Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Hampir saja Amezza memanggil lelaki itu namun suaranya terhenti di ujung bibirnya saat melihat ada seorang wanita yang ikut turun. Wanita itu mengenakan pakaian yang sangat seksi. Pakaian yang bahkan dalam mimpi pun tak pernah Amezza bayangkan akan dikenakannya. Amezza tak suka memakai pakaian yang terlalu terbuka karena Oma dan mamanya juga tak pernah memakai pakaian yang terlalu terbuka. Amezza bahkan tak pernah melihat Oma ataupun mamanya menggunakan bikini di pantai. Karena ia tahu baik opanya maupun papanya, termasuk lelaki yang posesif dan pencemburu.
Wanita itu langsung menggandeng tangan Evradt. Keduanya nampak tersenyum pada penjaga pintu, sebelum Evradt menyerahkan kunci mobilnya dan masih ke dalam.
Amezza langsung membalikan badannya dan kembali ke dalam hotel. Ia melihat Evradt dan wanita itu menaiki lift. Amezza berdiri di depan lift itu dan melihat kalau lift berhenti di lantai 3. Amezza langsung menekan tombol lift yang sama dinaiki Evradt dan wanita itu.
Lantai 3 tak ada kamarnya. Ini khusus ball room hotel yang terdiri dari 2 ruangan. Amezza melihat kalau di ball room yang kedua sepertinya ada acara. Amezza pun mendekati dan bertanya pada penjemput tamu.
"Maaf, ini acara apa ya?"
Penjemput tamu itu tersenyum. "Ini acara ulang tahun pernikahan dari Tuan Ezekiel dan nyonya Faith Thomson." penjemput tamu itu menatap Amezza. Gadis itu hanya menggunakan celana jeans dan kaos lengan panjang. "Apakah nona punya undangan?"
"Ah, tidak sepertinya aku salah alamat. Permisi." Amezza pun segera membalikan badannya. Ia tak mungkin masuk ke dalam dengan pakaian seperti ini. Lagi pula itu adalah privat party.
Ia pun berdiri di depan lift, menunggu pintu lift itu terbuka. Saat pintu lift terbuka, ternyata ada seorang cowok yang ke luar. Amezza baru saja akan masuk ke dalam lift namun langkahnya tertahan saat ia mendengar lelaki itu memanggil namanya.
"Amezza Gomez?"
Amezza membalikan badannya. Ia menatap pria tampan di depannya.
"Ya. Siapa ya?"
Lelaki tampan itu tersenyum manis. Ia mengulurkan tangannya. "Saya Erland Thomson."
"Oh.....putra ketiga keluarga Thomson?" tanya Amezza. Ia menerima uluran tangan Erland.
"Ya. Aku senang kalau kamu masih mengingat aku. Kita ketemu 2 tahun yang lalu saat kamu dan keluargamu menginap di hotel kami ini. Aku senang kalau kamu datang di acara konferensi ini. Aku yang mengusulkan ke salah satu panitia untuk mengundangmu."
"Terima kasih. Aku sangat tersanjung mendapatkan kesempatan untuk hadir di acara ini."
"Orang tuaku sedang melaksanakan acara wedding anniversary mereka. Ayo bergabung."
Amezza ingin sekali masuk ke dalam sana dan melihat apa yang dilakukan oleh suaminya. Namun ia tak mau mempermalukan dirinya sendiri. Lelaki di depannya saja menggunakan setelan jas yang mahal.
"Terima kasih undangannya. Tapi aku tak mungkin bisa masuk ke sana dengan dandanan seperti ini."
Erland menatap Amezza sebentar. Lalu ia tersenyum. "Ayo ikut aku. Acaranya belum dimulai jadi kita masih punya waktu."
"Tapi ....!" Amezza bingung. Namun Erland sudah menarik tangannya dan masuk ke dalam lift. Lift turun ke lantai dua dan mereka akhirnya masuk ke salah satu ruangan. Amezza terkejut melihat banyak gaun di sana.
"Tolong carikan gaun yang cocok untuknya. Begitu juga sepatu. Jangan lupa dandani dia dengan cepat." kata Erland kepada 2 orang pelayanan yang ada di ruangan itu.
"Tapi Erland.....!" Amezza jadi bingung. Namun 2 orang pelayan itu sudah menariknya masuk ke dalam kamar ganti.
30 menit kemudian......
Amezza keluar dari ruang ganti itu. Rambutnya di sanggul modern dengan hiasan mutiara di kepalanya. Gaunnya, mini dress berwarna cream tanpa lengan. Sangat cantik membungkus tubuhnya yang memang berlekuk sempurna itu.
