NovelToon NovelToon
Menikahi Cucu Diktator

Menikahi Cucu Diktator

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Trauma masa lalu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Di balik gaun pengantin dan senyuman formal, tersembunyi dua jiwa yang sejak lama kehilangan arti cinta.

Andre Suthajningrat—anak dari istri kedua seorang bangsawan modern, selalu dipinggirkan, dibentuk oleh hinaan dan pembuktian yang sunyi. Di balik kesuksesannya sebagai pengusaha real estate, tersimpan luka dalam yang tak pernah sembuh.

Lily Halimansyah—cucu mantan presiden diktator yang namanya masih membayangi sejarah negeri. Dingin, cerdas, dan terlalu terbiasa hidup tanpa kasih sayang. Ia adalah perempuan yang terus dijadikan alat politik, bahkan oleh ayahnya sendiri.

Saat adik tiri Andre menolak perjodohan, Lily dijatuhkan ke pelukan Andre—pernikahan tanpa cinta, tanpa pilihan.

Namun di balik kehampaan itu, keduanya menemukan cermin dari luka masing-masing. Intrik keluarga, kehancuran bisnis, dan bayang-bayang masa lalu menjerat mereka dari segala sisi. Tapi cinta… tumbuh di ruang-ruang yang retak.

Bisakah dua orang yang tak pernah dicintai, akhirnya belajar mencintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Belum genap sepuluh jam sejak gala dinner yang mengguncang malam. Dan kini, ponsel Andre penuh notifikasi.

Grup keluarga Suthajningrat meledak.

Foto Andre mencium pipi Lily tersebar di beberapa akun media sosial dan media gosip kelas atas. Dalam foto itu, Lily terlihat agak terkejut namun tidak menolak. Bahkan senyumannya yang tipis membuat momen itu terlihat intim.

Komentar dari keluarga mulai bermunculan:

“Akhirnya Andre juga tampil di panggung keluarga.”

“Ternyata ada sisi romantis juga si ‘anak cadangan’ ini.”

“Kok yang maju malah bukan Bowo, ya?”

Dan akhirnya, muncul satu pesan pendek tapi tegas:

Sultan Munier: “Saya akan datang hari ini.”

...****************...

Tepat pukul 10:47, mobil hitam panjang berhenti di depan rumah.

Andre yang masih di lokasi proyek, langsung ditelepon Mbak Ami. “Mas, tamu keluarga besar sudah datang.”

Lily baru saja mengganti baju dari setelan restoran menjadi blus putih satin dan celana linen biru tua saat gerbang terbuka.

Sultan Munier, dengan tongkat perak dan jas abu kehijauan, turun lebih dulu. Disusul Raden Ayu Kartinah, ibu tiri Andre yang selalu terlihat seperti siap masuk ruangan parlemen. Di belakangnya Tante Laksmi, serta dua sepupu Andre yang penuh rasa ingin tahu.

Lily menyambut dengan senyum yang tenang. “Selamat datang, Bapak Munier. Maaf kami belum sempat menyiapkan penyambutan.”

Munier memandangi rumah megah bata merah itu sekilas, lalu menatap Lily. “Rumah ini… besar.”

“Tidak sebesar tanggung jawab yang kami bawa sebagai pasangan,” jawab Lily sopan. “Tapi kami berusaha membuatnya cukup hangat untuk dijalani bersama.”

...****************...

Andre masuk cepat lima belas menit kemudian. Ia langsung menemui tamunya yang duduk di ruang tamu formal, dengan teh dan kue kecil di meja marmer panjang.

“Bapak,” sapanya pelan.

Munier hanya mengangguk.

Lily duduk di kursi panjang, tegak tapi santai. Ia mempersilakan Andre duduk di sebelahnya—sebuah gestur yang tampak alami, seperti sudah sering terjadi.

“Foto kalian…” ucap Munier akhirnya, “… beredar luas. Aku ditanya beberapa kenalan lama. Mereka mengira ini bagian dari manuver politik atau rencana pengalihan isu keluarga.”

Andre menjawab pelan, “Kami tidak punya rencana sejauh itu, Bapak.”

Munier melirik Lily. “Kamu tidak merasa ini terlalu cepat untuk menunjukkan kemesraan ke publik?”

