Novel ini merupakan kelanjutan dari cerpen Gara-gara Nolongin Bos Galak versi horor komedih nggak pakai putar.
Rachel nggak akan menyangka kalau pertemuannya dengan bos garang bin gahar malam itu merupakan awal dari segala kesialan dalam hidupnya. Asisten Pribadi yang menjadi jabatan yang paling diincar dan diinginkan para ciwik-ciwik di kantor malah jatuh pada cewek cupu macam Rachel, tapi dengan syarat dia harus mengubah penampilannya. Daaaan atraksinya menyambung rambut di salon malah membuat Rachel terus-terusan di ganggu makhluk halus. Akankah Rachel bisa melepaskan diri dari jeratan teror makhluk tak kasat mata itu? we never know...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reina aka dian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Ganggu Kita Anaknya Introvert
Kalau orang kaya bisa seenaknya nyuruh begitu ya. Aku pergi dari pagi buat nyambung rambut lanjut belanja sampe sore kayak gini. Emang sih sekarang aku duduk dengan nyaman di mobil yang disediain pak Raga. Tapi pikiranku ini loh malah travelling kemana-mana, mengenai jobdesk-ku itu gimana nantinya.
"Pagi jadi aspri, malam jadi pacar gitu?" batinku meronta.
Kenapa juga orang ganteng dan kaya seperti pak Raga kudu susah-susah ngebayar orang buat jadi pacarnya. Lah kan tinggal tunjuk aja tuh salah satu direktur di perusahaan yang masih lajang buat jadi pacarnya kan bisa. Udah pasti selera fashionnya bagus nggak bakal malu-maluin. Nah kalau kita para staf yang gajinya nggak seberapa, mau beli baju aja mikirnya serebu kali. Karena tuh cicilan pada antre harus dibayar.
Lagian berangkat ke kantor itu kan buat kerja, bukan buat ajang pamer baju, tas apalagi perhiasan. Betul tidaaaaaakkk?
jadilah kita berangkat yang penting pakai baju lengkap dan sopan, udah selesai. Cantik mah udah pasti, udah paten dari lahir. Tanya aja sama bu bidan, aing waktu lahir itu langsung glowing shimmering splendid, jauh sebelum kenal krim pagi dan krim malem.
"Maaf, Nona. Kita sudah sampai di depan kosan, anda..." ucap wanita itu, membuyarkan semua rangkaian lamunanku yang lagi seru-serunya.
"Eh, udah nyampe? kok cepet banget, sampai nggak kerasa naik mobilnya," ucapku ndeso.
"Makasih, Mbak. Mbak siapa ya?" lanjutku nanaya nama wanita yang sekarang ada di kursi kemudi.
"Nona tanya saya?"
"Bukan. Tapi nanya mbak-mbak yang jaga warung kelontong di sebelah sana. Ya iyalah aku nanya ke mbak. Emangnya di mobil ini ada siapa lagi selain kita berdua?"
"Nama saya Enjelia, Nona. Singkatnya Enjel saja,"
"Oke makasih mbak Enjel," ucapky sebelum keluar dari mobil.
Dan ternyata mbak Enjel ini bukan cuma nyupirin tapi juga ngebawain semua barang belanjaanku. Tapi ini kosan biasa woy, nggak mungkin aku diikutin sama mbak Enjel. Takut ada yang gosipin kalau aku ngepet.
"Mbak, aku bawa sendiri aja," kataku yang ambil semua barang belanjaanku dari tangan mbak Enjel.
"Tapi Nona---"
"Halah, nggak usah tapi-tapian. Aku bisa bawa sendiri, kok! tenang aku nggak akan bilang ke pak Raga, oke?" ucapku dengan kode kunci mulut.
"Lagian udah sore banget, Mbak. Mbak Enjel mending pulang karena jalanan pasti macet jam segini," lanjutku.
"Ya sudah kalau begitu, saya permisi, Nona..."
"Ya, hati-hati, Mbaaak..." ucapku seramah mungkin.
Setelah mbak Enjel pergi, aku masuk ke dalam kos. Kamarku yang ada di lantai dua bikin aku harus ngelewatin kamar- kamar yang lain. Masih sore jadi udah banyak tuh cewek-cewek yang udah bersatu padu dalam rangka gosip menggosip ria di depan kamar sambil nyemilin kacang atom sama kwaci harga serebuan.
"Wwaah, abis mborong nih, Chel?" ucap Mirna salah satu lambe-lambean di kos.
"Eh, iya...." aku berhenti bentar sambil senyum kikuk gitu ya.
