NovelToon NovelToon
Renkarnasi Letnan Wanita

Renkarnasi Letnan Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Ketika seorang jenderal militer yang legendaris menghembuskan napas terakhirnya di medan perang, takdir membawanya ke dalam tubuh seorang wanita polos yang dikhianati. Citra sang jenderal, kini menjadi Leticia, seorang gadis yang tenggelam di kolam renang berkat rencana jahat kembarannya. Dengan ingatan yang mulai terkuak dan seorang tunangan setia di sisinya.

Pertempuran sesungguhnya dimulai, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi, intrik, dan perjuangan untuk memperjuangkan keadilan untuk dirinya...

apakah Citra akan berhasil?

selamat datang di karya pertamaku, kalau penasaran ikuti terus ceritanyaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Beberapa hari yang terasa panjang dan penuh adaptasi telah berlalu. Leticia, atau lebih tepatnya Citra yang kini menempati raganya, akhirnya diizinkan pulang dari rumah sakit. Keputusannya untuk tetap berpura-pura amnesia agar bisa membongkar semua kebusukan Petricia telah bulat dan tak tergoyahkan. Citra, sang jenderal dengan pengalaman tempur yang tak terhitung, tahu betul bagaimana memainkan peran. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang terlalu mewah, aturan sosial yang asing dan terkadang terasa konyol, dan yang terpenting, dengan kehadiran Max yang terus menempel padanya seperti perangko.

Sejak kepulangannya, aura Leticia memang berubah drastis, nyaris tak dikenali oleh siapa pun yang mengenalnya dulu. Gadis yang dulu ceria, polos, dan sedikit kikuk itu kini tampak lebih pendiam, tenang, bahkan cenderung dingin. Tatapan matanya yang dulu penuh kejujuran polos kini seringkali menyimpan kedalaman dan ketajaman yang sulit diartikan, seolah ada rahasia besar yang tersimpan di baliknya. Senyum manis yang selalu menghiasi bibirnya kini jarang terlihat, tergantikan oleh ekspresi datar yang sesekali diselimuti kerutan berpikir, terutama saat ia mengamati sekeliling. Gerak-geriknya pun berubah; dia bergerak dengan efisien, terkadang terlalu presisi untuk seorang gadis biasa, mengingatkan pada disiplin militer. Para pelayan di rumah pun merasakan perubahan itu. Mereka melihat Leticia yang baru lebih dingin, lebih waspada, seperti seorang prajurit yang selalu siaga menghadapi musuh tak terlihat. Bisik-bisik mulai terdengar di antara mereka, namun tak ada yang berani mengungkapkan kecurigaan secara terbuka.

Max, bagaimanapun, tidak menyerah. Cinta dan kesetiaannya pada Leticia seolah tak tergoyahkan oleh perubahan sikap sang kekasih. Siang dan malam ia selalu berada di sisi Leticia. Ia menjaga Leticia dengan penuh perhatian, membawakannya makanan yang baru dimasak oleh pelayan, membacakan buku-buku favorit Leticia yang lama, dan tanpa lelah menceritakan kembali kenangan-kenangan manis mereka. Max berharap setiap cerita, setiap sentuhan, bisa memicu kembali ingatan Leticia yang hilang. Ia tak peduli dengan perubahan sikap Leticia yang menjadi lebih dingin dan acuh tak acuh; baginya, Leticia tetaplah "Tia-nya" yang harus ia lindungi dan sembuhkan dari trauma amnesia ini.

Setiap kali Max mencoba menggenggam tangannya atau memeluknya, Citra harus mengerahkan seluruh konsentrasi dan kekuatannya untuk tidak bereaksi secara militan, tidak menarik diri atau bahkan secara reflek melumpuhkan Max. Tubuh Leticia yang mungil dan lembut masih terasa asing baginya, apalagi sentuhan kasih sayang yang tak pernah ia alami sebagai seorang jenderal di medan perang. Ia tahu ia harus membiasakan diri dengan sentuhan ini, dengan peran sebagai kekasih Max, demi menuntaskan misi balas dendamnya. Terkadang, tatapan khawatir Max menyentuh sisi kemanusiaannya, menimbulkan sedikit rasa bersalah karena telah membohongi pria yang begitu tulus ini. Namun, ia tak punya pilihan.

