NovelToon NovelToon
Bahagia Untuk Kanaya

Bahagia Untuk Kanaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Jeju Oranye

Kisah seorang gadis bernama Kanaya, yang baru mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung di keluarga nya saat umurnya yang ke- 13 tahun, kehadiran Aria-- sang anak kandung telah memporak-porandakan segalanya yang ia anggap rumah. Bisakah ia mendapatkan kebahagiaannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUK- 24 : Makan malam panggung sandiwara

Meja makan membentang luas dengan berbagai hidangan yang menggugah selera dan panganan dengan banyak pilihan dan bentuk yang cantik, ada juga buah sebagai pencuci mulut setelah makan.

Di meja makan itu seperti ada sekat antara orang-orang dewasa dan anak-anak. Javier, Jendra, Revan, Dhiendra, Aria dan Kanaya duduk di meja yang sedikit berbeda, pembicaraan mereka pun ringan- ringan saja, seperti group sepak bola, fim dan game yang di sukai, di antara berlima cowok itu sesekali Aria ikut menimbrung obrolan mereka meski tak begitu, seolah begitu ingin menunjukkan eksistensi nya, sementara Kanaya yang memang duduk di bagian ujung hanya menyimak sambil menyantap hidangan penutupya dengan tenang setelah jamuan makan malam berakhir tadi, ia tak terusik sama sekali meski beberapa kali Aria mencoba menunjukkan keakraban nya dengan kelima cowok paling populer di sekolah mereka.

Sementara di sisi lain, meja yang di isi orang-orang dewasa dengan topik yang sedikit berat, topik bisnis. Tuan Abiyasa dan tuan Restu wiratama sedang membahas kerjasama di bidang properti, dan investasi teknologi. Omset besar, keuntungan milyaran rupiah, dan rencana ekspansi, semua mengalir mulus.

Areksa sesekali menambahkan pendapat nya dengan serius, sementara Rayyan lebih banyak menyimak dan mengiyakan.

Aria yang awalnya sedang asyik berbincang dengan kedua kakaknya dan Revan, melirik ke arah meja samping. Matanya sempat berkelebat liar sebelum sebuah ide muncul di kepalanya, "ini kesempatan ku untuk semakin menjadi pusat perhatian. "

Meski hanya menyimak sebentar ia berpura-pura mengerti dan menyimpulkan dengan cepat. "Papa, menurut aku ide om Restu ini brilian. Aku yakin kolaborasi ini akan membawa perusahaan kita semakin di kenal internasional, " ucapnya dengan suara lembut dan penuh percaya diri.

Tuan Restu tersenyum puas. "Luar biasa sekali putri mu, Abiyasa. Pandangannya matang untuk orang seusianya. "

Tuan Abiyasa menoleh pada isteri nya lalu tersenyum dan mengangguk bangga. "Aria memang selalu perhatian pada bisnis keluarga. "

Kanaya hanya menunduk, memainkan garpu tanpa minat. Drama, semua penuh dengan topeng, meja makan ini tak ubahnya seperti panggung sandiwara.

Revan yang duduk di sebelah Aria sengaja mencondongkan tubuhnya. "Om, tante... sebenarnya aku dan Aria udah pernah ngobrol tentang proyek ini. Dia benar-benar cerdas, punya banyak ide. "Tatapannya sekilas tertuju ke arah Kanaya. "Beda banget sama .... Ya, beberapa orang yang cuma bisa diem. "

Jendra dan Javier saling menoleh, mereka mengerti dengan arah pembicaraan Revan, lantas diam- diam melempar senyum penuh arti.

Sementara Aria, seperti mendapatkan dukungan merasa sangat senang. Dia menepuk pelan lengan Revan dengan gaya malu- malu. "Ah, kak Revan ini ada- ada saja, gak usah berlebihan gitu ah, " katanya namun di benaknya, senyumnya penuh dengan kepuasan.

Kanaya mendengkus pelan. Suara itu cukup membuat Revan menoleh, diam- diam menarik sudut bibir nya. "Loh, Kanaya kenapa? Melihat dari reaksi mu seperti nya kau tak suka aku memuji Aria? " suaranya sinis, memang sengaja ingin menyindir Kanaya.

Kanaya mengangkat wajahnya, tatapannya datar menusuk. siapa yang gak suka? aku cuma heran aja, orang yang pinter biasanya ngomong pake data bukan pake rayuan. Kalo kamu emang beneran kagum sama idenya Aria, jelasin ke kita apa yang dia maksud. Biar semua orang ngerti, bukan kau saja yang senyum- senyum. "

Seketika meja makan menjadi hening. Tatapan semua orang kini tertuju pada Kanaya.

