jalan ini banyak berubah atau mungkin dia yng sudah lupa dengan tempat ini.

Gita mungkin akan tersesat jika dia tak menggunakan aplikasi GPS sebagai pemandunya.

Ada rasa perih dihatinya saat melihat kota yang mulai terlihat di depan matanya.

Malam itu setelah dia diusir, Gita meminta bantuan tante Lia.

Lagi-lagi dia merepotkan ibu dari sahabatnya itu. Gita meminjam uang pada Tante Lia dan meminta bantuannya untuk membelikan tiket bus ke luar kota untuknya dan Gian.

Awalnya wanita itu mau mengantarnya, tapi Gita tak mau melibatkan Tante Lia lebih jauh. Apalagi Tante Lia sudah berbaik hati mengirimkan Gilang ke kampung halaman ibunya, nenek Sarah.

Tapi, sayangnya Gilang menghilang begitu saja setelah mendengar kabar Gita yang diusir oleh Arga.

Hingga saat ini, baik Gita maupun keluarga Sarah tak pernah mendengar kabar tentang Gilang.

Gita kehilangan dua adik kesayangannya akibat sikap arogan dan keegoisan dua kakak beradik itu.

Gian adiknya meninggal setelah di tiba di kota tempatnya tinggal selama dua belas tahun ini.

Adik kecilnya itu tak mampu lagi menemaninya berjuang menjalani hidup di dunia yang kejam ini.

Entah itu hal baik atau buruk, tapi menurut Gita setidaknya Gian tak lagi merasakan penderitaan dan kesakitan.

Gita menoleh ke arah deretan toko yang kini terlihat lebih padat. Dulu di sini masih ada beberapa petak rumah warga dan juga tanah kosong.

Tapi lihatlah sekarang, bangunan tinggi terlihat mendominasi jalanan itu. Hotel dan pusat perbelanjaan besar terlihat menyemarakkan sudut kota ini.

Drrt....Drrttt...

Gita menoleh ke arah ponselnya, dia melihat id panggilan yang tercetak dengan kapital.

"Yes, madam???"

"Hei kebiasaan, salam dulu, Gita!" suara wanita di seberang sana terdengar tak suka dengan sapaan dari Gita dan malah membuatnya terkekeh membayangkan wajah kesal sahabatnya.

"Iya.. Iya... Assalamualaikum bundanya Zidan...." kata Gita

"Waalaikumsalam, eh... udah sampai mana kamu, Ta?" tanya Sarah

"Bentar lagi, menurut GPS sih sepuluh menitan lagi." jawab Gita

"Kamu pakai jalan sebelah mana sih, kok lama banget nyampai nya. Biasanya aku nggak pernah selama itu."

"Namanya aja nggak pernah. Dua belas tahun banyak yang berubah, Sar. Aku sambil nostalgia." jawaban jujur dari Gita itu membungkam mulut cerewet Sarah.

Dia tau penderitaan apa yang dialami oleh Gita. Dan dia menyaksikan sendiri bagaimana Gita bangkit dan berjuang hingga bisa menjadi wanita yang sukses.

"Ya udah, kalau udh sampe kabarin. Biar nanti aku jemput di basement. Hati-hati nyetir nya."

"Okey..." kata Gita lalu mematikan panggilan telepon itu.

Gita kembali fokus menyetir hingga sampai ke tujuan. Mobilnya memasuki halaman rumah sakit yang katanya sudah menjadi salah satu rumah sakit terbesar dan termewah di kota ini.

Senyum sinis tercetak di bibir Gita. Dia masih mengingat rumah sakit ini. Rumah sakit yang menolak untuk merawat Gian yang demam tinggi sebelum dia mengalami lumpuh layu.

Alasan kelengkapan administrasi membuat Gian harus dibawa pulang kembali dan diberi obat seadanya. Rumah sakit ini adalah rumah sakit swasta yang biayanya cukup mahal.

Gita tak bisa sepenuhnya menyalahkan pihak rumah sakit. Dia masih berusia sebelas tahun saat itu. Tak ada satupun orang dewasa yang menemaninya. Saat itu dia belum mengenal Sarah dan Tante Lia.

Dengan segala keyakinan dan kekuatannya dia membawa Gian ke rumah sakit ini karena berada paling dekat dengan rumahnya.

Gita menghela nafasnya dengan kasar. Tak ada waktu untuknya bersedih. Gian sudah tenang di atas sana.

Jemari lentiknya pun mengambil tas dan ponselnya. Sebelum turun dia kembali mengecek kembali dandanannya.

Tak berlebihan namun tetap cantik bersinar, itulah dirinya yang sekarang.

Dengan percaya diri, Gita keluar dari mobilnya dan berjalan menyusuri parkiran.

