Cerita ini sekuel dari Menikahi Mafia Kejam
Sebuah malam kelam mengantarkan Devi Aldiva Brodin pada malapetaka yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Kesalahan fatalnya yang menggoda sang atasan yang divonis impoten saat ia dalam keadaan mabuk berat. Dan pria itu adalah Ibra Ashford Frederick merupakan pria yang sudah beristri sekaligus atasannya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kenapa pergi meninggalkan kami, Daddy?
"Ibra"
Ibra menghentikan langkahnya yang akan memasuki perusahaan saat seseorang menyerukan namanya. Kedua tangannya terlihat terkepal kuat menahan amarahnya. Setelah sekian lama wanita itu kembali muncul.
"Bukankah sudah aku katakan, jangan pernah muncul lagi dihadapan ku," ucap Ibra tanpa menoleh sedikitpun pada wanita yang kini berdiri tidak jauh darinya itu.
"Tapi aku memerlukan bantuanmu," jawab wanita itu terdengar lirih.
"Pergilah," ucap Ibra lalu melangkah pergi meninggalkan wanita itu sendirian.
Wanita itu menghela nafas beratnya, sesal tiada guna sekarang. Anaknya yang saat ini berusia lima tahun menderita kelainan jantung hingga membutuhkan banyak biaya dan satu tahun yang lalu perusahaan ayahnya mengalami pailit mengubah hidupnya secara keseluruhan.
"Veronika," seru Mahira yang baru saja turun dari mobil saat melihat mantan istri Ibra itu tampak berdiri dengan penampilan yang jauh dari kata layak.
"Mahira," gumam Veronika.
"Sayang, ayo!," teriak Arsa pada Mahira yang baru saja turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya.
"Iya Mas," jawab Mahira segara melangkah menghampiri Arsa meninggalkan Veronika.
Sementara itu Veronika menatap kepergian Arsa dan Mahira dengan tatapan tidak terbaca. Andai dulu ia bersabar dan menunggu Ibra membuka hatinya untuknya mungkin ia dan Ibra akan baik-baik saja dan hidup bahagia seperti Arsa dan Mahira.
Kini apa mau dikata, setalah perceraiannya dengan Ibra enam tahun yang lalu ia harus mengurus anak yang ia lahir kan sendirian. Ia benar benar menyesalinya dan kedatangannya kali ini adalah untuk meminta pertolongan Ibra membantu biasa operasi anaknya.
***
"Ibra, kamu dan Veronika masih memiliki hubungan?," tanya Arsa setelah rapat selesai. Keduanya kini masih berada di ruang rapat dan hanya ada ia, Ibra dan sang istri. Tadi sang istri mengatakan kalau Veronika ada di depan perusahaan.
Ibra terlihat menghela nafas beratnya lalu menggeleng pelan."Tidak...," jawab Ibra.
"Tapi aku tadi lihat Veronika di depan perusahaan," timpal Mahira.
"Ya ..dia memang datang tapi sekarang saatnya menatap ke depan bukan menoleh ke belakang," jawab Ibra. Ia tidak ingin tahu ada kepentingan apa Veronika kembali muncul setelah enam tahun perceraian mereka yang dulu penuh dengan drama dari wanita itu. Ia tidak menjilat ludah yang sudah ia buang.
"Itu baru Ibra yang aku kenal," ucap Arsa mengacungkan jempol pada Ibra.
"Tapi jangan sampai lama menduda, Arash dan Arez juga butuh teman," sambung Arsa memperingatkan sahabatnya itu.
Ibra hanya tersenyum mendengar ucapan Arsa. Ia tidak menjawab karena tidak bisa berjanji, sebab jika ia sudah berjanji Arsa pasti akan terus menuntutnya. Butuh perjuangan keras untuk nya meluluhkan hati wanita dari kedua anaknya. Dan sampai saat ini tidak ada satu orang pun yang tahu jika sebenarnya ia sudah memiliki anak dari seorang wanita.
"Oh ya kami pamit dulu. Selamat atas penghargaan yang kamu dapatkan," ucap Arsa mengulurkan tangannya pada Ibra.
"Ini berkat kalian berdua juga yang sudah memberikan ku kesempatan," jawab Ibra menyambut uluran tangan Arsa.
"Iya. Saya tidak bisa lagi memimpin perusahaan ini sedangkan Mas Arsa juga memiliki perusahaannya sendiri. Dan saya mengucapkan banyak terimakasih sudah membesarkan perusahaan ini," ujar Mahira menjawab ucapan Ibra.
"Itu sudah tugas saya selaku pimpinan," jawab Ibra.
Setelah Arsa dan Mahira pulang, Ibra memeriksa ponselnya. Ada pesan dari Zoey yang belum sempat ia baca.
Zoey
📩: Uncle... besok aku sudah mulai bersekolah. Dan aku mau dihari pertama aku masuk sekolah di antar sama Uncle.
Ibra tersenyum membaca pesan dari sang putri, seperti nya ia harus segara memberitahu keduanya jika sebenarnya ialah Daddy mereka.
✉️: Bagaimana dengan Mommy kalian?