Kedekatan Max yang tak tergoyahkan ini tentu saja menjadi duri dalam daging bagi Petricia. Ia sering terlihat mengawasi mereka dari kejauhan, dari balik pilar atau ambang pintu, dengan senyum manis palsu di bibirnya, namun matanya memancarkan amarah yang membara dan dengusan frustrasi. Rencananya adalah Max akan menjauh karena Leticia yang amnesia dan aneh, lalu dia akan masuk sebagai "pelabuhan hati" yang pengertian dan siap menggantikan. Tapi Max malah semakin menempel! Seringai puasnya di hari Leticia masuk rumah sakit kini berubah menjadi gerutuan dalam hati yang nyaris tak tertahankan.

"Apa-apaan ini? Kenapa Max malah semakin lengket seperti lintah? Seharusnya dia jijik melihat Tia yang tidak lagi secerdas dan seceria dulu!" batin Petricia suatu malam, saat ia melihat Max menyuapi Leticia dengan sabar di ruang makan. Pemandangan itu bagai api yang menyulut bara cemburu dihatinya. Ia mengepalkan tangannya di bawah meja, kukunya menusuk telapak tangan, mencoba meredam gejolak amarahnya yang mengancam meledak. Untuk saat ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Max adalah pewaris tunggal rumah sakit keluarga mereka dan sangat dihormati. Bertindak gegabah hanya akan membahayakan posisinya, bahkan mungkin tercium niat busuknya. Jadi, Petricia hanya bisa memaksakan senyum ramah dan terus berbuat baik di depan semua orang, berpura-pura menjadi saudari kembar yang paling khawatir dan peduli. Dia bahkan sering membawakan makanan atau minuman favorit Leticia, meski dalam hati ia berharap itu semua menjadi racun yang mematikan.

Di tengah ketegangan yang menyelimuti rumah itu, sebuah kabar mengejutkan tiba, memicu kepanikan baru. Jauh di luar negeri, di pusat kota yang sibuk, Tuan William dan Nyonya Clara, orang tua Leticia dan Petricia, sebenarnya tengah disibukkan dengan masalah besar di salah satu kantor cabang perusahaan mereka. Urusan penting itu menuntut kehadiran langsung mereka, mengharuskan mereka menunda kepulangan ke Indonesia. Namun, semua itu seketika terlupakan dan terasa tidak penting begitu mereka menerima telepon yang mengabarkan tentang Leticia.

"Apa?! Leticia terjatuh di kolam renang dan mengalami amnesia?" Nyonya Clara berteriak panik melalui telepon, suaranya bergetar hebat hingga terdengar jelas ke seluruh penjuru ruangan. Wajahnya pias, darah seolah mengering dari wajahnya yang biasanya anggun. Tuan William, di sampingnya, langsung menjatuhkan berkas penting di tangannya, matanya membelalak kaget.

Tanpa pikir panjang, mereka segera menginstruksikan tim mereka untuk menangani masalah kantor cabang, memutuskan untuk menunda semua pekerjaan penting yang ada di luar negeri. Kekhawatiran akan Leticia jauh lebih besar. Mereka segera bergegas kembali ke Indonesia, langkah tergesa-gesa dengan jantung berdebar kencang.

Begitu tiba di rumah, Nyonya Clara tanpa menunggu sedetik pun segera memeluk tubuh Leticia yang terbaring di sofa kamar, air matanya tumpah ruah membasahi bahu Leticia. "Sayangku, apa yang terjadi padamu? Mama sangat khawatir! Kenapa kamu bisa sampai begini, Nak?" Nyonya Clara terus-menerus melontarkan pertanyaan, suaranya penuh kepedihan..

Citra, dalam tubuh Leticia, merasa sedikit canggung dan kaku dengan sentuhan sehangat ini. Ia tidak terbiasa dengan pelukan, kehangatan, atau luapan emosi berlebihan. Sebagai seorang jenderal, sentuhan fisik biasanya hanya berarti pertempuran atau luka. Ia hanya bisa mengangguk pelan, tetap menjaga ekspresi datarnya, meskipun dalam hati ia mengamati setiap reaksi orang tua ini. Ia merasakan sentuhan Nyonya Clara yang tulus dan penuh kasih sayang, dan melihat kepanikan serta kekhawatiran yang mendalam di mata Tuan William. Ini adalah orang tua kandung Leticia. Bagaimana mereka akan bereaksi terhadap "Leticia" yang baru ini? Apakah mereka akan curiga terhadap perubahan sikapnya? Citra tahu perannya harus semakin meyakinkan, agar tak ada celah sedikit pun yang bisa membahayakan misinya.

