Skandal Sang CEO

Happy Reading.

Arsya tersenyum melihat sang istri yang baru saja pulang. Dia sudah menunggu Laura 4 jam dirumah dan bermain dengan sang putri.

"Sayang, kamu sudah pulang?" Arsya mendekati Laura dan akan memeluk nya tapi tubuh Arsya ditahan oleh tangan istrinya di depan dada.

"Kapan mas pulang? Kok nggak kasih tau?" Tanya Laura.

"Tadi jam 4 sore, kamu udah makan?"

"Kok gak ngabarin kalau mau pulang?" Laura bertanya tanpa melihat Arsya, dia hanya berjalan mendekat Putri yang masih asik dengan mainan barunya. Sepertinya Arsya baru membelikan satu set Barbie untuk putri mereka.

"Tadinya gak mau ganggu kamu, takut kalau kamu lagi sibuk, terus rencananya mau buat kejutan saat kamu pulang dengan makan malam yang sudah aku siapkan, tapi sepertinya kamu lembur dan harus pulang terlambat, maaf ya, karena gak kasih kabar jadi berantakan gini," jawab Arsya penuh penyesalan.

Laura bisa melihat tatapan Arsya sendu, wajah tampan suaminya yang sangat jarang dirumah. Dulu pria itu menempati di seluruh ruang dihati nya, tapi sekarang hatinya sudah terisi nama pria lain.

Laura menghela nafas, sebenarnya Arsya tidak salah dan tidak membuat nya kecewa, tapi dirinya lah yang salah karena perasaan untuk Arsya seakan lenyap begitu saja.

"Nggak apa-apa, aku mau ke kamar, may mandi dulu," ujar Laura yang langsung pergi ke lantai atas setelah memberikan kecupan di pipi Putri.

Arsya merasa ada yang aneh dengan sikap Laura. Sebenarnya sudah beberapa waktu ini Laura seakan bersikap acuh padanya, apakah ini faktor karena mereka sangat jarang ketemu. Arsya hanya merasa jika Laura pasti marah, ngambek karena kurangnya perhatian darinya.

Makanya pria tampan dan tinggi itu memutuskan untuk pulang lebih cepat dari jadwalnya yang masih 3 hari lagi. Arsya ingin sekali cepat bertemu dengan istri dan putrinya, dia tentu kangen terhadap kedua bidadari di hidupnya itu.

Laura menyalakan shower dan langsung membasahi tubuhnya, sungguh dirinya tidak pernah merasa kacau seperti ini. Biasanya dia masih bisa bersikap sedikit respect dengan Arsya ketika pulang, tapi entah kenapa saat ini dirinya tidak bisa.

Mungkin karena Axelo yang tiba-tiba memutuskannya. Padahal beberapa hari yang lalu hubungi mereka baik-baik saja. Laura memang tahu jika Axelo dipaksa untuk segera menikah oleh Adam Airlangga. Dan betul apa yang dikatakan Axelo mengenai jika mereka tidak mungkin bersama, tetapi mereka masih bisa bersama kan walau Axelo sudah menikah?

Tok, tok, tok!

"Sayang, kenapa mandinya lama sekali?" Sebuah suara dari luar pintu kamar mandi membuat Laura memalingkan wajahnya.

Kenapa dia tidak bisa merasa bergetar seperti dulu ketika mendengar suara itu.

'Arsya, maafkan aku!'

*****

Andara membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Sebuah mobil SUV berwarna hitam metalik terparkir rapi di halaman rumahnya yang tidak cukup besar itu.

Seorang pria tampan keluar dari dalam mobil dengan gerakan slow motion Andara bisa melihat begitu menawan nya pria yang akan menjadi calon suaminya tersebut.

'Astaga!! Darimana Pak Axel tahu rumahku!' batin Andara.

"Pagi Andara,, kamu sudah mau berangkat ke kantor? Kebetulan sekali dan aku tepat waktu," ujar Axelo menghampiri Andara yang masih melongo dengan mulut terbuka ketika melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.

Tadi Andara memang mau berangkat, tinggal mengambil motor digarasai dan langkahnya berhenti di depan pintu ketika melihat mobil mewah itu masuk ke halaman rumahnya.

"P-pak Axel??"

Axelo tertawa kecil saat melihat ekspresi Andara yang seperti ikan koi, mulutnya membuka dan menutup kembali dan dilakukan berkali-kali itu.

Entah kenapa menurut Axelo, Andara terlihat begitu lucu.

"DARA!! Siapa dia?" Heboh, Mama berlari dari dalam rumah ketika mendengar deru mobil berhenti didepan rumahnya.

Mama terpaku melihat pria muda dihadapan nya ini, sangat tampan, mapan dan tentunya bukan dari kalangan orang biasa. Bisa dilihat dari pakaian yang dipakai, jam tangan dan sepatu yang berasal dari merek terkenal. Mama bisa membayangkan jika harga jam tangan pria itu mencapai ratusan juta.

"Ma, dia ini adalah ...!"

"Saya pacar Andara, tante. Perkenalkan nama saya Axelo," sela Axelo yang langsung mengulurkan tangannya pada Mama.

Tentu saja hal itu membuat Andara ataupun Mama terkejut setengah mati.

****

"Pak, kenapa tadi Bapak memperkenalkan diri sebagai pacar saya, 'kan Bapak calon suami saya," ujar Andara keceplosan. Ingin rasanya dia sumpal mulutnya dengan kepalan tangan.

Kenapa dia jadi percaya diri sekali, tapi benar kan kalau mereka ini akan segera menikah. Itu perjanjian mereka kemarin dan Axelo sepertinya tidak lupa. Buktinya pria itu berinisiatif datang menjemput kerumahnya.

Axelo melirik wanita disampingnya ini, cerewet sekali tapi Axelo tidak keberatan. "Kamu nggak mau pacaran dulu sama saya?"

Mungkin kalau wanita lain yang mendengar ini akan baper setengah mati, tapi tidak dengan Andara yang hanya memutar bola matanya malas. "Ck, ternyata Pak Axel ini Playboy kelas kakap ya, sudah jadi pebinor dan sekarang mau ngrayu saya," sindir Andara.

Axelo menahan diri untuk tidak berteriak, dia memang pantas di sebut seperti itu oleh Andara karena wanita itu tahu semuanya.

"Sebenarnya, saya sudah memutuskan Laura, dan rencananya saya menggunakan pernikahan kita untuk bisa melepaskannya," ujar Axelo jujur.

Dia sudah tidak bisa membohongi Andara lagi, dan tidak mau jika Andara menganggapnya hanya sebagai tameng. Meskipun sebenarnya Axelo memang menjadikan Andara tameng tapi untuk sang Ayah, bukan untuk hubungannya dengan Laura.

Bersambung.