Mirna yang tadinya duduk di depan pintu berdiri dan matanya menelisik ke belanjaan yang ada di tanganku, dan dia beralih ngeliat aku dari atas sampai bawah.
"Rambut baru nih, belanjaannya juga branded-branded, alih profesi jadi BS kayaknya nih," ucap si Mirna nggak tau adab.
"BS? Backsound? maksudnkamu aku alih prifesi jadi tukang sound gitu? nggak kok, aku nggak alih profesi, aku masih kerja kantoran biasa," ucapku.
"Dia nggak tau BS guysss?!" Mirna
Mereka yang ada kamar Mirna pada ketawa, "Hahahhaahaa..."
Ada kali 4 orangan yang ketawa renyah banget, ngetawain jawaban aku tadi.
"Hadeeuuuh, Rachel Rachel. BS aja nggak tau..."
Ya iyalah Kuyang?!! aku ngertinya BS itu ya backsound. Lagian mereka kan pake bahasa sendiri, nggak ngerti juga apa yang dia maksud.
"BS apaan emang?"
"Baby sugar, ya semacam peliharaan om-om..."
"Peliharaan? sembarangan banget itu mulut kalau ngomong. Dikira kita hewan kali dipelihara? udah sore, aku mau mandi..." ucapku yang nggak mau terlalu lama sama si Mirna lambe-lambean kosan.
Meninggalkan Mirna yang kembali cekikikan sama penghuni kosan yang lain, aku buka pintu dan masuk ke dalam kamar.
"Astagaaa, kaki ku pegel banget ngikutin pak Raga hari ini," aku taruh belanjaan gitu aja di lantai.
Aku pergi mandi buat nyegerin badan, sengaja aku nggak keramasan, takut nih rambut pada copot. Kan baru digarap hari ini. Sayang aja kalau rusak.
Aku keluarin tuh baju-baju yang tadi siang dibeli. Berikut barang belanjaan yang lainnya, sampai nggak kerasa waktu udah menunjukkan waktu 10 malam.
Mau pesen deliverry males banget, lagipula udah terlalu malam buat makan nasi. Akhirnya aku milih buat siap-siap tidur aja.
Nggak biasa dengan soft lens, bikin aku agak susah nih buat nyopotin. Secara kita mau tidur.
"Ini nih yang namanya menjadi cantik harus rela sakit, ya begini niiih..." aku ngedumel mulu.
Akhirnya bisa lepas juga, aku taruh di tempatnya. Aku rebahan aja di kasur sambil mainan hape, sambil nyoba foto selfie dengan rambut baru.
Cekrek!
Cekrek!
Cekrek!
Aku selfie dengan beberapa pose, ada mulut dimonyong-monyongin. Muka di imut-imutin, dan ada juga yang senyum lebar penuh kebahagiaan.
"Ck ck ck, kudu banget ya rambut segala disambung. Pak Raga suka aneh-aneh aja, segala rambut harus disulap jadi panjang. Kalau nggak takut dipecat mah, ogah banget jadi skretaris dia. Oke lah bisa ngeliat muka gantengnya tiap hari, tapi gaharnya itu loh bikin nggak nahan cuy," aku mrepeeet aja ngomong sendiri.
Dan pas ngecek foto di gallery hape.
"Aaakkhhjm, hhh ... hh..." aku lempar aja tuh hape ke kasur. Dengan susah payah aku nelen saliva.
Aku celingukan di samping aku, beneran nggak ada apa-apa, "Nggak. Nggak mungkin. Pasti aku salah liat,"
Hape yang aku lempar tadi layarnya masih nyala.
Aku mau ambil agak ragu, mastiin kalau aku emang salah liat, "Liat nggak ya?" aku mencoba menggapai hapeku.
Dan bener, di salah satu foto yang diambil, ada foto perempuan yang tiduran dengan baju model kimono. Padahal aku kan di kamar sendirian, dan wajahnya asing banget. Dia di samping aku yang lagi rebahan dengan senyum mengembang.
"Ehm, jangan ganggu ya. Aku disini penghuni lama loooh. Yang biasa ditakut-takutin kan penghuni baru ya. Tuh kamarnya ada diujung deket jemuran. Dah sana aja ya?" ucapku sambil tengok kanan kiri.
"Kita anaknya introvert, nggak suka diajak kenalan..." lanjutku.
"Bismillah aja udah, ya Allah jangan ijinkan makhluk tadi ngeganggu salah satu manusia cantik ciptaanmu ini ya Allah," aku tarik selimut dan mencoba tidur.
