NovelToon NovelToon
TERGODA JANDA PIRANG

TERGODA JANDA PIRANG

Status: tamat
Genre:Janda / Selingkuh / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Teen Angst / Tamat
Popularitas:41.3k
Nilai: 5
Nama Author: Napp

Asih Setiasih adalah Wanita yang memiliki paras cantik namun masih polos dan lugu, Diusia 20 tahun Ia menikah dengan seseorang Pria bernama Hardiansyah yang dijodohkan oleh orang tuanya. Karena kepolosan Asih rumah tangganya harus kandas, karena ternyata suaminya tergoda oleh wanita lain yaitu janda gatal berambut pirang yang tak lain adalah teman masa kecilnya sendiri. Tetapi setelah bercerai dan menjadi Janda, pesona Asih malah makin menjadi dan bersinar, karena ia sering merawat dirinya dengan pergi ke salon, ia merubah penampilannya terutama di rambut indahnya itu dengan mengikuti gaya trend masa kini yaitu rambut pirang, ia memperbaiki segala apa yang kurang dalam dirinya. Setiap pria yang bertemu dan memandang Asih pasti tergoda dan kelepek-kelepek akan kecantikan dan tubuhnya yang montok aduhai itu. Mau tau keseruan kisah cinta Asih seorang Janda berambut Pirang yang diperebutkan oleh banyak pria baik muda sampai yang tua, yuk baca ceritanya sampai selesai...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Napp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TALAK LISAN

Tanpa Asih sadari, ternyata Hardi mengikuti langkahnya dari belakang. Lelaki itu mengikutinya hingga memasuki ruang dapur.

"Asih!" panggil Hardi.

Perlahan Asih berbalik kemudian menatap Hardi yang berdiri di ambang pintu.

"Ada apa a?" Tanya Asih dengan wajah malas.

"Aku ingin menceraikanmu Asih!" ketus Hardi dengan wajah yang serius.

Mata Asih membulat sempurna.

Iya benar-benar terkejut mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Hardi barusan.

"Apa aku tidak salah dengar a? a Hardi ingin menceraikan aku? Tanya Asih dengan terbata-bata.

Sebenarnya Asih sudah tahu bawa cepat atau lambat, Hardi pasti akan menceraikannya. Apalagi sekarang ada Euis di hatinya, Asih yakin dirinya akan segera tersingkir. Walaupun begitu hatinya tetap terasa sakit saat mendengar Hardi mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang paling ia takuti nya selama ini.

"Ia Asih, aku ingin menceraikanmu kemudian menikahi Euis." Hardi menghembuskan nafas berat.

"Aku terpaksa harus memilih Euis karena kondisinya saat ini aku lebih membutuhkan Euis dari pada kamu, Asih! Euis butuh sebuah kepastian, Oleh sebab itulah aku harus menceraikanmu karena pinta Euis, ia tidak ingin dimadu," jelas Hardi tanpa merasa iba sedikitpun kepada Asih yang selama beberapa tahun terakhir sudah menemani dirinya dari terendah hingga sekarang.

"Sudah aku duga sebelumnya a, kamu pasti akan tetap memilih Euis dari pada aku kan a?" sahut Asih sembari berbalik, dengan posisi membelakangi Hardi.

Bukannya merasa bersalah, Hardi malah tak terkekeh mendengar celotehan wanita itu.

"Hmmm, baguslah kalau kamu sudah mengerti." sahut Hardi singkat.

Asih, hanya diam dan tak menanggapi ucapan Hardi barusan, iya tampak sibuk dengan tumpukan piring, sendok, gelas dan mangkok kotor yang ada di wastafel.

Hardi berbalik dan berniat meninggalkan Asih di ruangan itu, namun baru beberapa langkah, tiba-tiba lelaki itu kembali berbalik dan menghadapi Asih sama seperti sebelumnya.

"Ehmmm...Asih!" Panggil Hardi lagi, dan Asih menghentikan pekerjaannya tanpa menoleh sedikitpun pada lelaki itu.

"Segera beresin barang-barang kamu! karena mulai hari ini kamu bukanlah Istriku lagi! Aku TALAK Kamu Asih Setiasih dan sekarang kamu bisa pergi kemanapun yang kamu suka," selanjutnya Hardi tersenyum tipis.

