Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Masih di apartemen Letta,Azzam kini sudah duduk di samping gadis itu. Di hadapannya terdapat banyak cemilan televisi di ruangan itu juga sudah menyala menampilkan film kartun spongebob.
Sesekali gadis itu tersenyum bahkan sampai tertawa,Azzam yang memperhatikan ikut tersenyum melihat ekspresi Letta yang berubah-ubah.
"Letta?"
Gadis itu menoleh."Iya, ada apa?"
Azzam menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya."Masalah yang saya tawarkan kemarin bagaimana, apa kamu mau?"
Letta tampak berpikir,senyuman manis melengkung di bibirnya gadis ini selalu bisa membuat batu es di hadapannya itu sedikit mencair.
"Tapi,cuman sementara kan?"tanya nya.
"Cuman sampai masa cuti sekretaris sebelumnya selesai."jawab Azzam.
"Ya udah."
"Ya udah apa?"tanya Azzam kembali memastikan.
"Gue mau."
Azzam tersenyum mendengar jawaban itu.
Tanpa ia sadari dia sudah membuat seorang gadis terpukau dengan senyuman manisnya.
Ohh tuhan ganteng banget.
"Boleh saya minta sesuatu? Bisa nggak kalau bicara sama saya nggak pakai gue lo. Terdengar kurang nyaman soalnya tidak lama lagi kan kita akan menikah."pinta Azzam.
" Gu___ ehh maksudnya aku cobain deh,tapi kan nggak adil kalo cuman aku aja yang ngerubah cara bicaranya,kamu juga harus melakukannya."pinta Letta
"Baik,akan sa_ _aku coba." Azzam meralat ucapannya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mereka berdua sama-sama terkekeh dan merasa sedikit konyol dengan tingkah mereka berdua.
Apa ini? Ketika merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya sendiri. Begitu banyak wanita yang datang dan menawarkan diri,tak ada sama sekali yang bisa membuat jantungnya berdenyut.
Azzam menarik nafas panjang merasakan nyeri disana saking kuatnya denyutan yang terasa.
*
*
*
"Selamat malam,Tuan. Anda mau makan? Biar saya siapkan makanan."Sapa Bik Asih kepala pelayan, menyambut kedatangan Azzam.
"Tidak perlu, Bik. Saya mau langsung istirahat saja."jawab Azzam.
"Apa perlu saya siapkan air hangat,Tuan?"
"Tidak usah, Bik Asih bisa langsung istirahat saja. Saya ke atas dulu."
" Baik,Tuan."
Bik Asih sedikit membungkuk, membiarkan Azzam kembali melanjutkan langkahnya menuju lift.
Azzam melangkah masuk kedalam lift,menekan tombol menuju lantai atas tempat kamarnya berada. Begitu pintu lift tertutup, ia menghela nafas panjang merasakan lelah yang menumpuk setelah seharian berkerja.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya, Azzam membukanya. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya setelah membaca pesan tersebut.
Begitu pintu lift terbuka Azzam keluar dan berjalan menuju kamar, tapi bukan kamar yang biasa dia tempati melainkan kamar Razzan saudara kembarnya.
pintu kamar itu terbuka menampilkan sebuah kamar yang rapi dan bersih, karena Azzam selalu menyuruh orang membersihkan kamar itu. Barang-barang milik Razzan masih berada di tempatnya tidak ada yang hilang bahkan begeser dari tempat awalnya pun tidak. Azzam benar-benar menjaga dengan baik barang-barang peninggalan Razzan.
Kakinya melangkah memasuki kamar itu,lalu duduk di tepi ranjang tangannya terangkat mengusap-usap sprei yang terasa dingin itu.
Azzam merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata.malam itu Azzam tertidur nyenyak di kamar Razzan.
Pagi menjelang Azzam terbangun dari tidurnya, ia baru sadar kalau dia ketiduran di kamar Razzan. Bahkan masih mengenakan pakaian lengkap. Azzam kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri setelah selesai dia langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan.
"Pagi Oma.." sapa nya tidak lupa memberikan kecupan di pipi wanita tua itu.
"Pagi juga,cucu kesayangan Oma. Kamu tidak ke kantorkan hari ini zam?"
"Enggak,emang kenapa Oma?"
"Kamu ini,sudah tunangan beberapa hari tapi belum pernah di bawa kerumah."sindir Oma.
"Ya udah,nanti aku jemput dia Oma."ucap Azzam yang paham maksud Omanya.