Revan tercekat selama seperkian detik, tapi buru- buru terkekeh. "Ah kamu ini Kanaya, aku hanya bercanda. Dan kamu menanggapi dengan sangat serius begitu, atau jangan- jangan sebenarnya kamu iri sama Aria? "

Tuan restu langsung mendelik ke arah putranya. "Revan! " tekannya memperingati.

Dan Aria juga tidak tinggal diam, dia cepat- cepat menimpali dengan nada yang begitu manis. "Kak Revan udah dong jangan gitu. Kak Naya mungkin belum terbiasa di forum kaya gini, atau mungkin kak Nay sedang capek. Kak nay ini memang suka sensi kalau lagi capek. "

Kalimat itu terdengar lembut, tapi bagi Kanaya, itu seperti racun yang dibungkus gula. Pickme mode on, batinnya muak seketika.

Kanaya lalu tersenyum tipis. "Santai aja Ar, aku lagi gak capek kok. Hanya... alergi saja sama orang yang terlalu kepedean apalagi sama orang yang tiba-tiba nyindir padahal orang yang dia sindir lagi diam saja. Orang-orang kaya gitu bukankah mengesalkan? "

"Kanaya! " teguran itu lantas datang dari tuan Abiyasa. "Sopan sedikit kalau lagi di meja makan! "

Kanaya menunduk sebentar, tapi matanya berkilat dingin. Ia tidak menyesal sedikit pun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah makan malam selesai, Kanaya kembali ke kamarnya, dia telah berganti gaunnya dengan setelan tidur. Wajahnya yang cantik alami tampak begitu bersemangat, di meja belajar nya ia mengerjakan soal yang di kirimkan pak Guntur untuk menjadi pertimbangan apakah dia bisa mengikuti lomba fisika dan sains ini atau tidak, juga untuk mengalahkan cowok tengil itu.

Seketika di kepalanya berkelebat kembali akan ucapan Dhiendra sebelum cowok itu pergi bersama keluarga nya setelah makan malam usai.

"Sampai ketemu lagi di sekolah Nay, ingat perjalanan kita berdua masih panjang dan soal kuis untuk ajang lomba itu ... kita masih berkompetisi. "

Ucapan di sertai senyum tengil dari cowok itu benar-benar membuat Kanaya jengah. Maka ia akan berjuang sekeras mungkin untuk lomba ini. Meski di sekolah sebelumya dia sudah sering mengikuti lomba seperti ini, namun kali ini berbeda karena dia menemukan lawan yang seimbang dan juga tengil.

Haish, kata- kata tengil cowok itu benar-benar merusak moodnya. Maka Kanaya berusaha untuk fokus kembali dan mengisi setiap soal yang sudah ia salin di lembar buku.

Beberapa waktu berlalu, tanpa terasa. Kanaya sudah menyelesaikan soal- soalnya. Ia tersenyum puas dengan berbagai rumus yang sudah ia tulis, lalu menaruh pena dan merentang kan sedikit otot-otot tubuh nya yang kaku. Melirik ke arah jam weker yang menunjukkan pukul sembilan, Kanaya menyudahi sesi belajar nya dan dia pun merapikan buku juga menyiapkan perlengkapan untuk sekolah besok di tas nya itu.

Setelah itu Kanaya beralih ke tempat tidur nya, membaringkan tubuh yang terasa lelah, memegang gawai hanya untuk melihat- lihat beranda sosial media sebentar sebelum ia tidur.

Di instagram, postingan sketsa gaun yang ia buat sore tadi ternyata sudah mendapatkan like dan comen yang lumayan banyak. Kanaya tersenyum tanpa sadar, akun media sosial itu memang ia buat sengaja untuk mengabadikan karya- karya nya, melihat karya nya banyak di sukai orang dan mendapatkan pujian, hatinya terasa menghangat.

Tangan nya masih sibuk menggulir komentar orang-orang ketika notifikasi sebuah pesan dari aplikasi whatsapp seketika mengalihkan atensinya.

(Nay, ini aku Adelia. Save nomor ku ya.)

"Adelia? " batin Kanaya bermonolog, entah kenapa ia jadi merindukan kedua temannya itu. Rena dan Adelia yang pergi karena keegoisan nya sendiri.

Bisakah ia memperbaiki hubungan pertemanan mereka?

*****

1
Keyraaleyababy Keyraaleya
lanjut dong thoor bagus ceritanya
Aiyaa writer
Keren
Dancingpoem
❤❤❤❤❤
nonoyy
astaga keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya sunguh malang nasibmu naya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!