Asih menarik nafas, lalu perlahan berbalik menatap Hardi.

"Beri aku waktu sehari atau dua hari a. Selain untuk beberes barang-barangku, aku juga masih belum punya tujuan ke mana aku harus pergi," ucap Asih dengan lirih tampak Tegar dan kuat tetapi tidak dengan hatinya.

Hardi mamonyongkan bibirnya. Baiklah kalau begitu, aku beri kamu waktu kamu dua hari untuk membereskan barang-barangmu.

Hardi Melirik jam tangan kemudian kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan ruangan itu lalu menuju halaman depan, di mana motor kesayangannya terparkir.

Asih sendirian di ruangan itu iya yang tadinya tampak setegar Karang, sekarang luluh dan akhirnya jatuh ke lantai dengan bercucuran air mata. Asih bersandar di dinding ruangan sambil menekuk kedua lututnya. Tubuhnya bergetar dengan hebat tanpa bisa iya tahan.

"Mana janjimu dulu a Hardi? Kamu Sudah berjanji pada mendiang ibuku, bahwa kamu akan menjaga dan mencintai aku hingga maut memisahkan kita," gumam Asih di sela Isak tangisnya.

Cukup lama Asih terdiam dengan posisi seperti itu. Hingga setelah beberapa saat kemudian, ia pun kembali mencoba Tegar dan menerima keputusan Hardi dengan lapang dada. Perlahan Iya bangkit dari posisinya lalu memulai membereskan barang-barang miliknya, sama seperti yang diperintahkan oleh Hardi barusan.

Semoga ada kontrakan kosong, yang bisa aku sewa untuk beberapa bulan. Aku harus bekerja, untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Baiklah ayo semangat Asih! Kamu pasti bisa melewati badai ini, gumamnya lagi.

Setelah beberapa saat kemudian, Asih pun berhasil membereskan semua barang-barang miliknya. Termasuk beberapa perhiasan serta sedikit tabungan yang akan dia gunakan untuk keperluannya nanti.

Sementara itu......

Di perjalanan menuju proyek. Wajah Hardi tampak berbinar, iya begitu lega karena akhirnya berhasil menceraikan Asih. Sekarang ia bisa berfokus pada hubungannya dengan sang kekasihnya Euis kemudian mengesahkan hubungan mereka.

"Tunggu aku Euis. Sebentar lagi kita bisa tinggal bersama dan bercinta kapan pun dan Dimana pun yang kita suka!" Gumamnya sambil tersenyum miring.

Tidak berselang lama, Hardi pun tiba di tempatnya bekerja. Namun seperti biasa, sebelum iya memasuki lingkungan proyek itu, Hardi terlebih dahulu mampir ke warung milik Euis yang terletak tak jauh dari proyek tempat ia bekerja.

Setelah memarkirkan motornya, Hardi pun bergegas menuju tempat itu, Hardi menghentikan langkahnya seketika melihat sepasang sepatu safety tergeletak tepat di depan pintu belakang warung milik Euis. Dia menautkan kedua alisnya heran kemudian Memanggil nama wanita itu dengan cukup keras.

"EUIS....! EUIS....!" Panggilnya sambil memegang gagang pintu yang ternyata dikunci dari dalam.

Beberapa kali Hardi Memanggil nama wanita itu, tetapi tidak terdengar jawaban sama sekali. Hardi Semakin penasaran dan tanpa berpikir panjang, ia mendobrak pintu yang hanya terbuat dari kayu itu hingga terbuka.

Hardi bergegas masuk lalu mencari sosok kekasih hatinya itu. Iya masuk ke dalam kamar, tetapi tak menemukan siapapun di sana. Hanya seonggok lingerie seksi milik Euis yang dikenakan oleh wanita itu tadi malam. Sementara tempat tidurnya masih berantakan, sama seperti ketika Hardi pamit dari tempat itu.

"Di mana dia?" Gumam Hardi Dengan wajah panik.

Hardi kemudian menelusuri ruangan sempit itu sambil berteriak Memanggil nama kekasihnya tersebut.

"EUIS....! EUIS....! kamu dimana?"

"Eh, ada a Hardi! ada apa, a?" Tanya Euis Sambil menautkan kedua alisnya heran menatap lelaki itu.

