Seorang wanita cantik dengan rambut pirangnya yang menjadi ciri khasnya harus berakhir dengan tragis karena berkerja di dunia gelap. Namun tuhan masih berbaik hati gadis cantik yang bernama Abhaya agrata balini di berikan kesempatan kedua untuk hidup kembali di dunia namun kesempatan kedua itu harus dia lakukan di tubuh wanita yang sepantaran dengan dirinya. Terasa aneh baginya tapi nyata untuk di lewatinya, Abhaya harus menjadi dua orang sekaligus membuat dirinya kesusahan untuk berkerja kembali di dunia gelap untuk membalas dendam keluarganya kepada salah satu keluarga yang membuatnya kehilangan kehangatan keluarga nya.
Tapi balas dendam itu terhalang sebuah perasaan yang rumit di jelaskan dengan kata kata membuat kacau rencana awal abhaya lalu apakah balas dendam yang ingin di lakukan abhaya akan berhasil?? atau justru tidak sama sekali??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karavel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MOVE 08
Jam pelajaran telah selesai gaura memilih menunggu di depan pagar sekolah menunggu kedatangan pandita di temani queta dan pramita.
"kita tungguin ya sampai ayah kamu datang"jawab queta dan di anggukan oleh gauri
tin tin tin
Suara klakson mobil pandita membuat gauri tersenyum dan melambaikan tangan ke arah queta dan pramita sebelum masuk ke dalam rumah.
"kamu mau beli motor atau mobil sayang buat sekolah nanti?"tanya pandita memecahkan keheningan
"motor"jawab gaura sambil menatap ke arah pandita
"baik kita beli sekarang"jawab pandita membuat gauri tersenyum manis kepadanya
"sudah lama aku menantikan senyum ini dari anakku"batin pandita sambil mengelus pucuk rambut gauri
Ayah dan anak itu pergi ke dealer motor yang cukup langganan pandita.
"selamat siang tuan pandita hormat bagi kami bisa kedatangan tuan pada siang ini"sapa salah satu karyawan dengan senyuman di wajahnya
"kamu kaya sama siapa saja"jawab pandita sambil merangkul karyawan di sampingnya
"tolong antarkan putri saya dia ingin membeli sebuah motor, kamu mau motor seperti apa sayang?"
"kalo gw bilang ninja h2r pasti nanti semua pada tau tapi kalo naik motor matic gw gak bisa"batin gaura sambil perlahan berjalan ke arah motor kawasaki ninja zx25r
"kamu mau motor itu??"tanya pandita membuat gauri membulatkan matanya
"eeh gak ini ter"
"kalo kamu mau dan bisa menaikinya gak apa ayah belikan,bukanya kamu memang suka motor seperti ini?"tanya pandita membuat gauri mengerutkan keningnya
"uang tabungan ayah cukup kok aman"sambung pandita
"ya udahh wil aku mau ini satu sama tolong berikan helmnya sekalian ya"ucap pandita dan di anggukan oleh karyawan tersebut.
"thanks ayah suatu saat aku akan mengganti nya"ucap gauri sambil tersenyum riang kepada pandita
"hust tidak perlu kamu ganti uang ayah uang kamu"kata pandita sambil mencubit hidung gauri
"kenapa aku jadi bingung seperti ini sebenernya dia anakku atau bukan?? Memang gauri ingin sekali motor besar tapi dia saja naik motor metic yang ku berikan untuk belajar selalu jatuh dan rusak sampai sampai dia tidak mau lagi naik motor. Tapi kenapa dia yakin sekali dengan motor ini"batin pandita sambil menatap wajah gaura
"baik tuan mau di coba terlebih dahulu"tanya karyawan dan membuat pandita dan gauri bangkit bersama
"biar ayah ajah ya nak yang mencoba"kata pandita dengan khawatir jika terjadi apa apa masalahnya ini motor baru takut di naiki gauri langsung masuk bengkel kan rugi 2 kali
"gak papa ayah biar gauri yang mencobanya"ucap gauri sambil mengambil helm dan kunci motor di tangan pria bernama wil di samping pandita.
"tenang yah gak akan masuk bengkel"kata gauri sambil menyakinkan pandita
"wil kau yakin tidak anakku akan bisa membawa motor itu?? Aku takut rugi wil"ucap pandita sambil menatap ke arah gauri yang berjalan menuju motornya
"kalo saya yakin yakin saja tuan lagi nona gauri sepertinya sudah terbiasa dengan motor besar"
"terbiasa apa dia naik motor bebek metick saja masih nyungsep jatoh"ucap pandita sambil menepuk pundak wil
Gauri mulai mengegas motornya dan mencoba menaiki dan mengendarai motor barunya dengan kecepatan di atas rata rata membuat pandita dan wil melongo di buat tak lupa gauri membuat antraksi yang di luar nalar seorang pandita bahwa anaknya yang culun dan cupu ternyata punya bakal di motor.