Sepatu heelsnya mengetuk jalan dan menimbulkan bunyi yang berirama. Membuat beberapa pasang mata menoleh dan melihat ke arahnya.

Beragam pandangan itu sudah biasa Gita terima. Tatapan kagum, takjub, memuja, benci bahkan meremehkan dan menghina sudah biasa dia terima.

Sekarang dia sudah berbeda, usianya sudah dua puluh tujuh tahun. Perjalanan hidupnya yang terjal menjadi pengalaman berharga untuknya.

Aku udah di basement (send)

Sambil jalan Gita mengirim pesan pada Sarah. Sekaligus mengecek pesan dari para koleganya. Dia tak lagi memperhatikan jalannya dan menabrak seseorang.

"Sial...Nggak punya mata ya???"

Suara wanita didepannya terlihat marah dan mencak-mencak karena bahunya ditabrak oleh Gita

"Oh... I' m sorry. Mmm...maaf kan saya nona. Tadi saya salah karena lalai memperhatikan jalan." kata Gita meminta maaf dengan tulus. Dia melihat ke arah ponselnya yang tergeletak cantik di lantai basement karena terlepas dari tangannya tadi.

'Ah.. Lebih sial aku... E pone ku retak.' batin Gita kesal. Tapi wanita itu tetap tersenyum sambil meminta maaf.

"Enak aja minta maaf... Kamu gak kenal siapa saya?" tanya wanita itu dengan sombong.

Gita menatap heran sejenak, mengingat apakah wanita itu merupakan artis atau selebgram terkenal.

Tapi rasanya tak ada artis atau selebgram dengan wajah seperti wanita di depannya.

Gita pun menggelengkan kepalanya dengan polos.

"Dasar katrok, hape aja e pone tapi nggak up to date berita." katanya menghina Gita sambil melirik ponsel Gita yang harganya cukup fantastis.

"Kamu itu ha..."

"Ada apa ini?" suara berat lelaki dibelakang Gita membuat wanita di depannya terdiam dan mengatur ekspresi wajahnya dalam sekejap.

"Honey... Ini loh... Perempuan gila ini nabrak aku. Jadi sakit bahu aku..." katanya dengan suara manja dan berasa paling tersakiti.

"Ck... Drama apalah ini." gerutu Gita sambil mengambil ponselnya yang terjatuh tadi.

"Sudah saya bilang jangan buat kekacauan di tempat umum. Jika sikapmu masih seperti ini, saya akan membatalkan rencana pertunangan kita, Freya."

Lelaki di belakangnya sepertinya cukup bijak menghadapi sikap kekanakan calon tunangannya. Dan sepertinya hubungan mereka 'sangat baik dan romantis'.

Tapi sayangnya Gita tak tertarik mendengar kisah mereka lebih lanjut. Dia sudah meminta maaf dan tak ada kerugian yang dialami oleh wanita bernama Freya itu. Berbeda dengannya, layar ponselnya retak.

"Maaf, nona. Biarkan saya mengganti perbaikan layar ponsel anda." kata lelaki itu masih terdengar begitu santun.

Gita melirik ke arah lift, belum ada tanda-tanda Sarah muncul di sana.

Mau tak mau demi kesopanan, Gita pun berbalik dengan senyum profesionalnya yang sudah dia pakai selama sepuluh tahun ini.

Namun, senyuman itu mendadak hilang saat melihat sosok lelaki tampan itu.

Lelaki yang dianggap oleh Gita sebagai malaikat pencabut nyawa. Karena lelaki itulah dia kehilangan dua adiknya.

Arga juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat sosok gadis kecil yang menarik perhatiannya belasan tahun lalu.

Kini gadis polos itu berubah menjadi wanita cantik dan memiliki daya pikat yang begitu kuat.

Hanya saja gadis itu tetap sama, menyihir para lelaki dengan pesona nya.

Arga tak pernah tertarik dengan urusan Freya, tiba-tiba saja menghampiri mereka. Padahal Arga hanya melihat gadis itu dari belakang namun dia begitu tertarik untuk menghampirinya.

Gita...

Ya Arga selalu mengingat nama itu. Gadis itu selalu menjadi magnet yang selalu menariknya.

"Mmm... Saya rasa tidak perlu, tuan. Saya berniat mengganti ponselnya nanti." kata Gita lalu mengangguk hormat pada Arga setelah malihat Sarah yang baru keluar dari lift.

"Saya permisi. Sekali lagi maaf, saya tidak sengaja." katanya sebelum berjalan meninggalkan Arga dan calon tunangannya.

'Ayo Gita... Kamu pasti bisa... Calm down jangan panik. Tegakkan kepalamu dan melangkah dengan percaya diri.' bisik Gita dalam hatinya.

