NovelToon NovelToon
The Land Of Methera

The Land Of Methera

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>

___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.

Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Lima Peri

‧˚♪ 𝄞 :

...ᝰ.ᐟ...

Fajar baru saja merekah ketika Alourra terbangun, terganggu oleh riuh rendah suara dari luar kastil. Suara sayap yang berdesir, tawa riang, dan denting lembut logam berkilau berbaur menjadi harmoni yang tak biasa.

Dengan mata masih berat, ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bangkit. Langkah malas membawanya menuju pintu yang langsung menghadap ke halaman luar. Begitu pintu terbuka, napasnya tercekat. Puluhan peri berterbangan ke segala arah, masing-masing memeluk benda-benda kecil berwarna emas yang memantulkan cahaya matahari pagi.

“Oh, Alourra! Kau sudah bangun?” seru Peri Twingki yang melayang mendekat, sayapnya berkilau seperti kaca embun.

Alourra hanya mengangguk, matanya tak lepas dari pemandangan itu. “Apa yang kalian lakukan? Mengapa begitu ramai pagi ini?”

Twingki tersenyum, rona wajahnya penuh semangat. “Ah, ya. Kau pasti terkejut. Kami sedang bekerja.”

“Bekerja?” ulang Alourra, penasaran.

Twingki mengangguk cepat. “Kami adalah para Peri Bunga, Setiap pagi, kami mengumpulkan benih dari pepohonan, tanaman, dan membantu bunga bermerakaran. Lalu terkadang kami menanamnya kembali, memberi kehidupan dengan sihir peri. Dari setiap tanaman yang tumbuh dan bunga yang merekah, lahirlah bubuk peri, itulah sumber kekuatan yang membuat kami bisa terbang.”

“Ah… begitu rupanya,” gumam Alourra, mulai mengerti.

Suara berat namun hangat terdengar dari belakang. “Kau sudah bangun, Alourra?”

Alourra menoleh dan mendapati Graclle berdiri di ambang pintu. “Iya, Graclle.”

“Kalau begitu, bersiaplah. Kita akan mulai latihan,” ujar Graclle tegas.

Twingki melambaikan tangan sebelum kembali ke udara. “Kalau begitu aku kembali bekerja dulu. Sampai jumpa, Alourra!” Ia melesat pergi, meninggalkan jejak kilau tipis di udara.

Alourra segera menuruni tangga menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian, ia kembali dengan pakaian latihan yang entah sejak kapan tersimpan di kamarnya. Meski sederhana, kainnya terasa nyaman di kulit.

“Kau sudah siap, Alourra?” tanya Graclle ketika melihatnya kembali.

“Aku siap,” jawab Alourra mantap.

“Baik. Ikuti aku. Kita akan menemui seseorang yang akan melatih mu.”

"Melatih ku? Bukannya engkau yang akan melatih ku Graclle?" tanya Alourra bingung

"Aku akan melatih mu, setelah mereka melatih mu, Alourra" ujarnya. "Maaf, aku tidak bisa meninggalkan kursi akademi kosong terlalu lama" tambahnya lagi.

Alourra tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

"Tenang saja mereka adalah orang-orang yang baik, dan aku juga akan sering-sering berkunjung ke sini.," ujar Graclle sembari tersenyum.

"Baiklah! Aku mengerti, Graclle" ujar Alourra.

Mereka melangkah meninggalkan kastil, menapaki jalur yang berakhir di sebuah pelataran luas. Hamparan rumput hijau membentang sejauh mata memandang, dihiasi lautan bunga putih yang berayun pelan ditiup angin. Di tengah bukit kecil berdiri sebuah pohon besar berdaun hijau zamrud, satu-satunya warna yang memecah putihnya padang bunga. Pemandangan itu, seperti biasa, membuat Alourra terdiam dalam kekaguman.

“Graclle, apakah itu kau?”

Suara lembut menyapa dari arah pohon. Seorang peri mungil dengan rambut hijau berkilau dan gaun dedaunan melayang menghampiri. Matanya meneliti Alourra dari ujung kepala hingga kaki.

“Ah… jadi ini manusia yang dipilih Hutan Kabut Peri?” tanyanya sambil tersenyum. “Senang bertemu denganmu, Alourra.” Ia berputar mengelilinginya, gerakannya lincah namun anggun.

“Bagaimana kau tahu namaku?” tanya Alourra bingung.

“Tentu saja aku tahu,” jawab peri itu dengan senyum penuh arti. Kemudian ia menoleh pada Graclle. “Aku juga tahu tujuanmu datang kemari. Dan sepertinya ini hari keberuntunganmu, pagi ini kami akan berencana mengadakan rapat.”

Peri kecil berambut hijau itu memberi isyarat dengan lambaian tangan mungilnya. “Kemarilah, duduklah sembari menunggu.”