"anak gw wil itu anak gw"ucap pandita syok dan kegirangan
Gaura menghentikan motornya tepat di depan pandita dan wil sembari melepas helmnya dan menatap ke arah pandita yang menatapnya tak habis pikir
"gimana yah?"tanya gauri menggoda pandita
"jantung ayah rasanya mau copot"kata pandita membuat gaura tersenyum kecil
"ayo yah kita pulang naik motor saja"ajak gaura dan di anggukan oleh pandita
"tapi ayah yang bawa"ucap pandita dan di gelengkan oleh gaura
"biar aku ajah yang bawa pliss"kata gaura sambil memohon
"iya sudah kamu yang bawa, wil aku beli satu lagi helm ya"kata pandita dan di anggukan oleh wil
Gaura dan pandita segera meninggalkan dealer motor dan pergi pulang. Abhaya yang sudah berapa lama dirinya tidak menaiki motor membuatnya gila. Abhaya membawa motor dengan kecepatan yang gila dan membuat Pandita senaman jantung dan berpegang erat pada tas putrinya takut dirinya jatoh.
Hingga gaura mengerem mendadak karena mobil yang sembarangan belok tanpa melihat rambu lalu lintas membuat pandita syok dan berdebar jantungnya
"emaa kamu bener bener gila kamu mau buat ayah mati"ucap pandita sambil memegangi jantungnya dan melepas helm
"bukan ema yang salah orang ini yang salah"jawab gaura sambil turun dan berjalan ke arah mobil di hadapannya
"woy turun lu" gedor gaura pada mobil mewah berwarna putih di hadapannya membuat pria itu turun dan menatap gaura dengan tatapan yang sinis dan angkuh
"masih waras kan mata lu? Bisa liat itu lampu merah?!"
"lu tau bahaya gak kalo lu main belok kaya tadi?"sambung gaura dengan nada emosi dan mengeram kepada lelaki di hadapannya
"lalu?"tanya dengan nada yang dingin
"ya lu bawa mobil yang bener untung ajah gw sama bokap gw gak kenapa kenapa jangan seenaknya dong"kata gaura sambil menatap sinis laki laki di hadapannya
"emaa sayang sudah nak lagi kit"
"halo om"sapa pria di hadapannya membuat gaura melotot dan bingung
"nak antares ya? Kapan pulang dari jerman? Kok om tidak di kabari"tanya pandita sambil tersenyum
"baru saja om, maaf ya tadi agak buru buru soalnya mamah masuk rumah sakit makanya tadi agak buru buru om tidak apa apa?"jawabnya sambil menatap gaura dengan tatapan yang tak suka
"dasar laki laki gila sudah ayah ayo kita pulang"kata gaura sambil menarik sang ayah
"kita pulang dulu res hati hati"kata pandita dan di anggukan oleh antares
"biar ayah yang bawa"kata pandita dan membuat gaura mengangguk patuh
"mampirlah kalo ada waktu"sambung pandita kepada antares sebelum menghilang
"bisa bisanya aku bertemu dengan gadis culun itu di sini tapi cepat sekali dia berubah padahal baru 2 tahun aku lulus"kata antares lirih dan bergegas masuk kedalam mobil
sepanjang jalan pandita terus menyeramahi gaura yang hampir membuatnya mati konyol hingga di depan rumah pandita tak henti hentinya mengomelinya membuat gaura menghembuskan nafas panjang berkali kali
"ayah stop"
"ya kamu abisnya bikin ayah jantungan kamu mau ayah meninggal tadi untung ajah tadi yang hampir kita tabrak temen kuliah kakak kamu coba kalo bukan sudah mati kita gaura"kata pandita sambil mencubit pipi pandita
"sana naik ke atas mandi, ouh iya ayah lupa bilang sesuatu besok ayah ada perjalanan bisnis mungkin bulan depan ayah pulang,ayah harap kamu tidak berantam dengan kakak kamu"sambung pandita dan di anggukan oleh gaura.
Gaura segera membersihkan tubuhnya dan setelah itu kembali ke atas kasurnya dan mulai mencoba kembali akses melalu laptop pribadi miliknyaa yang telah dirinya bawa mencoba memasukan kode dan yap berhasil
"yes"
Gaura dengan cepat melihat beberapa kode dan beberapa nama nama orang yang ada dan butuh bantuannya membuat gaura tersenyum penuh kepuasan dan kemenangan.