Max, yang sedari tadi menemani Leticia, segera menjelaskan keadaan Leticia, detail demi detail, dengan suara penuh kekhawatiran dan kesedihan. Ia menceritakan bagaimana ia menemukan Leticia, proses penyelamatan, hingga diagnosis amnesia. Sementara itu, Petricia mendekat dengan wajah pura-pura sedih dan mata berkaca-kaca yang dipaksakan. "Iya, Ma, Pa. Semuanya terjadi begitu cepat. Leticia bahkan tidak mengenali Max dan aku," ucapnya, nadanya terdengar sendu dan penuh keprihatinan palsu, namun diam-diam melirik Leticia untuk melihat reaksinya, mencari tanda-tanda kecurigaan atau kesalahan.

Tuan William mengamati Leticia dengan cermat, seolah mencari petunjuk di wajah putrinya. "Amnesia total?" tanyanya kepada Max dan dokter yang ikut datang mendampingi kunjungan orang tua itu. "Apakah tidak ada cara lain? Kita akan cari dokter terbaik di dunia, ahli saraf dari mana pun! Biaya bukan masalah!"

Max mengangguk lemah. "Sudah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, Om. Dokter bilang amnesia ini bisa jadi karena trauma fisik atau psikologis yang hebat. Kita hanya bisa berharap ingatannya kembali perlahan. Semua ahli sudah mencoba, tapi hasilnya tetap sama."

Nyonya Clara terus menggenggam tangan Leticia, mengelusnya lembut, seolah mencoba menyalurkan semua energinya dan kasih sayangnya. Tatapannya penuh kesedihan, namun juga harapan yang tak pernah padam. Citra, sang jenderal, diam-diam menyusun strateginya. Kedatangan orang tua Leticia berarti lapisan intrik yang lebih tebal dan kompleks. Mereka adalah salah satu faktor yang harus diperhitungkan. Ia harus lebih berhati-hati dalam setiap langkah dan perkataannya, tapi juga harus memanfaatkan situasi ini untuk mengumpulkan lebih banyak informasi dan mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik tragedi Leticia. Pertarungan mentalnya baru saja dimulai, dan kali ini, ia tak hanya bertempur untuk kemenangan, tetapi juga untuk keadilan.

1
Srie Handayantie
iyaa lanjutkan lah apapun yg sudah menjadi tekadmu cit, jgn pernh mundurr siapa tau kedepannya bisa menemukan dalang dibalik itu smua 🤔 aku curiga dalang nya masih disembunyikan si cepott jadi belum ketahuan🤭😂
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
ayok Tia mulai lah menjadi Mei yang suka teriak pada ketiga Bestinya... buat orang itu kesakitan dalam telinga nya
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: astaghfirullah🤣🤣
total 1 replies
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
idihhh nenek lampir/Speechless/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tidak ada yg kebetulan di dunia ini Citra.. dan jika itu terjadi, maka itulah takdirmu..
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Ooohhh
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
uhhh ada janji masa kecil ternyata
Srie Handayantie
berarti karna janji disaat dia kecill dulu makanya dia masuk dalam tubuh leticia dan menepatinya,
Zea Rahmat
reinkarnasi yg kebetulan km citra masuk ke tubuh keturunan nenek sophia
nurul supiati
msih gk nemu plottt twist nya gimna dan arahnya kmna
nurul supiati
ouhh karena harta yakkk... pantesan bgtu apa tuan dan nyonya Anderson menyakiti kmbaran nyonya clara
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ini petricia mau di apa 😤
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Waah sepertina ini masih keluarga ortu leticia 🤔
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
nggak usah khawatir bukk😒, biarkan saja dia tidak makan. nanti jika lapar dia pasti akan makan, bukkkk/Speechless/
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semalam lagi apa pak max 🗿
Srie Handayantie
nahh kan hanya saat diperlukan kau aman, stelah gagal kau dibuang bahkan jadii buronan dan hidupmu makin tidak tenang. itulah karma mu Patric 😏
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
Cerita nya semakin seru dan menarik
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°: same same yeee
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: alhamdulilah terimakasih
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
alah dia jadi buburona kan akhirnya maneh di sia siakan begitu
🔵≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
mantap, Petricia akhirnya jadi buron /Joyful/, ayo semangat mencari dalang utamanya Max dan Leticia

semangat dan sehat selalu kak thor
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
rasakan!! nikmatilah hidupmu sebagai buronan Petricia.. itu baru permulaan, kita lihat sejauh mana kamu bertahan
Zea Rahmat
rasainnn km petrik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!