Kakinya menggunakan high heels berwarna senada dengan gaunnya.
"Wah, aku sampai tak mengenalimu." puji Erland tanpa menyembunyikan kekagumannya.
"Aku nggak enak, Erland. Ini pakaian siapa?"
"Ini pakaian yang akan digunakan dalam film terbaruku. Aku menyewanya di salah satu butik ternama di kota ini. The Aslon. Kamu mengenalnya kan?"
"Ya. Aku punya beberapa gaunnya."
"Kalau begitu ayo kita pergi." ajak Erland. Namun baru dua langkah, ia menyadari bahwa tas yang dipakai Amezza belum sesuai. Ia segera membuka salah satu lemari di sana dan memberikan sebuah dompet bagi Amezza. Gadis itu segera memindahkan dompet dan ponselnya ke dalam tas pesta itu lalu segera mengikuti langkah Erland.
Saat keduanya tiba di pintu masuk, beberapa pasang mata langsung tertuju ke arah mereka. Amezza menjadi gugup. Ia berusaha mencari sosok Evradt diantara para tamu yang ada, namun ia belum menemukannya.
Faith Thomson, sang pemilik hajatan, menatap putranya yang baru masuk dengan seorang wanita cantik.
Erland tiba-tiba melingkarkan tangannya di pinggang Amezza dan segera menarik gadis itu untuk melangkah di sampingnya.
"Sayang, siapa yang dibawah oleh Erland?" tanya Faith pada suaminya. Ia tahu putranya itu memiliki reputasi yang buruk mengenai perempuan karena dikenal sebagai play boy.
Ezekiel, suaminya Faith, menatap putranya itu. "Sayang, bukankah gadis itu Amezza Gomez? Pelukis muda yang sangat diidolakan oleh Erland?"
"Benar saja. Dia ternyata membuktikan ucapannya untuk menghadirkan gadis itu." Ezekiel menatap putranya itu dengan bangga. Bukan Erland namanya kalau tak bisa menaklukan wanita.
"Dad, mom." Sapa Erland.
"Who is she?" tanya Chloe, kakaknya yang tiba-tiba ikut nimbrung dengan mereka.
"My friend." ujar Erland.
Amezza memperkenalkan dirinya.
"Lukisan mu tentang sungai Thames ada di dalam rumah kami." ujar Faith.
"Terima kasih, nyonya." kata Amezza dengan bahasa Indonesia.
"Kamu tahu bahasa Indonesia?" tanya Erland.
"Nenekku orang Indonesia."
Faith secara tiba-tiba memeluk Amezza. "Pantas saja kamu begitu cantik. Perpaduan yang sempurna." kata Faith setelah melepaskan pelukannya. Ia memegang pipi Amezza. "Aku tak tahu kalau kamu memiliki darah Indonesia."
Keberadaan Amezza langsung disukai oleh seluruh keluarga Thomson. Mereka bahkan mengundang gadis itu untuk duduk di depan. Amezza jadi bingung. Mereka pasti berpikir kalau dia adalah pacarnya Erland.
Acara pun di mulai. Amezza belum melihat Evradt. Mungkin karena tamunya yang lumayan banyak.
"Erland, apakah kamu mengenal Evrand Floquet dari Perancis?" tanya Amezza.
"Ya. Dia sahabat kakakku, si Caleb.Mereka sedang ada proyek bersama. Aku tidak tahu kalau dia sudah ada di sini atau belum. Bagaimana kamu bisa mengenalnya?"
"Dia salah satu pembeli lukisanku."
Erland terkejut mendengarnya. "Evradt suka lukisan? Setahu ku, dia hanya menyukai dunia otomotif. Kalau tidak salah, dia datang bersama tunangannya. Tunangannya itu seorang model terkenal di London ini. Makanya ia sering datang ke sini."
Jantung Amezza bagaikan berhenti berdetak. Apa yang dikatakan Erland tak siap untuk didengarnya. Amezza berusaha tenang. Ia akan meminta penjelasan nanti kepada Evradt.
"Nah, itu tuan Evradt dengan tunangannya." kata Erland sambil menunjuk pasangan yang nampaknya baru keluar dari arah toilet.
Amezza menekan rasa sakit di dadanya. Ia melihat tangan gadis itu melingkarkan di lengan Evradt dengan mesra. Amezza merasa ingin muntah.
***********
Apa yang akan terjadi di pesta itu?