Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kena Mental ( Maju Kena Mundur Kena )
Keenandra merasakan jantungnya berdetak kencang saat mendengar ucapan Jasmine barusan. Ia pun merasa tertohok atas ucapan sang istri yang di luar ekspektasinya.
"Kau jangan terlalu percaya diri! Siapa yang ingin menyentuhmu? Aku hanya mengingatkan saja agar dirimu jangan merasa besar kepala oleh sikapku barusan," kilah Keenandra beralasan.
Padahal, nyatanya Keenandra kena mental termakan ucapannya sendiri. Nyaris ia tergoda oleh pesona di balik cadar Jasmine. Tetapi, ia terus menyangkal dengan berbagai alasan.
"Baiklah, aku hargai pendapatmu tuan Keenandra. Tetapi, kita lihat saja nanti siapa yang mampu menahan diri dari segala godaan yang datang." Jasmine tersenyum tipis, dalam hatinya merasa ingin tertawa lepas melihat kekonyolan suaminya.
"Kau mau kemana?" sentak Keenandra saat sang istri menjauh darinya.
"Bersiap-siap untuk menyambut ibadah sholat Maghrib. Bukankah urusan kita sudah selesai? Surat di atas kertas itupun sudah aku tanda tangani. Jadi, tidak ada lagi yang perlu aku perhatikan," tandas Jasmine dengan tersenyum tipis di balik cadarnya.
"Kita memang tidak akan pernah bersentuhan fisik. Tetapi, kamu harus melayani kebutuhanku. Aku lapar!"
Keenandra bersikeras untuk tetap membuat Jasmine berada di sisinya dengan dalih kebutuhan makanannya harus dipenuhi. Dia begitu sangat keras kepala dan ingin menang sendiri.
"Aku akan melayani kebutuhanmu, tetapi izinkan aku untuk bersujud kepada Rabb-ku. Kau dengar adzan Maghrib sudah berkumandang. Aku rasa di sekitaran hotel ini ada mushola terdekat. Kamu silakan berjama'ah di sana!" titah Jasmine. Dia berharap Keenandra terketuk hatinya untuk melaksanakan ibadah sholat.
"Sudah kukatakan jangan paksakan aku untuk melakukan hal seperti ini! Jika kau ingin beribadah kepada Tuhan-mu silahkan! Aku tidak menghalangi. Tetapi, jangan coba-coba mengatur hidupku untuk beribadah sepertimu!" oceh Keenandra dengan raut wajah dingin.
"Terserah padamu! Yang penting aku sudah mengingatkan dalam kebaikan. Jika kamu mengikuti itu baik bagimu. Jika tidak pun, jangan salahkan andaikata ancaman api neraka bergejolak menyambut kehadiran setiap insan yang ingkar pada Tuhannya!" ujar Jasmine dengan begitu elegan.
"Sudah ku katakan jangan ceramahi aku! Apa telingamu tidak mendengar?" ketus Keenandra dengan tatapan menghunus tajam ke arah Jasmine.
"Memang sulit memberitahukan lalat jika sampah itu tidak lebih baik dari bunga semerbak wangi di taman. Ya sudah jika kamu lebih memilih jalan berbelok, itu urusanmu! Aku berlepas diri dari semua itu, aku lebih memilih jalan yang diridhoi oleh Tuhan-ku," sahut Jasmine sembari berjalan menuju kamar mandi.
Wanita bercadar hitam itu berniat ingin memperbarui wudhunya setelah barusan sempat berseteru dengan Keenandra. Dia khawatir niatnya menjadi lain gara-gara sikap sang suami yang di luar batas wajar.
"Kau! Dasar wanita angkuh! Kau kira ucapan dan perbuatanmu bisa menyentuh hatiku? Tidak!" tolak Keenandra di dalam hati.
Pria berwajah dingin itu berusaha untuk menyangkal segala apa yang ia pikirkan tentang Jasmine. Baginya sang istri hanyalah wanita kolot dan tak berarti apa-apa.
"Aku ingin lihat setangguh apa dirimu untuk tetap bertahan di sampingku!" gumam Keenandra sembari menyulut asap rokoknya sehingga membuat Jasmine yang berada di dalam kamar mandi bisa mencium benda berbau nikotin tersebut.
"Uhukkkk, dia benar-benar ingin membunuhku!"
Jasmine terbatuk-batuk. Dia pun membaguskan wudhunya. Rasa kesal sedikit bersemayam di hati. Tetapi, ia harus tetap sabar menghadapi sikap Keenandra yang begitu sangat keras kepala dan tak berperasaan.