Euis baru saja keluar dari kamar berukuran sempit itu dengan kepala serta tubuhnya yang masih terlilit handuk. Tampaknya wanita itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya.

"Sepatu siapa di depan pintu?" Tanya Hardi dengan tegas. Iya melewati Euis lalu mengintip ke dalam kamar mandi. Cari pemilik sepatu safety tak Bertuan yang tergeletak di depan pintu belakang.

"Sepatu? sepatu apa? Dan apa yang sedang a Hardi lakukan?" Euis Makin penasaran melihat ekspresi Hardi yang terlihat sedikit mengerikan.

"Kemarilah...!"

Hardi meraih tangan Euis, kemudian mengajaknya berjalan menuju pintu belakang. Euis terbengong-bengong dibuatnya dan ketika tiba di sana, ternyata benar. Ada sepasang sepatu safety berwarna hitam yang tergeletak di sana.

Kemudian Euis tertawa pelan.

"Oh sepatu ini? Ada salah satu anak buah a Hardi yang datang ke sini tadi untuk membeli air panas. Katanya mau bikin kopi sendiri, setelah itu dia sepertinya lupa bawa sepatunya kembali, ucap Euis sambil melihat ke arah luar.

"Lah...terus dia bawa pakai apa? Masa iya nyeker?" tanya Hardi lanjut sambil terkekeh.

Dengar penjelasan dari Euis barusan, Hardi pun merasa sedikit lebih tenang. Ia tersenyum lega kemudian memeluk wanita itu dari belakang sambil sesekali menciumi pundak mulusnya yang terbuka lebar.

"Emang kenapa a? Ah....a Hardi pasti cemburu ya?" Goda Euis sembari memutar tubuhnya yang masih berada di pelukan Hardi dan sekarang posisi mereka saling berhadapan.

"Tentu saja aku cemburu Euis!" Kamu Itu milikku! Tak ada yang boleh menyentuh tubuhmu selain aku!" Tegas Hardi dengan begitu serius.

Euis melingkarkan kedua tangannya ke pundak Hardi kemudian tersenyum hangat. Memangnya siapa yang berani menyentuhku? Orang-orang di sini bahkan mungkin sudah pada tahu bahwa aku adalah milikmu a Hardi. Jangankan menyentuh, menatap pun mereka tidak berani!" celetuk Euis sambil mengerling nakal kepada Hardi.

Hardi membalas senyuman Euis sambil mengelus lembut pipi kekasihnya itu dengan sangat lembut.

"Ya kamu benar." Sahut Hardi singkat.

Tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang memanggil nama Euis dari pintu belakang dan suara itu berhasil membuat pasangan itu terkejut. Hardi melerai pelukan mereka lalu mengintip ke arah luar.

Ternyata apa yang dikatakan Euis benar, ada seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari pintu sambil menenteng sebuah termos yang biasa digunakan untuk menyimpan air panas. Lelaki itu tersenyum ketika bersitatap mata dengan Hardi.

"Selamat pagi Pak Hardi" sapanya sambil mengangguk pelan.

"Selamat pagi" sahut Hardi dengan tegas.

Euis menyusul, lalu menghampiri lelaki itu sambil tersenyum hangat.

"Ini termosnya Teh. Terima kasih banyak ya teh" ucap lelaki itu sembari menyerahkan kembali termos milik Euis.

"Oh ia lupa...., tadi saya dipanggil sama teman. Karena refleks akhirnya saya kelupaan memakai sepatu. Makanya saya cepat-cepat kembali ke sini untuk mengambil sepatu safety saya tuturnya sambil sesekali melirik Hardi.

"Owalah begitu toh...!" Euis tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Lain kali jangan pernah meninggalkan sepatumu di sini!" Tegas Hardi dengan wajah sangar menatap lelaki itu.

"Siap, Pak!" Lelaki itu pun mengangguk pelan.

Tanpa pikir panjang, lelaki itu pun segera mengambil sepatu safetynya, kemudian pergi dan meninggalkan pasangan itu di sana.

1
Ulufi Dewi
Luar biasa
arniya
bagus kak
Mr E
Mulai nyesel deh
Sinta Wati
Gile bener...
Sinta Wati
wow...
NAP 21
siiip
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!