Lily menatapnya dengan lembut, lalu menoleh pada Andre. “Kami memang belum lama menikah. Tapi setiap hari, saya menemukan alasan baru untuk menghormati Andre. Termasuk semalam.”

Mata Munier menyipit.

Lily melanjutkan dengan suara rendah, hangat, tapi tetap jelas. “Bapak mungkin tidak tahu, tapi Andre bekerja keras. Ia tidak hanya membawa nama keluarga. Ia juga menjaga nama saya. Dengan caranya yang tenang dan tidak mencolok.”

Tante Laksmi menimpali dengan nada datar, “Luar biasa sekali dukunganmu, Lily.”

Lily hanya menunduk sedikit. “Saya tidak perlu membesar-besarkan sesuatu yang memang nyata.”

...****************...

Setelah Sultan Munier dan rombongan pamit—tanpa menyentuh kue apa pun, hanya meneguk seteguk teh—rumah kembali sunyi.

Andre menatap Lily yang melepas kancing atas blusnya dan menyandarkan kepala ke sofa. Ia tampak tenang, tapi juga… agak letih.

“Terima kasih,” kata Andre, duduk di sampingnya.

Lily menoleh. “Untuk apa?”

“Kamu tidak harus membelaku tadi. Tapi kamu tetap lakukan.”

Lily tersenyum tipis. “Aku tidak sedang membela. Aku hanya bicara tentang suamiku. Dan ternyata, bicara soal kamu… tidak sulit-sulit amat.”

Andre tertawa pelan. “Jadi sekarang aku sudah lulus seleksi istri cucu presiden?”

“Masih jauh,” sahut Lily cepat. “Tapi kamu sedang… naik peringkat.”

“Berapa?”

“Belum layak dinilai,” balas Lily dengan senyum setengah mengejek. “Tapi… kamu baik.”

Andre menatapnya. Ia ingin berkata sesuatu yang lebih, tapi menahan diri.

“Lily,” katanya akhirnya, “kamu bikin aku ngerasa… kayak laki-laki sungguhan di hadapan Bapak. Itu baru pertama kali.”

Lily menoleh, suaranya lembut. “Kamu memang laki-laki sungguhan, Andre. Cuma selama ini kamu dibiarkan jadi figuran.”

Andre menunduk. Ia menggenggam tangan Lily tanpa sadar.

Tapi Lily menariknya pelan, lalu menepuknya lembut.

“Jangan terlalu cepat nyaman. Nanti kamu lupa caranya berjuang.”

Andre mengangguk, pahit manis.

...****************...

Malam itu mereka makan bersama. Untuk pertama kalinya sejak tinggal di rumah itu, mereka tertawa kecil saat Andre mengupas udang dan ternyata gagal total.

“Aku gak jago soal dapur,” katanya.

“Jelas,” balas Lily, “makanya kamu cocoknya sama orang yang punya restoran.”

Andre menatapnya. “Kamu yakin kamu bukan chef?”

Lily menjawab, pelan. “Enggak. Tapi aku tahu cara menjaga api tetap nyala.”

Dan malam itu, di rumah bata merah yang dulu sunyi, ada cahaya kecil yang mulai tumbuh dari sudut meja makan. Bukan api besar. Tapi hangatnya cukup untuk membuat seseorang ingin pulang.

...----------------...

1
Yulia Dhanty
menarik
Wirda Wati
👏👏👏
Wirda Wati
ceritamu sebenarnya kereeen thor.penuh bahasa majas...
Wirda Wati
👍👍👍💪
Wirda Wati
Rumit
Wirda Wati
😇😇😇😇😇
Wirda Wati
😇😇😇😇👏
Wirda Wati
Jangan bego Lo Andre...
Wirda Wati
tentu Andre bertanggung jawab.karena ia pria yg baik.
Ari Arie
kata2nya puitis banget./CoolGuy/
Wirda Wati
kapan dekatnya
Wirda Wati
makin lama makin asyik bacanya
Wirda Wati
kereeen
Wirda Wati
semoga mrk bahagia.
Wirda Wati
👍👍👍
Wirda Wati
mampir
Ana Rusliana
Luar biasa
Tictac stick
baru nemu thor bagus ceritanya g menye2
R Melda
menyimak,aku suka
Suci Dava
nyimak dulu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!