Maya Elina Putri dan Mila Evana Putri adalah sepasang anak kembar yang meski lahir dari rahim yang sama, memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Maya dengan kecerdasannya dan Mila dengan kenakalanya. Kedua orang tua mereka seringkali membedakan Mereka Berdua. Maya selalu mendapatkan pujian, sementara Mila lebih selalu mendapatkan teguran. Namun ikatan mereka sebagai saudara kembar tetap kuat. Mereka saling menyayangi dan selalu mendukung satu sama lain.
Arga, kapten tim basket di sekolah mereka, adalah sahabat dekat Mila. Mila secara diam-diam menyimpan perasaan lebih kepada Arga, tetapi ia tak pernah berani mengungkapkannya. Ketika Arga mulai menunjukkan ketertarikan pada Maya, hati Mila hancur. Arga memilih Maya, meyakini bahwa hubungannya dengan Mila hanyalah sebatas persahabatan. Hal ini membuat Mila merasa dikhianati oleh takdir, apalagi ketika Maya dan Arga resmi berpacaran. Luka di hati Mila semakin dalam, dan dia mulai menaik diri dari Maya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laura Putri Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menenangkan Fikiran
Haru itu, suasana pantai sore sangat tenang. Mila memutuskan untuk pergi ke pantai menggunakan transportasi umum setelah motornya sedang bermasalah dan di haruskan dibawa ke bengkel. Ia ingin melarikan diri sejenak dari kerumitan hidup dengan menikmati keindahan sunset di pantai. Pantai ini adalah tempat yang selalu memberikan ketenangan bagi Mila.
Mila duduk di pasir, menikmati suara ombak yang lembut dan pemandangan matahari terbenam yang memukau. Waktu berlalu begitu cepat, dan ketika jam menunjukkan pukul delapan malam, Mila mulai menyadari bahwa ia harus pulang.
Dengan langkah yang tenang, Mila meninggalkan pantai dan berjalan menuju jalan aspal di pinggir pantai, dia menatap sekeliling berharap ada kendaraan yang lewat. Namun, pantai ini memang jarang dikunjungi orang, dan jalan aspal di sekitarnya juga sepi jarang ada kendaraan yang melintas disini.
Mila mengeluarkan ponselnya dari saku dan mengirim pesan kepada Arga,
Mila: Ga gua bisa minta tolong gak.
Mila: Tolong jemput gua dong, soalnya motor gua lagi di bengkel.
la menunggu hingga beberapa menit, tetapi dia tidak mendapatkan balasan dari Arga. Mila menghela napas, merasa sedikit frustrasi.
Tak lama kemudian, suara notifikasi muncul di ponselnya.
Arga: Sorry ya Mil, gua gak bisa jemput lo. Sekarang Gua sama Maya lagi Malam Mingguan.
Mila memilih untuk tidak membalas pesan itu. Dengan rasa kecewa, Mila memutuskan untuk berjalan hingga menemukan transportasi umum. Biasanya orang pasti akan merasa takut saat berjalan sendirian di tempat sepi sendirian, akan tetapi Mila tidak merasa takur sama sekali. Melumpuhkan preman adalah hal yang kecil baginya.
Dia pernah menghadapi dan mengalahkan sekelompok preman yang mengganggu Maya di saat ia telat menjemput kakaknya itu dari les. Dia melawan preman itu dengan menggunakan keterampilan dalam taekwondo-nya.
Mila terus berjalan di jalan yang sepi, meresapi setiap langkahnya sambil memikirkan bagaimana hidupnya telah berubah sejak Arga dan Maya mulai dekat. Pikiran-pikiran itu mengganggu, tetapi Mila berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada tujuannya—menemukan transportasi umum untuk pulang.
Beberapa saat kemudian, Mila akhirnya melihat sebuah angkutan umum (angkot) yang melintas di kejauhan. Dia melambaikan tangan, dan angkot itu berhenti di depannya.
"Bisa sampe ke kota kan mang"
"Bisa atuh neng. Ibu ini juga mau ke kota" ucap supir angkot itu.
Mila naik ke bus dengan rasa lega,mengetahui bahwa dia akhirnya bisa pulang dan kembali ke rutinitasnya, meskipun malam ini mungkin tidak sepenuhnya sesuai rencananya. dia menyapa ibu yang dimaksud oleh supir itu yang juga berada di dalam mobil angkot ini.
"kamu sendirian aja di sini?" tanya ibu itu
"iya bu" jawabnya
"jangan keseringan datang ke sini sendiri loh, gak baik. Nanti kalau ada preman gimana" peringat ibu itu. Mila menatap ibu itu dengan senyum senang, baru kali ini dia mendapatkan perhatian dan itu pun dari orang lain. Bahkan orang tua nya pun memilih tidak peduli kepada dirinya, Mila rasa jika dia matipun, orang pasti tidak akan mengkhawatirkan dirinya.
Di dalam angkot, Mila memandang keluar jendela, melihat lampu-lampu kota yang mulai menyala. Dia menyadari bahwa malam ini, seperti malam-malam lainnya, dia harus menghadapi kenyataan bahwa Arga dan Maya kini menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dirinya. Tetapi, Mila tahu bahwa dia harus tetap kuat dan terus melangkah maju.
dan Siapakah orang itu?