📩: Aku sudah memberitahu Mommy kalau aku sudah punya calon Daddy.
✉️: Oh ya?.
📩:Ya Uncle. Tapi hati-hati, nanti Uncle jatuh cinta sama Mommy. Karena Mommy ku benar benar cantik.
✉️: Baiklah, Uncle mau lihat besok secantik apa Mommy kamu.
📩: Oke.
Tok tok tok.
Ibra menyimpan ponselnya lalu memasang kembali wajah datarnya."Masuk!," seru Ibra.
Ibra mengerutkan keningnya saat melihat Riu memasuki ruangannya sembari menggerutu. Entah ada angin apa Riu datang ke perusahaannya.
"Ibra, itu cewek sekretaris mu?," tanya Riu menunjuk kearah pintu masuk.
"Siapa?," jawab Ibra semakin menukikkan kedua alisnya karena ia tidak melihat siapa pun di dekat pintu masuk.
"Itu--
"Permisi Pak Ibra, ini laporan hasil rapat yang Bapak minta," ucap Nia yang berdiri diambang pintu.
"Itu, itu dia," ucap Riu.
"Masuk Nia!," jawab Ibra mengabaikan Riu yang menatap tidak suka pada Nia.
Nia melangkah masuk dengan langkah anggunnya mengabaikan tatapan tajam Riu. Ia langsung memberikan hasil laporan yang diminta Ibra dan meletakkannya diatas meja kerja Ibra.
"Terimakasih Nia," ucap Ibra.
"Iya Pak, sama-sama. Dan ya Pak tadi Bu Veronika menghubungi saya dan meminta ingin bertemu langsung dengan Bapak," jawab Nia.
"Biarkan saja," ucap Ibra.
Nia mengangguk patuh lalu melangkah keluar dari ruangan Ibra. Sebenarnya ia tengah menahan kekesalannya pada sahabatnya atasannya yang sudah menabraknya tapi tidak mau mengaku kesalahannya.
Sementara itu Ibra menatap sahabatnya yang terus memperhatikan Nia. Dan untuk pertama kalinya ia melihat Riu memperhatikan seorang wanita atau apa ini karena sebuah kebetulan saja.
"Ehem," Ibra berdehem pelan membuat Riu tersentak kaget.
"Ada apa?," tanya Ibra.
"Ini...," jawab Riu meletakkan sebuah flashdisk diatas meja kerjanya Ibra.
"Apa ini?," tanya Ibra. Ia tidak mengerti kenalkan tiba-tiba saja Riu memberikannya sebuah flashdisk.
"Lihat saja, nanti kau akan tahu sendiri," jawab Riu lalu segara pergi meninggalkan ruangan Ibra.
***
Ibra baru saja sampai apartemennya setelah hampir seharian bekerja. Dan ia harus pulang sedikit larut karena harus menyelesaikan pekerjaannya. Sebenarnya ia bisa saja membawa pekerjaannya pulang akan tetapi ia sedang sama mode bersemangat untuk bekerja.
Kelik
Ibra menoleh ke arah pintu apartemennya yang terbuka dari luar. Ia memang belum sempat mengunci pintu apartemen.
"Zoey?," gumam Ibra melihat Zoey lah yang masuk ke apartemennya membawa boneka Teddy bear ditangannya.
"Uncle, aku mau tidur di sini," ucap Zoey langsung menaiki sofa dan duduk disebelah Ibra.
"Mommy kamu tahu?," tanya Ibra.
Zoey menggeleng."Tidak," jawab Zoey. Semenjak ia mengetahui Daddy-nya tinggal di apartemen yang sama ia selalu merasa ingin dekat dengannya.
"Sebaiknya kamu kembali ke apartemen kamu, nanti Mommy kehilangan kamu," ucap Ibra dengan pelan.
"Uncle jahat," jawab Zoey dengan kedua mata berkaca-kaca. Gadis kecil itu tidak kuasa menahan tangisannya.
Melihat Zoey hampir menangis membuat Ibra langsung panik. Ia segara menenangkan Zoey dengan perlahan.
"Zoey
"Selama ini aku dan Kak Zion merindukan kehadiran seorang Daddy. Aku ingin dipeluk dan tidur dipangkuan Daddy. Kenapa Daddy, kenapa pergi meninggalkan kami?," pekik Zoey yang mulai menangis histeris.
Ibra terkejut bukan main mendengar Zoey menyebutnya Daddy." Zoey... kamu-- Ibra tidak melanjutkan kalimatnya. Ia membawa Zoey kedalam pelukannya dan memeluknya dengan erat.
"Daddy...," isak Zoey.
"Maafkan Daddy, girl. Maaf," lirih Ibra.
Sementara itu Zion yang berdiri diambang pintu melihat pemandangan itu tampak tersenyum kecil. Ia terharu melihat pemandangan itu.
"Zion...," gumam Ibra tidak sengaja melihat Zion yang berdiri diambang pintu tersenyum padanya. Ia melambaikan tangannya pada Zion untuk mendekat kearahnya.
...****************...
lebih tegas Daddy mu kamu Weh Weh no good 👎👎👎👎