"Dasar wanita lemah! Baru bau kepulan asap rokok saja sudah seperti terkena serangan jantung!" cecar Keenandra sembari mengepulkan asap rokoknya ke segala arah.
"Uhukkkk ... Uhukkkk." Jasmine hampir kehabisan nafas. Keenandra benar-benar membuatnya tersiksa dengan kepulan asap rokok tersebut.
"Minum!"
Keenandra tiba-tiba menyuguhkan sebotol air mineral untuk sang istri. Jasmine pun terpaksa menerima tawaran dari pria gil4 yang sukar ditebak tersebut.
"Apa nafasmu tak semakin sesak jika minum dengan kain menutupi wajah?" tanya Keenandra dengan hati yang sedikit melunak.
"Ini lebih baik! Bukankah kamu sendiri yâng mengatakan jika tak ingin melihat wajah buruk rupa ku? Jadi, jangan salahkan aku jika di hadapanmu tetap mengenakan niqab," sahut Jasmine sekenanya.
"Kau ini selalu bisa beralasan! Ya sudah terserah kamu saja. Aku keluar dulu! Kau silahkan tunaikan ibadah sholatmu. Aku ingin melanjutkan merokok di luar. Jika tetap di sini aku takut kau kehabisan nafas. Nanti aku yang disalahkan," ucap Keenandra dengan sedikit kelembutan.
"Dasar pria aneh! Terkadang lembut, terkadang kasar! Apa ia tidak lelah bersikap seperti itu?" Jasmine tepuk jidat setelah sang suami meninggalkannya sendirian di kamar hotel.
"Dasar wanita cerewet! Bisa-bisanya dia selalu menjawab perkataanku. Dari sekian banyak makhluk yang bernama wanita di dunia ini baru dia yang berani menyangkal setiap ucapanku," oceh Keenandra sembari menggelengkan kepala.
"Apa aku ini yang sudah gil4? mengapa pula aku terpedaya oleh setiap perkataannya? Bukankah aku sudah memiliki Celline? jadi tak perlu tunduk pada wanita kolot itu!"
Keenandra malah memikirkan sang kekasih hati yang saat ini justru sedang bersenang-senang dengan lelaki lain. Tetapi, ia tetap mempercayai seperti apa pun perlakuan kekasih hatinya tersebut.
"Aku pastikan Celline tidak akan mengetahui pernikahanku dengan wanita ninja hatori itu! Enam bulan lagi Celline pulang dari Amerika. Berarti aku sudah mengakhiri pernikahanku bersama wanita buruk rupa tersebut?"
Keenandra tersenyum devil, tetapi entah kenapa hatinya sedikit ragu ketika membahas tentang perpisahannya dan Jasmine.
"Aku tidak boleh begini! Apa pentingnya dia dalam hidupku? Yang ada hanya merepotkan dan membuat malu," sangkal Keenandra sembari memejamkan mata. Dia berusaha menyangkal pesona sang istri yang sempat membuat hatinya terpikat.
"Celline-ku lebih segala-galanya dari wanita kolot dan tertutup itu! Jadi, tak ada hal yang harus aku khawatirkan," gumam Keenandra sembari kembali mengepulkan asap rokoknya.
"Astaghfirullah, nak Keenandra, kamu merokok?" tegur abba Hanan yang baru keluar dari kamar hotel. Beliau ingin sholat berjama'ah di mushola.
Keenandra nampak terkejut saat ketahuan sang mertua jika ia menghisap benda berbahan nikotin tersebut. Entah alasan apa yang hendak ia katakan saat ini, tapi yang jelas Keenandra begitu malu dengan sikapnya barusan.
"Ma-af, i-ini!" Keenandra terlihat gugup. Ia khawatir ini akan menjadi masalah besar dalam kehidupan pernikahan yang baru dijalani bersama Jasmine.
"Merokok memang termasuk perkara mubah. Tetapi, juga bisa menjadi haram jika sampai merusak diri sendiri dengan racun nikotin yang mungkin bisa membahayakan kesehatan seseorang," ujar abba Hanan dengan wajah setenang mungkin.
"Sa-saya__
"Sudah, tidak apa-apa nak Keenan, mari kita sama-sama ke mushola. Sudah waktunya ibadah sholat Maghrib," ajak abba Hanan sembari menepuk bahu sang menantu.
"I-iya, Ba."
Keenandra pun terpaksa mengikuti langkah sang mertua. Ibarat kata maju kena mundur kena. Mau tidak mau ia pun harus berpura-pura wudhu dan shalat.
"Mati aku!"