Dan akhirnya dia berhasil. Akhirnya Gita sampai di depan lift dan memeluk tubuh berisi Sarah.

"Ada dia, Sar." kata Gita pelan.

Sarah memutar kepalanya dan memfokuskan matanya pada pasangan yang tadi berbicara dengan Gita.

"Si dakjal itu ngapain di sini. Ayo cepat masuk." kata Sarah sambil menggandeng tangan sahabatnya.

Gita menghela nafas lega sambil menyandarkan punggungnya pada dinding lift. Setidaknya dia sudah berada di dalam lift dan kabur dari tatapan tajam lelaki itu.

Namun, ternyata itu hanya menjadi angan Gita saja. Telapak tangan Arga menahan pintu lift itu menutup dan akhirnya terbuka kembali.

Arga ikut masuk ke dalam lift, membuat suasana semakin dingin mencekam.

Dari bayangan pintu besi itu Gita dapat melihat jika tatapan kelam itu tak berhenti menatapnya.

"Siapa namamu, nona?" tanya Arga dengan penuh selidik.

"Ayolah tuan, ini cuma masalah kecil dan saya tak akan mempermasalahkan soal ponsel ini." kata Gita sambil menggoyangkan ponselnya di sisi wajahnya.

"So.. Enough and good bye." kata Gita setelah melihat pintu lift itu terbuka.

Dia melangkahkan kakinya keluar bersama Sarah, meninggalkan Arga yang masih menatapnya dengan tajam.

"Kau Gita bukan? Gita Arumi Larasati." Gita tersentak kaget karena ternyata Arga mengingat bahkan menghapal nama lengkapnya.

Arga berusaha mengintimidasinya dengan sorot mata nya. Tapi Gita tak gentar, dia tak boleh kalah.

"Ck... Anda itu orang yang gigih rupanya." Gita tersenyum dengan manis, sangat manis hingga membuat beberapa orang yang melihatnya terpana dan kagum.

"Gita Dewantara... Saya adalah istri dari Dewantara Sagara." katanya akhirnya memperkenalkan diri dengan status barunya.

"Selamat tinggal, tuan..." Gita pura-pura lupa dengan nama Arga

"Semoga hari anda selalu menyenangkan." kata Gita lalu berbalik meninggalkan Arga yang masih termenung dengan informasi yang baru didengar nya.

Gita...

Dia memang Gita, gadis penyihir kecilnya. Dan apa tadi..

Gita Dewangga Sagara, istri pembalap internasional yang terkenal brengsek.

Artinya dia sudah menikah dan menjadi janda setelah suaminya meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu.

Arga mengepalkan tangannya, ada rasa tak suka mendengar gadis yang dulu sempat memikat hatinya itu sudah dimiliki oleh orang lain. Bahkan jika orang itu sudah meninggal sekalipun.

"Shit!!!"

Arga meninju angin lalu berjalan kembali ke dalam lift, menekan tombol lantai paling atas dimana adiknya dirawat pasca melahirkan.

1
Susi Akbarini
siapa jodoh gita srlanjutnya..
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
Susi Akbarini
penasaran.

siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
Susi Akbarini
lanjuttttt...
❤❤❤😍😍😙😙
Susi Akbarini
berhasilkah Amran dan Sarah bebaskan Gita ..
bisakah Gita benaekan Gilang..

❤❤❤❤😍😙😙
Susi Akbarini
tapi b7ncir jga dosa besar....

bunuh Arga jga fosa besar...

❤❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
Arga awas bucin ama Gita..

😀😀😀
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
Arga egois...
❤❤❤😍😙😙😙
🌷Vnyjkb🌷
gita : 🥴🤧puyengggggggg ngadepin agar²
Susi Akbarini
Gita jadi hutang budi ini...
❤❤❤😘😙😗
Susi Akbarini
wahhhh..
Arga penolongnyaaa...

❤❤❤❤😘😍😙
🌷Vnyjkb🌷
waahhhh,, d tolong musuh number one,,, ehmmmm misteriussss nihhh,, ada apa dg arga???

lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
Susi Akbarini
ada misteri..

❤❤❤😍😙😙
Susi Akbarini
apa arga jga yg atur..

gilang tetap hidup..

❤❤❤😍😙😙
Susi Akbarini
alhamdulullah gilang
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.

❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduh..

bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
Susi Akbarini
Doni yg mata duitan..
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
di mana Gikang masih hidupkah..

❤❤❤❤😍😙😗
Susi Akbarini
akankah Arga yg bucin ke Gita akan melepaskan Gilang...
❤❤❤😍😙😙
Susi Akbarini
gilang gak mungkin ilang kalo gak karena Arga ..

❤❤❤😘😍😙🤦‍♂️
Susi Akbarini
jreng3...

❤❤❤😘😍😙😙
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!