Alourra dan Graclle mengikuti langkah terbangnya, menapaki jalan rerumputan menuju pangkal pohon raksasa yang berdiri anggun di puncak bukit. Di sana terbentang sebuah alas duduk anyaman bunga yang memancarkan aroma segar. Begitu mereka duduk, angin sepoi-sepoi membelai rambut Alourra, membawa serta wangi manis bunga-bunga yang mengelilingi bukit itu.

“Ah… itu mereka,” ucap sang peri hijau lirih, menunjuk ke arah empat cahaya berpendar di kejauhan. Cahaya-cahaya itu menari di udara, mendekat dengan cepat, berputar-putar seperti kilau bintang yang terseret angin malam.

Alourra menyipitkan mata, mencoba melihat lebih jelas. Dari balik cahaya itu, tampaklah empat peri mungil yang saling mendorong dan bersahut-sahutan, layaknya anak-anak yang tak ingin kalah dalam permainan.

“Aku duluan!”

“Tidak! Aku pasti menang!”

“Aku yang akan tiba lebih dulu!”

“Siapa cepat, dialah pemenangnya!”

Mereka saling mendesak, sayap berkilau berkibas cepat, menciptakan pusaran angin kecil.

“Hey! Kita kedatangan tamu, jaga sikap kalian,” tegur sang peri hijau dengan nada setengah kesal.

Keempat peri itu serempak mendongak, lalu seruan riang pun pecah. “Graclle! Ada Graclle!” Mereka melesat mendekat, mengelilingi Graclle sambil tertawa dan bersorak.

Namun salah satu dari mereka, peri bergaun biru muda, mendadak terhenti, matanya terarah pada Alourra. “Eh… Si... Siapa dia?” tanyanya pelan, sembari menyembunyikan wajah di balik sayapnya.

“Aku dengar ada manusia yang dipilih oleh Hutan Kabut Peri,” celetuk peri berbusana abu-abu dengan nada penuh rasa ingin tahu.

“Aku juga mendengarnya,” sahut peri berwarna kuning, matanya berbinar.

“Hmph, aku dengar… tapi aku tak tertarik,” potong peri cokelat, nada suaranya datar.

“Brown! Kau tidak boleh berkata begitu,” protes peri hijau sambil mengerutkan alis.

“Maafkan dia,” kata peri kuning sambil tersenyum manis pada Alourra. “Dia memang seperti itu, tetapi dia sangat baik kok.”

Peri biru memberanikan diri sedikit. “Si… siapa namamu?” tanyanya dengan suara lirih.

Namun peri abu-abu langsung memotong. “Bukan begitu caranya bertanya, Blue. Nih, biar aku perlihatkan" Ia melesat mendekat, melayang tepat di hadapan Alourra. “Hey, Bro, siapa namamu?” tanyanya dengan gaya tomboy yang jenaka.

“Grey! Itu tidak sopan!” tegur peri kuning sambil menariknya menjauh.

Alourra tak dapat menahan tawa kecil melihat kekacauan yang hangat itu. “Aku Alourra. Senang berkenalan dengan kalian,” ucapnya sambil tersenyum tulus.

“Na… nama yang cantik,” gumam peri biru, pipinya memerah.

“Terima kasih,” jawab Alourra lembut. “Lalu, siapa nama kalian?”

"Ah iya aku lupa memperkenalkan diri" Peri hijau mendekat bersamaan dengan Keempat peri lainnya berbaris bersebelahan.

Peri Hijau menjadi yang pertama memperkenalkan diri. “Aku Green, peri tumbuhan. Akulah yang menumbuhkan dan merawat setiap tanaman di sini.”

“Aku Grey, peri angin. Aku bisa terbang lebih cepat dari siapa pun, tugasku membantu penyerbukan,” ucap peri abu-abu dengan dada dibusungkan bangga.

“Aku Yellow, peri mentari. Tugasku memberi cahaya bagi tanaman agar mereka tumbuh dengan subur.” ujar peri kuning sembari tersenyum ramah.

“A… aku Blue, peri air. Aku yang menyirami tanaman-tanaman itu,” ujar peri biru gugup, setengah bersembunyi di belakang Yellow.

Semua mata kini tertuju pada peri cokelat yang tampak enggan. Ia menghela napas sebelum akhirnya bergumam, “Aku Brown. Peri tanah.”

“Senang bertemu denganmu, Alourra,” ucap mereka hampir bersamaan, bahkan Brown pun ikut menundukkan kepala.

“Terima kasih, aku pun senang bertemu kalian,” balas Alourra tulus.

Graclle, yang sejak tadi hanya mengamati, akhirnya angkat bicara. “Kebetulan sekali kalian berlima ada di sini.”

Kelima peri itu segera duduk melingkar di hadapan mereka, menanti apa yang akan Graclle sampaikan.

...؛ ଓ...

1
anggita
like👍 iklan👆, moga novelnya lancar.
anggita
iri 😏
anggita
visualisasi gambar tokoh dan latar belakang tempatnya bagus👌
Nanachan: wah trimakasih banyak kak, jadi makin semangat 🫰🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!