"Gitu dong, kamu kan bentar lagi akan menikah. Sering-sering bawa dia kesini kalau perlu kamu ajak sekalian bertamu kerumah Om kamu. Mereka kan belum tahu masalah kamu sudah tunangan,jangan sampai nanti kaget pas undangan udah tersebar."
"Iya Oma, nanti Azzam atur pertemuan sama Om Billy. Oma kan tahu sendiri Om Billy sama sibuknya dengan Azzam."
"Iya-iya, Ya sudah sarapan dulu gih nanti keburu dingin nasi nya."ujar Oma.
*
*
*
Seperti yang sudah di janjikan setelah sarapan Azzam langsung berangkat menuju apartemen Letta.
Karena kebetulan hari ini libur,Letta pun masih bermalas-malasan di kasur tidak ada niatan untuk bergerak sama sekali. Sampai sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya membuat gadis itu terperanjat dan langsung berlari ke kamar mandi.
Azzam sudah sampai di depan gedung apartemen,kali ini ia mengenakan pakaian santai baju kaos putih berlengan pendek dan celana jins berwarna biru tua.
Dia bersandar pada pintu mobil sesekali menatap gelang jam yang melingkar di tangannya, sudah selama lima belas menit yang lalu dia tiba disana namun gadis yang di tunggu belum juga memunculkan batang hidungnya.
namun beberapa saat kemudian sosok wanita yang mengenakan gaun berwarna putih tulang sebatas lutut rambutnya ia biarkan tergerai membuat Azzam terpaku seketika terpesona dengan kecantikan Letta.
Bahkan dia tidak sadar gadis itu sudah berada di hadapannya,
"Hey.." Gadis itu melambaikan tangan di hadapannya membuat Azzam tersadar.
"Malah melamun, kesambet hantu penunggu apartemen baru tahu."celetuk Letta.
" Kalau hantunya secantik kamu,nggak apa-apa."
kali ini gantian giliran Letta yang terdiam mendengar jawaban Azzam.
Apa barusan dia gombalin gue? Duh kenapa jantung gue mendadak murahan gini ya.
Letta langsung masuk ke dalam mobil setelah di bukakan pintu oleh Azzam.
"Emangnya kita mau kemana?"tanya Letta di tengah perjalanan.
" Kamu akan tahu nanti."
"Sok misterius banget."
" Oma tadi minta aku buat jemput kamu"
Letta menyimak dia sungguh penasaran ingin tahu kemana tujuan mereka.
" Kata Oma udah tunangan tapi belum pernah di bawa kerumah."
"Oh," ucap Letta yang akhirnya tahu kemana arah tujuan mereka.
Tak lama mengendara,akhirnya mobil Azzam sampai juga di kediaman miliknya.
Letta mendadak gugup melihat kediaman megah yang berdiri kokoh di hadapannya.
Buset, apa ini yang namanya sultan?
Bahkan lebih besar dari rumah papa.
"Ayo masuk!"
Letta menarik tangan Azzam dengan cepat membuat langkah pria itu terhenti.
" Oma kamu galak nggak sih? Kalau aku mendadak sawan gimana?"
Azzam tertawa ringan, mencuil hidung Letta merasa gemas melihat wajah gugup Letta saat ini." Kamu nggak mungkin sawan. Lagian Oma nggak akan gigit kamu, kan waktu itu udah pernah ketemu juga."
Letta bedecak kesal dalam hati. Bisa banget sempetin ngelawak.
Letta menghembuskan nafas panjang saat pintu utama terbuka menampakkan ruangan luas membentang di depan sana dengan furnitur mewah dan interior berkelas menyambut pemandangannya pertama kali.
Gila sih ini. Kalau nyasar bakalan repot nih. Bagian dalamnya mungkin seluas GBK.
"Selamat datang cucu mantuku!"
Cucu mantu katanya nikah aja belom.
Letta mengulas senyum saat melihat Riana mempersilahkan duduk di sofa panjang,bersebelahan dengan Azzam.Letta mendadak merasa kikuk,melirik ke arah Azzam.
"Oma dengar kamu kerja di kantor Azzam,gimana apa kamu pernah di jahatin sama dia atau gimana gitu bilang aja. Biar Oma langsung yang kasih pelajaran."
Letta menggeleng membuat Riana merasa gemas sendiri.
" Cuman masih berasa mimpi aja Oma, Pak Azzam yang di gadang-gadang bersifat dingin dan berwatak kejam, malah sekarang orangnya duduk di samping aku."