"ouh uya mahesa tugas dia belom gw lakuin coba pake akun baru ajah kali ya"ucap gaura sambil membuka akun seconds miliknya dan segera menghubungi Mahesa
Tingg
"temui saya besok pukul 19.00 di caffe tartel"
"cukup mudah tapi kayaknya gw harus ke mall beli beberapa baju yang belom sempet gw bawa dan gak mungkin gw bawa juga"ucap gaura sambil mengetuk ngetuk dagunya dan segera dengan sigap menutup laptopnya dan menggantinya dengan laptop yang lain
"hayo lagi apa?"kata daivan sambil tersenyum dan berjalan ke arah gaura.
"lain kali kalo masuk kamar ketuk dulu"ucap gaura dengan nada yang sedikit kesal dan sinis
"iyaa maaf,ouh iya nanti malam teman kakak mau main ke sini kamu tau Antares dan avriga bukan?? Tapi sepertinya kamu hanya kenal antares kalian sempat satu sekolah?"kata daivan dan di gelengkan oleh gaura
"tidak kenal dan tidak mau kenal"jawab gaura sambil menyenyekan bibirnya di hadapan daivan
"dasar tua,cie cie punya motor baru nih"kata daivan sambil meledek gaura
"iya dong kan ayah sayang sama ema wlekk emang kakak gak sayang sama ema"ucap gauri sambil menjulurkan lidahnya ke depan daivan membuat daivan dan gaura seketika terkejut dan terdiam
"tata kenapa lu bertingkah ke gini?? Gak ini bukan lu tata gila lu ya tata. Tapi kak daivan buat gw keinget abang dia sama seperti kak daivan apa kabar dia tapi tidak boleh dia saja tidak mengingat dan menginginkan ku jadi untuk apa aku mengingatnya"batin gaura sambil menatap ke arah daivan
"akhirnya adek ku comeback"batin daivan sambil tersenyum ke arah gaura
samar samar gaura mendengar suara wanita yang cukup tak asing di telinganya gaura mencoba mendengarkan perlahan suara samar samar itu
"kak abhaya aku mohon tolong bersikap lah hangat dengan ayah dan kakak aku ingin bahagia dan merasakan hangatnya hidup bersama dia kakak boleh dingin dengan siapapun tapi tolong jangan kepada ayah dan kakak"ucap gaura memohon kepada abhaya
"ema ema kamu kenapa?? Sakit ya kepalanya?"tanya daivan panik dan segera di gelengkan oleh gaura
"cuman lagi pengen es buah beliin dong kak"jawab gaura sambil tertawa kecil dan membuat daivan menjitak kepalanya
"aduh sakit aku aduin ke ayah"kata gaura dan berlari meninggalkan daivan
"ayahh"teriak gaura dan berlari
"emaa tunggu awas ajah ya kamu ngadu yang gak gak"
Di ruang tamu pandita sedang mengerjakan perkejaannya membuat dirinya terkejut ketika mendapatkan loncatan pelukan dari gaura yang tengah berlari menghindar dari daivan.
"ayah liat kakak dia mengejar ema dia bilang mau menjitak ema lagi ayah sakit"kata gaura dengan nada yang manja dan nafas yang terengah engah membuat pandita sedikit terkejut dan bahagia
"mana kakak kamu sini biar ayah marahi dia"ucap pandita sambil menutup laptopnya dan menatap ke arah suara berat berasal dari anak tangga
"em em emma ka kamu benar bener buat aku meninggal muda"kata daivan sambil membanting punggungnya di sofa samping pandita
"ouh jadi ini iyaa orang yang mau jitak princess ayah"ucap pandita sambil menjewer telinga daivan dan membuat daivan kesakitan sedangkan gaura hanya tertawa puas
"ssss ssakit ayahh aa ampun"kata daivan dan membuat Pandita melepaskan jeweranya.
"pasti kamu ngadu yang gak gak ya"sewot daivan membuat gaura menyembunyikan wajahnya di bahu pandita
"daiv sudah kamu buat takut adik mu"
"biasanya juga dia yang buat kita takut"jawab daivan sambil mengelus elus telinganya
"kalian ini ya adik kakak dari dulu gak pernah akur,kalian tuh cuman punya satu sama lain saling jaga bukan saling lukai gini"
"kita keluarga?? apa setelah kalian tau aku bukan gaura apa masih berlaku?? Rasanya aku enggan meninggalkan keluarga ini keluarga ini hangat dan bahagia "batin gaura sambil memeluk lengan pandita seperti yang sering ia lakukan kepada papanya dahulu.
Bersambung...