Oma Riana tertawa mendengar penuturan Letta,ia menatap ke arah Azzam." Oma akui sih memang sifatnya rada dingin,tapi itu kalau di luar. Kalau di rumah mah udak kaya kucing Anggora manut banget sama Oma."
"Oma."
"Iya-iya Oma cuma bercanda, kamu itu cucu Oma yang penurut tapi itu sekarang kalau dulu mah kamu paling nakal."
Azzam hanya bisa mendengus mendengar sang Oma membeberkan sifat buruknya.
*
*
*
Setelah mendapat panggilan telpon dari Reno Azzam meninggalkan Letta bersama Omanya.
Riana mengajak Letta untuk mengikutinya ke suatu ruangan di sepanjang jalan Letta terus memperhatikan photo-photo yang terbingkai cantik yang berjejer rapi di dinding rumah itu, dari photo masa kecil hingga remaja dari semua photo itu Azzam tidak pernah sendiri selalu berdua dengan sosok yang sangat mirip dengannya hanya saja dia memiliki tahi lalat di pelipis nya sedangkan Azzam tidak.
Letta menghentikan langkahnya di depan bingkai photo besar,lebih tepatnya photo keluarga.
"Photo itu di ambil saat Azzam usia 14 tahun,waktu itu mereka masih SMP."
Ucap Oma sambil tersenyum,tapi bukan senyum bahagia melainkan senyum yang menyimpan kepedihan,dan Letta dapat menangkap itu.
"Kalau boleh tahu,orang tua Azzam emangnya kemana Oma? Kok sejak tadi aku nggak lihat,waktu tunangan juga cuman Oma berdua sama Azzam yang datang?"
Oma menatap Letta dengan wajah sendu sebelum berucap." Mereka sudah meninggal 10 tahun yang lalu karena insiden kecelakaan pesawat." ucap Oma lirih.
Letta menutup mulutnya,ia sama sekali tidak tahu mengenai itu."Maaf Oma, Letta sudah buat Oma sedih kembali."
"Tidak apa-apa kamu berhak tahu,sebentar lagi kan kamu bakal jadi bagian dari keluarga ini."
"Kalau masalah kembaran Azzam,sebaiknya kamu tanya langsung dengan Azzam."lanjut Oma
Letta pun mengangguk mengerti,ia paham kalau dia sudah menyentuh sisi sensitif keluarga ini. Sedikit banyaknya Letta mengerti kalau Oma Riana tidak ingin membahas lebih masalah kembaran Azzam.
Mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju suatu ruangan, lebih tepatnya sebuah kamar di lantai dua manssion itu.
"Duduklah."
Letta nurut lalu duduk di tepi kasur yang terdapat di ruangan itu. Sedangkan Oma Riana tampak sedang membuka lemari dan mengeluarkan kotak kecil yang Letta tebak itu adalah kotak perhiasan.
"Oma ini__"ucapan Letta terjeda saat Oma Riana meletakkan kotak perhiasan itu di pangkuannya.
"Bukalah.!"
Letta membuka kotak tersebut yang isinya terdapat sebuah kalung indah berliontinkan berlian kecil berwarna biru safir. Sangat indah. Letta menatap Oma Riana yang duduk di sebelahnya,wanita tua itu juga sedang menatapnya dengan tatapan teduh dan hangat.
"Ambillah,itu untuk kamu."
Letta menggeleng ia menutup kembali kotak perhiasan itu lalu menyerahkannya kembali pada Oma Riana.
"Maaf Oma, Letta tidak bisa menerima itu. Itu terlalu berharga."
Oma Riana menggenggam tangan gadis itu,mengusap pelan punggung tangan yang halus itu dan mengatakan kalau kalung itu adalah kalung peninggalan ibunya Azzam kalung itu ada dua sama persis. Kalung itu di desain langsung oleh Kinan hanya ada dua di dunia dan yang satunya lagi masih Oma simpan.
Dulu kinan pernah bilang sama Oma saat dia mau membuat kalung itu,dia bilang kalung itu akan dia berikan pada menantu-menantu nya kelak karena dia hanya memiliki dua anak yaitu Azzam dan Razzan.
"Tapi Oma,aku kan belum menikah denga Azzam."
"Hanya menunggu waktu saja."
Akhirnya Letta tidak punya alasan lagi untuk menolak,apalagi itu adalah wasiat dari calon ibu mertuanya.